Makanan diletakkan di ruang sebelah dan ketika melihatnya, Renjun mengambil langkah mundur. Itu adalah hamparan makanan paling megah yang pernah dilihatnya.
Renjun berdiri sejenak, melahap dengan matanya. Hamparan itu tampak terlalu indah untuk dimakan. Semuanya terletak di piring perak dan segala sesuatunya tampak kecil.
Lingkaran mungil roti-roti dengan topping krim keju, pate atau salmon asap. Anggur yang begitu kecil sehingga Renjun kira itu bukan benar-benar buah anggur, sampai dia memakan satu.
Ada kue berbentuk bintang terbungkus dengan satu udang merah muda diatasnya. Gulungan mungil seukuran buah plum dan pameran buah-buahan eksotis yang pernah dilihatnya di supermarket, tapi tidak pernah dibelinya karena berharga beberapa ribu won satunya. Ada beberapa piring kaviar, tiram di atas es dan memuat sesuatu yang bahkan tidak Renjun kenali.
Dan juga tidak ada wanita di dekat meja makanan. Hanya ada pria tua.
Renjun mengambil piring dan meraih salmon asap. Pada saat ia mulai berjalan di sepanjang meja, piringnya sudah menumpuk tinggi dan perutnya berbunyi penuh antisipasi.
"Aku suka wanita dengan nafsu makan yang sehat," kata suara di dekat telinganya. "Bisakah aku mengambilkanmu minum untuk menemani semua makanan itu?"
Renjun berbalik untuk melihat seorang pria kecil berkaca mata kawat mungil, memegang piring dengan empat item makanan yang ditempatkan dengan rapi. Matanya sejajar dengan dada Renjun.
Renjun mendadak ngeri bahwa tamu-tamu di sini sudah dijatah makanannya. Renjun bertanya-tanya apa dia harus mencoba dan menaruh beberapa makanannya kembali.
"Tidak, terima kasih."
Renjun ingin makan dengan tenang tanpa gangguan, namun merasa bahwa itu tidak akan terjadi. Dia menemukan sudut kosong dan bersandar di dinding. Beberapa saat kemudian, si pria kecil berdiri di sampingnya, tatapannya masih tertuju pada dada Renjun.
"Benar-benar hal yang segar," kata pria itu.
Renjun berharap pria itu mengacu pada makanannya.
"Kau tidak akan memuntahkan semuanya lagi kan?"
"Tidak." Hanya jika pria ini mencoba menciumnya.
"Kau hanya makan seminggu sekali, benarkan?"
"Semacam itulah."
"Aku Woozi. Kau?"
"Huang Renjun."
"Apa mungkin aku pernah melihatmu dalam peran apa?" Tanyanya.
"Crispies?"
Woozi menjilat bibirnya dan mengedipkan mata. "Kedengarannya brutal. Aku mungkin pernah melihatmu. Ambil kartu namaku. Hubungi aku. Aku yakin aku dapat menemukan sesuatu."
Renjun menyeimbangkan piringnya di satu sisi dan memasukkan kartu nama itu ke sakunya bersama kartu nama orang lain yang dia kumpulkan.
Renjun memilih pinwheel keju renyah dari piringnya dan menggigitnya. Dia tahu Woozi sedang menontonnya. Matanya pindah dari dada ke mulut Renjun.
Woozi beringsut lebih dekat. "Sebenarnya, aku punya proyek yang menarik saat ini. Studio-studio besar yang akan berjuang mendapatkannya. Semacam Stock Lock, Full Monty dengan corak. Ini tentang seorang pria yang bekerja di salon perawatan anjing dan dia yakin salah satu anjing yang ia rawat adalah reinkarnasi dari istrinya yang sudah meninggal. Dia membunuhnya saat mereka berbulan madu di Jeju."
Renjun tertawa dan kemudian menyadari kalau Woozi sedang tidak bercanda, dan film ini bukan komedi.
"Kedengarannya menarik," kata Renjun dan makan sedikit lebih cepat. Dia menarik napas lega ketika seseorang datang untuk mengajak pria ini pergi, terkejut mereka tidak membawa jaket putih dengan lengan yang sangat panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
tramontane [noren]
Fanfiction[Remake story] Original story Strangers by Barbara Elsborg Renjun sudah cukup banyak berurusan dengan bad boy sampai suatu saat ketika ia berenang satu arah di laut ia bertubrukan dengan pria yang tidak bisa ia tolak. Lee Jeno seorang mantan bad boy...