...Jungkook membuka pintu kamar dan mendapati Rosé yang masih terlelap dalam tidurnya di sana. Kakinya melangkah masuk setelah menutup rapat pintu kamar itu. Jam baru saja menunjukkan pukul 5 dini hari, tapi pria itu sudah terbangun, bukan, lebih tepatnya Jungkook sama sekali tidak bisa tidur.
Pria itu berjongkok di depan wajah damai Rosé. Sudut bibirnya menyungging sedikit mendengar dengkuran halus dari istrinya. Perlahan tangan Jungkook bergerak mengelus helaain rambut Rosé yang menutupi sedikit wajahnya. Terlihat Rosé bergerak dalam tidurnya. Mungkin usapan lembut itu membuat Rosé nyaman dan hangat.
Cukup lama Jungkook dalam posisi itu sebelum kemudian beranjak berdiri lalu melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh serta pikirannya yang terasa rumit.
Di bawah guyuran air dingin Jungkook menutup rapat kedua matanya. Membiarkan nuansa dingin itu menyentuh setiap inci tubuhnya. Sekelebat bayangan abstrak disertai perasaan bersalah tiba-tiba merenggut kewarasannya. Jungkook mengepalkan tangannya dan memukul dinding kamar mandi sampai membuat percikan air menempel di area dinding itu.
"Sial," umpatnya kesal.
Tidak ingin terlalu larut dalam pikirannya, pada akhirnya Jungkook segera menyelesaikan mandinya dan keluar dari kamar mandi.
***
Sudah menjadi kebiasaan untuk Rosé saat membuka kedua matanya hanya mendapati dirinya tidur seorang diri. Wanita itu bangun dari tidurnya lalu melirik ke arah samping di mana dulu tempat suaminya tidur di sana, namun sekarang yang ada hanya kekosongan. Rosé membuang napas panjang. Kapan semuanya akan berakhir? Semakin hari ternyata malah semakin sakit saja. Terlebih setelah ucapan Jungkook kemarin membuat perasaan sedih itu bertambah di hati Rosé.
Rosé segera beranjak dari kasur untuk membersihkan diri. Sebelum hari semakin siang, Rosé harus menyiapkan sarapan untuk Jungkook sebelum suaminya berangkat bekerja.
"Bibi, kenapa makanannya disimpan lagi?" tanya Rosé bingung. Niat hati ingin memasak sarapan pagi ini, tapi Rosé malah melihat Bibi Minji yang sudah membereskan meja makan.
"Nyonya?" reaksi Bibi Minji tampak terkejut melihat kehadiran Rosé.
"Di mana Jungkook dan Nenek?"
"Em ... Tuan baru saja berangkat, dan Nyonya Besar mengantar Tuan ke depan," jawab Bibi Minji.
Dalam sekejap raut wajah Rosé berubah murung. Semangat di iris matanya meredup. Padahal Rosé sudah mempersiapkan diri ingin memasak menu masakan baru untuk Jungkook, tapi ternyata pria itu sudah pergi, bahkan tanpa berpamitan pada Rosé terlebih dahulu.
Apa Jungkook sebenci itukah padanya?
"Mungkin Tuan buru-buru dan lupa memberitahu Nyonya," ujar Bibi Minji berusaha menghibur.
"Iya, Bibi benar. Mungkin Jungkook lupa. Tidak apa-apa." Rosé berusaha tersenyum walau hatinya seakan ingin menangis saat ini juga.
"Minji, kau sudah membereskan meja makannya?"
Atensi dua orang itu menoleh tatkala suara Nenek Jeon terdengar.
"S-sudah, tapi Nyonya belum memakan sarapannya," kata Bibi Minji.
Nenek Jeon melirik Rosé lalu berdecak. "Bereskan saja. Nanti jika dia lapar juga bisa makan sendiri."
Usai mengatakan itu Nenek Jeon berlalu pergi begitu saja. Sementara di tempatnya, Rosé semakin tertunduk dalam. Tidak Nenek, tidak Jungkook, mereka membuat pagi Rosé berubah menjadi buruk.
Bibi Minji menatap ke arah Rosé. "Nyonya ingin sarapan apa? Biar saya buatkan."
Rosé tersadar dari lamunannya kemudian menggeleng pelan. "Tidak usah, Bi. Aku akan sarapan nanti saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband [✓]
FanficJeon Jungkook x Roseanne Park sebuah kisah romantis dari rumah tangga yang harmonis. Namun di balik keharmonisan dan keromantisan terkadang ada sesuatu hal yang tersembunyi.