...
Tok! Tok!
Ketukan dari luar pintu ruangan membuat wanita itu mendongak. Setelah mempersilakan masuk seketika raut wajahnya berubah terkejut.
"Tuan? Anda ..." Ucapannya menggantung.
Pria itu masuk dan duduk di salah satu kursi. Menghadap pada wanita itu kemudian menghela napasnya.
"Apa aku mengganggumu?"
Wanita dengan setelan jas putihnya itu lantas menggeleng. "Ah, tentu tidak."
"Tapi kenapa anda tiba-tiba datang ke sini?" tanyanya penasaran. Pasalnya sudah sejak lama pria itu tidak datang ke sini lagi untuk konsultasi.
Lagi, pria itu menghela napasnya.
"Aku membutuhkan obat itu," ujarnya.
Wanita itu tampak terkejut sejenak. "Tapi, Tuan .. bukankah Anda sudah tidak minum obatnya lagi?"
"Iya. Hanya saja akhir-akhir ini aku membutuhkannya lagi."
Wanita itu mendesah pelan lalu menatap pria itu dengan teduh.
"Tuan, jika anda mengkonsumsi obat itu lagi, kemungkinannya sangat fatal. Terlebih dosis dari obat itu sangat tinggi dan mampu membahayakan organ tubuh dalam tubuh anda," jelasnya.
Pria itu mengangguk samar. "Iya, aku tahu."
"Dokter Lee, ini di luar kendaliku. Aku tidak bisa mengendalikan emosiku lagi. Bayang-bayang itu masih selalu menggangu pikiranku sampai kacau," ungkapnya menarik napas dalam.
Seketika dia merasakan sesak dan tidak nyaman dalam hatinya. Kepalan tangannya mengepal kuat hingga memutih. Nyatanya semua itu masih membelenggunya sampai sekarang.
"Aku sudah mencoba, tapi sepertinya aku tidak bisa untuk sembuh," ucapnya lirih.
Dokter wanita itu menggeleng cepat. "Tidak, Tuan. Jangan katakan itu. Anda pasti bisa melewati semua ini."
"Aku tidak tahu." Kepalanya ia tundukan semakin dalam. Sedangkan tangannya ia gunakan untuk memijit pelipisnya yang terasa pening.
"Jadi, bisa kau berikan aku obat itu?"
Sejenak Dokter Lee terdiam sebelum kemudian menghela napas panjang. Dia akhirnya pasrah dan mengangguk.
"Baiklah."
Dokter Lee kembali setelah mengambil satu botol kecil obat lalu menyerahkannya pada pria itu.
Sebuah obat anti-depresan.
"Maaf, aku tidak bisa memberikan obat dengan dosis yang anda inginkan. Itu terlalu berisiko untuk tubuh anda," serunya.
Pria itu mengangguk dan menerima botol kecil berisi obat-obatan itu.
"Terima kasih, kau memang selalu bisa aku andalkan."
"Tidak masalah." Dokter Lee tersenyum ramah.
"Dan satu lagi." Pria itu mendongak kemudian lanjut bicara. "jangan katakan hal ini pada ibuku."
Dokter Lee terdiam beberapa saat mendengar permintaan yang terkesan akan perintah itu.
"Aku akan tutup mulut."
"Bagus. Kalau begitu aku pergi."
Sebelum meraih pintu, dokter Lee berujar dan membuat langkahnya terhenti.
"Tuan Jeon."
"Tolong jangan sungkan meminta bantuan padaku. Aku akan senang jika anda mau terbuka padaku," ujar dokter Lee tersenyum simpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Husband [✓]
FanfictionJeon Jungkook x Roseanne Park sebuah kisah romantis dari rumah tangga yang harmonis. Namun di balik keharmonisan dan keromantisan terkadang ada sesuatu hal yang tersembunyi.