13

415 41 7
                                    

Ketika Renjun turun ke lobi pada Senin pagi, Jaemin sedang bersandar di dinding, menunggunya. Pria itu hanya bekerja sekali-sekali di Crispies, tapi ketika ia melakukannya, ia menunggu Renjun sehingga mereka bisa berjalan ke tempat kerja bersama-sama.

"Pagi." Jaemin mendorong pintu keluar yang akan dilewati Renjun.

"Selamat pagi. Bagaimana filmnya?" tanya Renjun.

"Tidak tahu." Jaemin menyeringai.

Renjun meliriknya dan tersenyum. "Jangan bilang kau yang membuat 'gerakan'?"

"Mungkin."

Mereka berjalan ke Dobong-gu Park, berbagi jalan dengan sekelompok pelari lanjut usia.

Jaemin menguap. "Aku terjaga sepanjang malam melukis. Aku bisa menyelesaikannya jika tidak berangkat hari ini, tapi Jungwoo menelpon pukul tujuh pagi ini dan menuntut kehadiranku. Shotaro sakit. Lagi."

"Siapa yang kau lukis?" Tanya Renjun.

Jaemin berjalan lebih cepat dan ketika Renjun menyusulnya ia melihat sisa-sisa tersipu di wajah Jaemin.

"Kau melukis Yangyang?"

"Dia tertidur. Dia tampak begitu manis. Hanya saja aku tidak berpikir Liu Yixing akan menginginkan lukisan itu di galerinya."

Renjun tertawa.

"Jangan katakan pada Yangyang. Aku ingin menyelesaikannya sebelum menunjukkan padanya."

"Oke. Er...Jaemin?"

Jaemin melirik Renjun.

"Jangan bilang pada siapa pun di tempat kerja tentang apa yang terjadi padaku dan Hyunjin."

Jaemin mengangguk. "Kau yakin kau baik-baik saja? Aku masih tidak bisa percaya dia melakukan itu."

Mereka menepi saat pejalan kaki-cepat melewati mereka, pantatnya bergoyang-goyang seperti dua kantong jelly.

"Apa kalian semua marah karena aku tidak memberitahukan tentang pernikahan itu?" Renjun bertanya.

"Haechan dan Yangyang sedikit jengkel. Aku juga berharap kau memberitahu, Renjun. Kami akan mendukungmu."

Renjun memberikan pandangan berterima kasih, tapi senang mereka tidak menyaksikan momen saat ia terhina.

Renjun bekerja di Crispies Senin sampai Kamis dengan upah hanya sedikit di atas minimum, dengan dasar bahwa tipnya yang besar.

Kadang-kadang mereka memang memberinya tip, tapi tidak sering. Setidaknya jam kerjanya tidak buruk dan ia bisa berjalan kaki untuk bekerja. Café juga dibuka malam hari, namun Renjun hanya bekerja shift siang hari.

Jungwoo, kakak Jaemin yang lebih tua, tidak menyukai Renjun dan Renjun tidak menyukai Jungwoo, tapi Yuta, kepala koki dan co-owner, menyukainya. Dia orang Jepang berumur tiga puluhan yang masih tinggal dengan ibunya dan main mata gila-gilaan dengan segala sesuatu yang memakai rok, meskipun tidak pernah dengan Jungwoo.

"Mendapat liburan yang menyenangkan?" Tanya Yuta ketika Renjun berjalan ke dapur.

"Luar biasa." Renjun tersenyum, berpikir dengan semua kemuakan yang ia rasakan terhadap Hyunjin, ia setidaknya bersyukur Hyunjin membuat pernikahan itu tetap jadi rahasia.

"Kulitmu tidak terlihat gelap sedikitpun." Yuta menatap dari atas ke bawah.

"Cuacanya mengerikan."

"Kau harusnya membiarkanku membawamu ke Jepang. Matahari selalu bersinar di atasku. Aku bisa menunjukkan padamu saat-saat yang menyenangkan." Yuta mengedipkan mata.

tramontane [noren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang