"Letakkan itu. Sekarang. Aku tidak harus memberitahumu dua kali. Jangan...oh sialan...eh...maksudku, mengganggu."
Renjun menyaksikan bola melayang di udara dan mendarat di bangunan kastil pasir setengah-jadi.
"Aku tidak bilang seperti itu caranya meletakkan sesuatu. Ke sini...Tidak, aku bilang ke sini, bukan turun ke air."
"Jisung, lakukan apa yang diperintahkan. Ke sini." Jeno menghela napas berat. "Jangan ganggu rambut Chenle. Tidak ada gunanya mengeluh dia menggigitmu jika kau melakukan itu."
"Chenle, berhenti berusaha menarik turun celana Jisung."
"Jisung!"
"Chenle!"
Renjun berbalik menghadap Jeno dan mengangkat alis. Sesaat kemudian mereka mengejar si kembar sepanjang ombak.
Jeno meraup Jisung si lima tahun ke dalam pelukannya dan naik ke bahunya. Renjun melakukan hal yang sama dengan Chenle. Si kembar menjerit dengan tawa.
Setelah si kembar kelelahan menunggangi kuda berkaki dua mereka, mereka diletakkan di atas selimut untuk makan hidangan piknik yang telah Renjun siapkan.
"Apa ini sebabnya makanan ini disebut sandwich?" Tanya Chenle, mengambil butiran pasir yang menempel di salah satu sandwich yang ia jatuhkan.
Renjun mengambilnya dari tangan Chenle dan memberikan padanya sandwich yang baru.
"Bukan, seorang pria bernama Kim Sandwich yang menemukannya ketika ia terlalu sibuk bermain kartu sampai lupa untuk makan makanan yang layak."
"Mommy, apa kau tahu segalanya?" Tanya Jisung.
Renjun tertawa. "Ya dan aku tahu yang terbaik."
"Jika kau tahu segalanya, apa yang sedang kupikirkan?" Tanya Jeno, menggerakkan tangannya di atas kaki Renjun.
"Kau berpikir betapa beruntungnya dirimu yang memiliki seorang istri dan dua anak yang luar biasa lezat."
"Kita tidak lezat," kata Chenle. "Yang lezat itu cokelat!"
Bertindak serempak, Renjun dan Jeno menelentangkan si kembar dan meniup di perut mereka yang menggeliat.
"Lezat," kata Renjun dan Jeno.
"Nenek!" jerit Chenle.
"Kakek!" gema Jisung.
Renjun mendongak dan melihat Ayah dan Ibu Jeno memegang es krim.
"Siapa yang ingin melihat ubur-ubur?" Tanya Donghae.
Renjun menggigil kembali ke dada Jeno dan ia melingkarkan lengannya di tubuh Renjun. Si kembar berjalan pergi bergandengan tangan dengan kakek-nenek mereka dan Jeno mencium leher Renjun.
"Aku mencintaimu," bisik Jeno. "Aku mencintaimu."
"Aku juga cinta pantai ini."
Jeno mempererat pelukannya pada tubuh Renjun. "Di sini bisa saja menjadi akhir kita tapi malah menjadi permulaan bagi kita. Kau tidak keberatan liburan di sini, kan?"
"Apa? Sandwich berpasir, langit kelabu, laut yang sangat dingin, angin yang menggigit, hiu yang mengintai dan rupanya—ubur-ubur—apa yang tidak disukai?"
"Apa kau masih mau ikut setiap tahunnya jika aku tidak menyuapmu dengan perjalanan ke Hawaii juga?"
Renjun berbalik dan mengusap jarinya di atas bibir Jeno. "Aku akan pergi ke mana pun denganmu."
"Apakah aku membuatmu bahagia?"
"Ya."
"Bisakah kau memaafkanku sesuatu?"
"Eh...ya."
Jeno tersenyum. Dia membawa tangannya dari balik punggung Renjun dan menggantungkan sepotong rumput laut di depan wajahnya. Renjun menjerit dan bergegas mundur menjauh dari selimut.
"Dasar kau—"
"Jangan di depan anak-anak."
Renjun berbalik. Si kembar sedang menyusuri pantai, tapi dari sudut matanya Renjun melihat Jeno melompat kearahnya. Dia menjepit tubuh Renjun ke bawah kemudian menciumnya, menciumnya, dan menciumnya.
Mereka adalah orang terakhir yang meninggalkan pantai. Air laut merayap semakin dekat ke tempat mereka duduk, semakin dekat dengan kata yang telah mereka ukir di atas pasir.
'HELLO'
—FIN—
akhirnya kelar jugaaa euyyy😮💨😮💨😮💨
KAMU SEDANG MEMBACA
tramontane [noren]
Fanfic[Remake story] Original story Strangers by Barbara Elsborg Renjun sudah cukup banyak berurusan dengan bad boy sampai suatu saat ketika ia berenang satu arah di laut ia bertubrukan dengan pria yang tidak bisa ia tolak. Lee Jeno seorang mantan bad boy...