22 - Feeling Lost

1.4K 220 64
                                    

...

Hal yang biasanya Jungkook lihat di pagi hari ketika membuka pintu kamar adalah sosok istrinya yang masih tertidur di atas ranjang. Namun sekarang manik matanya hanya melihat kekosongan. Tidak ada apapun di sana selain tempat tidur yang rapih. Untuk sejenak Jungkook berdiam diri di ambang pintu sembari menatap lurus ke arah tempat tidur sebelum kemudian kakinya melangkah menuju kamar mandi.

Tidak berselang lama Jungkook keluar dengan pakaian kerjanya. Pria itu berdiri di depan cermin seraya memasang dasi hitam di area kerah kemejanya. Helaan napas terdengar dari bibir tipisnya sesaat dasi itu sudah terpasang. Jungkook menatap lekat wajahnya di cermin sementara kedua tangannya mengepal begitu kuat di bawah sana.

Lama terdiam dalam posisi itu, pada akhirnya Jungkook tersadar. Dia berjalan menuju laci terakhir di meja nakas samping tempat tidur lalu meraih sebuah botol kecil berisikan pil-pil kecil berwarna putih. Selepas itu Jungkook meraih tas kerjanya dan keluar dari kamar.

"Jeon, kau akan berangkat sekarang?" tanya Nenek Jeon begitu melihat Jungkook turun dari tangga.

Jungkook hanya mengangguk singkat.

"Kalau begitu sarapan dulu. Aku sudah menyuruh Minji membuatkan sarapan untukmu." Nenek Jeon menarik Jungkook untuk duduk di salah satu kursi makan.

Meja makan memang dipenuhi oleh makanan buatan Bibi Minji, tapi entah kenapa tidak membuat Jungkook tertarik sedikitpun. Bahkan nafsu makannya pagi ini juga tidak ada.

"Ayo dimakan," suruh Nenek Jeon.

Mendengar perintah Neneknya membuat Jungkook terpaksa mengunyah makanan itu.

"Bukankah ini pagi yang baik?" Di sela mereka menikmati makan, tiba-tiba Nenek Jeon berucap.

Jungkook hanya melirik Neneknya tanpa bicara.

Nenek Jeon membuang napas lega. "Rasanya benar-benar sejuk melihat suasana rumah yang tenang seperti ini. Tidak ada yang cerewet apalagi suara tangisan yang cengeng. Biasanya kan istrimu selalu banyak bicara jika di meja makan, tidak punya etika," cerocos Nenek Jeon disengaja.

Seketika bibir Jungkook berhenti mengunyah mendengar ucapan Neneknya. Jungkook mendongak menatap sang Nenek. Jujur dia tidak suka mendengar ucapan Nenek Jeon yang berkata buruk tentang istrinya, tapi untuk kali ini Jungkook hanya diam tidak membalas. Pria itu tidak ingin berdebat dengan Nenek Jeon, terlebih ini masih pagi.

"Aku selesai," seru Jungkook berdiri dari duduknya.

"Loh, kenapa sarapannya tidak dihabiskan?"

"Aku buru-buru, Nek." Setelah berpamitan pada Nenek Jeon, Jungkook segera berlalu pergi.

Sementara Nenek Jeon hanya menggeleng pelan melihat kepergian cucunya. Padahal ini masih terlalu pagi, tapi Jungkook sudah pergi ke kantornya.

"Dasar anak itu. Pasti kebiasaan buruk dari istrinya membuat Jungkook seperti ini. Makanan tidak dihabiskan, dan pergi tanpa menciumku terlebih dulu," gerutu Nenek Jeon berdecak.

Dulu saja sebelum Jungkook menikah, dia selalu mencium pipi Neneknya sebelum pergi bekerja. Tapi semenjak Jungkook menikah, pria itu berubah sangat jauh. Nenek Jeon seakan merasa ada jarak di antaranya dengan Jungkook. Padahal saat dulu Jungkook begitu menempel bahkan menurut padanya.

***

Walaupun Jungkook berusaha untuk fokus pada lembaran kertas di tangannya, tetap saja pikirannya berkelana ke mana-mana. Jungkook mendengus kasar lalu menaruh kasar berkas kerja di atas mejanya. Jemarinya bergerak memijiat pangkal hidungnya yang terasa berat.

Kemudian Jungkook meraih tas laci di meja itu dan mencari sesuatu di sana. Tanpa dibantu air Jungkook menelan satu pil kecil itu. Entahlah, meski Yura melarang Jungkook untuk meminum obat itu lagi, tapi hanya itu yang bisa membuatnya sedikit relax. Sungguh, segala bayangan abstrak yang selalu berputar di kepalanya membuat Jungkook masih terganggu.

Sweet Husband [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang