Dibalik Ini Semua - Abiyyah Hakim Fawwaz

54 0 0
                                    

Seperti biasa, rutinitas di akhir bulan, ayah dan ibu selalu pulang ke rumah untuk melihat keadaan Gladis yang hanya tinggal bersama bi Sari. "Ayah dan ibu nanti pulang, kabar mereka bagaimana ya? Gladys kangen banget." ucap Gladys sore itu dalam renungannya. Sewajarnya anak yang pasti punya rasa rindu jika ditinggal lama oleh orang tuanya. Tetapi tetap ada satu hal yang sangat ditakuti oleh Gladys saat ayah dan ibunya berada di rumah. Ya, akan selalu ada pertengkaran, perdebatan, atau apa pun yang selalu mereka sajikan di dalam rumah yang membuat Gladis tak mau berada di rumahnya.

Gladis membenci kenangan itu, momen yang tak pernah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya sejak sebelas tahun yang lalu. Gladis takut hingga pada suatu ketika pada tahun 2022. Gladis ingat kedua orang tuanya akan pulang dan mengulangi perdebatan itu lagi, lagi, dan lagi. Entah apa yang mereka perdebatkan setiap kali berada di rumah. Malam itu Gladis sudah menyiapkan segala keperluannya untuk sekolah, dan mental untuk menghadapi kedua orang tuanya. Setelah itu Gladis memutuskan untuk istirahat lebih awal agar bisa sekolah dengan perasaan bahagia dan keadaan yang fresh.

Istirahat malam ini sangat nyenyak sebelum akhirnya suara gaduh membuat Gladys terpaksa terbangun pukul 03.00 dini hari. Suara itu suara yang paling dibencinya saat kedua orang tuanya berada di rumah. Ia mencoba tidur kembali, berulang kali namun tetap tidak bisa. Suara itu semakin keras dan semakin mengerikan. Gladis geram, ia terbangun dan menyusul orang tuanya yang sedang bertengkar hebat di ruang utama. Ia mendapati ibunya sedang menangis dengan nafas tak beraturan dan bersandar di dinding. Lalu sang ayah sedang mengangkat tangan seperti ingin menampar ibunya. "Ayah! Maksud ayah apa?" ucap Gladis dengan nada yang cukup tinggi.

"Apa!? Kamu mau ikut campur urusan orang tua!?" kata ayah dengan nada tak kalah tinggi.

Gladys termakan emosinya ,nafasnya tak karuan "Kalo kalian di rumah Cuma mau bertengkar, lebih baik ga usah p[ulang sekalian yah, Gladis ga papa yah buk kalo disuruh tinggal sama bi Sari di rumah" ucap Gladis yang sudah tak tahan menahan emosinya.

Setelah bicara seperti itu Gladis langsung keluar rumah dengan membawa kunci motor kesayangannya itu. Motor terus melaju tak tahu arah dan dengan kecepatan di atas rata-rata. Dengan perasaan kecewa Gladis pergi dari rumah. Ia tak mau jika harus menyaksikan perdebatan itu setiap hari.

Hari sudah pagi Gladis memutuskan untuk pergi ke mini house nya yang hanya berukuran 6x5 meter saja. Sekedar untuk menenangkan pikirannya. Disana ia memiliki teman tak kasat mata Luxi & Alex namanya. Luxi dan Alex selalu setia menemani Gladis, dan Gladis pun sering berbagi cerita dengan mereka. Hubungan mereka sangat baik walau tak terlalu jelas didengar oleh telinga. Karena selalu ada masalah yang terjadi diantara kedua orang tua Gladys ia jadi tak terurus. Hidupnya jadi berantakan dan abstrak.

"Aaaaaa, kenapa harus gue sih yang dapet jalan hidup kek gini!" bentak Gladis pada kenyataan

"Hei Gladys , jangan seperti itu hidup kami jauh lebih buruk, dan kami juga sedih saat kami kehilangan diri kami dan keluarga kami" ucap Luxi mencoba menenangkan

"Iya Gladys kamu harus kuat bertahan ,kamu itu orang yang kuat dan tangguh yang kami rasa, kami tak salah jika di sini bersamamu" timpal Alex.

"Ada kami Gladis kamu harus kuat, harus semangat dan harus bangkit" Luxi dan Alex menguatkan Gladis.

Gladis sangat terpuruk ia bingung dan merasa ingin mengakhiri hidupnya, tetapi ia juga ingin membuktikan bahwa masa lalu tak mempengaruhi masa depan jika kita ada pergerakan.

Tiga hari berlalu, ia tak berangkat ke sekolah. Hari berikutnya adalah Hari Minggu, ia memutuskan untuk mengabari bi Sariguna mengantarkan seragam sekolah dan beberapa pakaian bebas, karena persediaan sudah habis . Setelah bertemu bi Sari, ia memutuskan untuk pergi ke snow world, sekadar untuk refreshing dengan bermain bola salju, rumah es, dll.

Padma Amerta: Antologi Cerpen MA An-Nawawi Berjan PurworejoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang