⚠️mature content! nsfw, sex toy, rimming, dirty, pokoknya jorok jorok jorok!! minor minggirrrrrr!⚠️
—
Jeno adalah malaikat. Well, dia bukan, tapi pada saat ini, dia merasa dirinya adalah malaikat. Dia membersihkan semua piring dan gelas kotor dan ditumpuk di mesin cuci piring, sementara Renjun membereskan dapur kembali pada keadaan semula. Renjun bahkan mengambil tangan Jeno dan menggiringnya ke luar untuk meniup semua lilin kecil. Sementara itu seharusnya membuat semangat Jeno berkurang, nyatanya tidak.
Ini membuatnya lebih menginginkan Renjun.
"Petak umpet," kata Renjun. "Kau tinggal di sini, mata tertutup dan menghitung sampai lima puluh." Renjun melepas bajunya.
Tatapan Jeno tergelincir ke puting nakalnya. "Jangan lima puluh. Dua puluh lima." Jeno melemparkan dasinya ke samping dan membiarkan kemejanya jatuh, kemudian menyeret tangannya ke kemaluannya dan menutup matanya.
Pada hitungan ke dua puluh lima Jeno membuka matanya. Jantungnya berdebar cepat ketika ia mencari di seluruh lantai dasar.
Tidak ada tanda-tanda keberadaan Renjun. Jeno mematikan lampu sebelum ia naik ke lantai atas, langsung ke kamar tidurnya. Jeno sudah yakin akan menemukan Renjun di tempat tidur, tapi dia tidak ada disana.
Bingung, ia pergi untuk memeriksa tempat lain, termasuk lantai berikutnya. Tidak ada tempat lain untuk bersembunyi kecuali— oh sial.
Jeno berlari kembali ke kamar tidurnya dan membuka pintu lemari. Renjun duduk di atas kotak biru di sudut, tidak membukanya. Kemudian Jeno menyipitkan matanya. Apa itu yang dia pakai?
Renjun berdiri, tangan di belakang punggungnya, dan tersenyum. Dasi-dasi Jeno. Membungkus payudaranya, sampai ke lengannya, di lehernya, kakinya, kepalanya. Di antara kedua kakinya. Jeno mengerjapkan mata.
Kemudian Renjun menyodorkan tangannya ke depan untuk menunjukkan apa yang ia pegang. Sialan. Jeno habis terbakar. Sebuah sambaran petir tidak mungkin lebih efektif. Bolanya merinding dan kemaluannya bergetar seperti bor.
Tidak ada yang pernah menyentuh kotak itu, bahkan tidak tukang bersih-bersihnya, tak seorang pun. Jeno menumpuk barang-barang itu di atas. Dia tidak pernah membiarkan seseorang ada di sekitar sini...Sial.
Jeno membuka mulutnya untuk mengatakan kalau dia bisa menjelaskan, kemudian bertanya-tanya—bagaimana? Peralatan untuk sebuah film? Hadiah dari fans? Hadiah untuk—err—agennya?
"Punya baterai?" Tanya Renjun.
Udara berhembus keluar dari diri Jeno. Lututnya bergetar dan lubang pantatnya menggigil.
"Sudah ada didalamnya," bisik Jeno.
"Berlutut di tempat tidur," kata Renjun.
Entah bagaimana kaki Jeno membawa tubuhnya menyeberangi ruangan. Jeno membuka selimut kasur dan berlutut seperti merangkak pada seprai yang gelap.
Dildo biru yang Renjun pegang panjang dan ramping, terbuat dari bahan seperti jelly lembut dan halus dengan spiral di seluruh batangnya. Dibeli Jeno setelah eksperimennya dengan pria-pria karena selain Jeno menyukai sensasinya, ternyata ia lebih menyukainya pada wanita. Jeno lega melihat pelumas ada di tangan Renjun juga.
Saat Jeno merasakan tangan Renjun di punggungnya, nafsu berkumpul di pangkal pahanya. Ini tidak salah, tidak menyimpang atau kotor, tapi ini bukan sesuatu yang Jeno ingin pers untuk ketahui. Jeno merasa seolah-olah ia memamerkan jiwanya kepada Renjun. Tangan Renjun menekan tulang belakang Jeno dan Jeno membiarkan kepalanya jatuh ke tempat tidur sehingga pantatnya menggantung di udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
tramontane [noren]
Fanfiction[Remake story] Original story Strangers by Barbara Elsborg Renjun sudah cukup banyak berurusan dengan bad boy sampai suatu saat ketika ia berenang satu arah di laut ia bertubrukan dengan pria yang tidak bisa ia tolak. Lee Jeno seorang mantan bad boy...