...
Rosé melenguh dalam tidurnya ketika sinar matahari menyorot wajah cantiknya. Pelan-pelan dia membuka kedua matanya dan tersadar ternyata waktu sudah pagi.
Satu tangannya meraba ke arah samping, lalu menoleh saat tidak merasakan sosok suaminya di sana. Tempat di mana Jungkook tertidur sudah kosong, yang artinya jika pria itu sudah bangun lebih awal.
"Sudah bangun?"
Suara berat yang begitu familiar membuat Rosé menoleh ke sana. Seketika bibirnya tersenyum manis melihat suaminya yang berjalan ke arahnya dengan setelan rapih.
Jungkook merunduk setelah mendudukkan dirinya di pinggir ranjang. Mencuri satu kecupan lama di bibir istrinya. Setelah itu melesakan wajahnya di ceruk leher Rosé dan meniupnya pelan. Hal yang mana membuat tawa geli dari istrinya terdengar.
"Sayang, aku bau." Rosé tidak bisa menahan rasa gelinya ketika napas hangat Jungkook menerpa leher mulusnya.
"Tidak, kau wangi. Hmm ... Wangi," ujar Jungkook tanpa merubah posisinya.
"Haha, hentikan."
Pagi yang cerah dengan tawa merdu dari istrinya adalah hal yang indah bagi Jungkook. Jika bisa, dia ingin selalu membuat Rosé tertawa seperti ini. Bukan tangisan seperti semalam.
Setelah puas, Jungkook menjauhkan tubuhnya lalu merapikan anak rambut istrinya yang berantakan. Pria itu mengulas senyum yang di balas oleh Rosé.
"Kau tidak ke kantor?" tanya Rosé.
"Ini masih terlalu pagi untuk pergi," jawab Jungkook.
"Bagaimana jika kau terlambat?"
"Tidak masalah, aku Boss-nya."
Rosé mendengus. "Dasar Tuan sombong," cibirnya.
Jungkook terkekeh kecil lalu mengecup lagi bibir istrinya. Bibir yang selalu membuatnya candu untuk ia sentuh dan sentuh lagi. Apapun yang ada pada istrinya, semuanya mmebuat Jungkook candu dan suka.
"Baiklah, waktunya untuk istriku mandi." Jungkook bangkit dan menarik pelan kedua tangan Rosé untuk bangun.
"Awh ... Sayang ini masih sakit," rengek Rosé merengut.
Jungkook menoleh kemudian terkekeh. Dia menangkup wajah Rosé dan menciumi seluruh wajahnya. Tanpa berlama-lama, Jungkook menggendong tubuh istrinya menuju kamar mandi. Dia harus bertanggungjawab atas perbuatannya semalam sampai membuat Rosé merengek kesakitan seperti ini.
**
Setelah sarapan pagi selesai, Jungkook memutuskan untuk pamit pulang. Yura tampak sedih karena anak dan menantunya yang tinggal dalam waktu singkat. Padahal Yura berharap Jungkook dan Rosé tinggal cukup lama di sini. Namun dia harus memaklumi karena putranya juga memiliki tanggung jawab yang besar.
"Jangan lupa untuk berkunjung lagi," pesan Yura.
"Aku usahakan, Ibu."
Yura menoleh pada Rosé dengan tersenyum hangat. "Jeon, tidak bisakah untuk istrimu tetap tinggal? Kau bisa menjemputnya lain waktu."
"Tidak." Jawaban yang begitu singkat namun tegas keluar dari mulut pria itu.
Rosé yang mendengarnya cemberut. Dia menoleh pada Jungkook namun pria itu hanya meliriknya tanpa ekspresi. Yang artinya jika seberapa pun Rosé memohon jawaban Jungkook akan tetap sama. Yaitu tidak akan mengijinkannya untuk menginap di rumah Yura.
Walaupun kecewa tapi Yura bisa apa jika putranya menjawab seperti itu. "Tidak masalah. Lain kali ibu yang akan menginap di rumahmu," ujar Yura.
Jungkook hanya bergumam singkat. Setelah itu merangkul bahu istrinya untuk segera pergi sebelum hari semakin siang dan terik. Namun jemari mungil Rosé menahan lengan kokoh milik suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband [✓]
FanfictionJeon Jungkook x Roseanne Park sebuah kisah romantis dari rumah tangga yang harmonis. Namun di balik keharmonisan dan keromantisan terkadang ada sesuatu hal yang tersembunyi.