28

287 36 2
                                    

⚠️pagi-pagi dikasih yang kinda nsfw??? gasss!!



Renjun menghabiskan hari berikutnya di apartemen, menjauh dari jendela dan mengabaikan semua ketukan di pintu. Renjun berkonsentrasi pada kegiatan menjahit dan puzzlenya.

Renjun tidak mendengar kabar apapun dari Jeno. Bagaimana bisa Jeno tak tahu apa yang terjadi? Atau apakah ia berbohong tentang Eunbi dan tidak menelepon karena dia sudah tertangkap basah?

Tapi Jeno tak punya alasan untuk berbohong.

Renjun curiga Johnny berada di balik semua ini, Johnny memastikan Jeno tak tahu Renjun telah ditusuk. Ataukah Renjun hanya membuat alasan? Ketika ia berpikir terlalu banyak rasanya seperti ada pusaran yang merusak berputar di kepalanya.

Renjun duduk di tempat tidur ketika ia mendengar gedoran keras di pintu. Wartawan lagi atau Jeno?

Renjun menarik t-shirt ke atas tubuh telanjangnya dan pergi untuk memeriksa di lubang pintu. Nadi Renjun melonjak. Jeno tampak marah sekali. Mata gelap dan pandangan muramnya mengatakan semuanya. Jeno baru saja mengetahuinya.

Renjun menyentak lepas t-shirtnya dan membuka pintu. Saat mulut Jeno menganga melihat tubuh Renjun yang telanjang, Renjun mengulurkan tangan, mencengkeram kerah dan menarik tubuh Jeno ke dalam.

Tas Jeno jatuh dari tangannya saat ia meraih Renjun. "Kau baik-baik saja?" Tanyanya.

"Ya sekarang."

Jeno memutar tubuh Renjun dan menghela napas panjang. Renjun berbalik kembali untuk menghadapnya.

"Kau mengubahku menjadi tak bisa bicara," keluh Jeno.

"Dan bagaimana itu akan menjadi berbeda dari normal?"

Tubuhnya bergetar saat Jeno tertawa. "Aku ingin menjadi berlawanan denganmu," kata Jeno sambil menanam ciuman di seluruh wajah Renjun. "Apa kau berubah pikiran?"

"Pikiran apa?"

Tangan Jeno bergerak ke atas sisi rusuk Renjun dan kemudian ke bawah pantatnya sehingga ia bisa menarik tubuh Renjun kearahnya.

"Aku bisa saja membunuhmu," gumam Jeno di rambut Renjun.

"Kenapa?"

"Tebak."

"Aku menelpon tapi kau tidak menjawab. Aku mengirim pesan."

Jeno mengerang. "Aku kehilangan teleponku, lagi. Tapi kau bisa menelepon Johnny. Dia akan menemukan cara untuk menghubungiku."

Renjun teralihkan oleh komentar pertama. "Jika kau kehilangan ponselmu, bagaimana aku bisa meneleponmu?"

"Telepon itu muncul lagi pagi ini. Kupikir Siyeon yang mencurinya. Aku punya nomormu di speed dial dan aku tidak bisa mengingat nomormu, tapi aku sudah memecahkan masalah itu. Aku akan menunjukkan padamu bagaimana caranya nanti." Jeno mengangkat tangannya ke wajah Renjun dan meluncurkan ibu jarinya di pipi Renjun. "Aku tak bisa percaya ada orang gila yang menikammu."

"Ini tidak serius, Jeno."

Jeno mengetuk dahinya ke dahi Renjun. "Tentu saja serius. Dia menancapkan pisau di punggungmu. Ya Tuhan Renjun, dia bisa saja membunuhmu."

"Kenapa kau bilang kau belum pernah mendengar tentang dia?"

"Karena aku memang tidak pernah. Kwon Eunbi? Kupikir kau bercanda, membuat nama dari dua penjual perhiasan."

"Aku tidak suka perhiasan."

Jeno mendesah. "Ah, kalau begitu aku telah menyia-nyiakan uangku di bandara Beijing pada hadiah yang luar biasa."

tramontane [noren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang