Kisah Hidupku - Siti Maratussoleha

4 0 0
                                    

Terlahir dari keluarga sederhana, berkehidupan pas-pasan membuat aku harus memutuskan untuk berhenti sekolah dibangku SMP. Aku anak dari 5 bersaudara, 1 kakak laki-laki dan 3 adik perempuan. Kakak laki-lakiku sudah menempuh dunia kerja sejak usia 13 tahun dengan membantu bapakku di ladang, karena dia anak laki-laki satu-satunya. Sedangkan, ibuku memutuskan membantu pemasukan keuangan keluargaku dengan menjadi buruh cuci dan setrika keliling. Melihat semua itu aku merasa prihatin,maka dari itu aku memutuskan untuk bekerja pada usia 16 tahun dan putus sekolah.

Aku bekerja sebagai pegawai di toko kue bibiku, gajiku memang tak seberapa tetapi aku hanya ingin membantu meringankan beban keluargaku dalam membiayai sekolah adik-adikku. Beberapa tahun kemudian aku mulai membuka usaha konveksi ku, aku memang memiliki bakat dalam hal menjahit. Bakat menjahitku berasal dari tetanggaku, sebelum membuka usaha konveksi aku sering membantu tetanggaku di waktu yang senggang seperti hari sabtu dan minggu. Aku sudah mulai mahir dan lincah dalam hal menjahit dan sejak itulah akhirnya aku memutuskan membuat usaha konveksi sendiri. Selagi usaha konveksiku belum banyak yang pesan aku masih tetap menjadi pegawai di toko bibiku. Sejak aku bekerja dan membangun usaha konveksi ku aku merasa membantu keuangan keluargaku membaik tapi belum sepenuhnya. Aku tidak ingin adik-adikku putus sekolah seperti aku dan kakakku, aku selalu berpesan kepada adik-adikku bahwa mereka harus belajar yang giat sampai ke jenjang perguruan tinggi.

3 adikku memang tergolong anak yang pintar di kelasnya masing-masing. Adik yang pertama,sekarang berada di bangku kelas 6 maka dari itu,dia mulai disibukkan oleh ujian-ujian. Saat mendekati ujian UM, dia dilarang bermain terlalu sering oleh ibuku. Walaupun, awalnya dia menjadi murung dan jarang berbicara lama-kelamaan dia pun menjadi sadar bahwa ini semua memang yang terbaik untuknya. Tidak mungkin seorang ibu ingin membiarkan anaknya terjerumus ke jalan yang salah.

Adik yang ke-2 sekarang berada di bangku kelas 4. Dia termasuk anak yang pintar di dalam kelasnya. Selama 4 tahun berturut-turut dia menduduki peringkat 1 di dalam kelasnya. Dia juga sering mengikuti lomba-lomba yang ada di sekolah. Walaupun, terkadang hanya mendapat juara harapan dia tidak pernah putus asa untuk mencoba mencapai keberhasilannya. Dia sering berkata kepada bapak dan ibu "aku ingin menjadi orang sukses biar keluarga kita tidak harus menahan lapar lagi dan bekerja sampai petang,biar bapak sama ibu tidak usah susah payah lagi dalam memcari uang untuk kita." ujar adiku ke-2. Ucapannya mampu membuat bulu kuduku merinding dan mataku berkaca-kaca. Dia juga berjanji akan belajar lebih giat lagi dalam mencari ilmu.

Adik yang ke-3 sekarang berada di bangku kelas 2. Dia termasuk anak yang jenius sejak kecil,dia sudah terlihat berbeda dari adik-adikku yang lain. Dia sudah 2 kali mendapat peringkat 1 paralel di sekolahnya.kata guru bahwa dia sudah bisa memahami materi yang belum guru sampaikan.

Kejadian itu menjadikan ku bersemangat dalam mencari uang. Aku selalu mengingat-ingat bahwa masih ada adik-adikku yang perlu dibiayai dalam masa sekolahnya. Aku berjanji,adik-adikku harus sampai ke perguruan tinggi dan menyandang gelar sarjana, kalo bisa lebih tinggi dari sarjana. Aku tidak akan membiarkan adik-adikku putus sekolah dan merasakan kerasnya bekerja di saat masa-masa sekolahnya. "malu...diremehkan, jauhi dan dikata-katai teman-teman yang tidak pantas didengar." ujarku dalam hati,itulah aku tidak ingin mereka merasakan apa yang kurasakan selama ini. Semua hal itu tidak menjadi alasan bahwa aku harus berhenti dalam bekerja. Mereka hanya iri dengan keluargaku, meskipun kekurangan,keluargaku tidak pernah menampakannya dan tidak butuh dikasihani. Keluargaku selalu harmonis dan selalu terlihat sempurna bahkan bisa dibilang mampu atau berkecukupan dari luar, "hhha...konyol ya." ujarku dalam hati. Bahkan keluarga yang sangat berkecukupan dan dibilang kaya, di lingkungan keluarganya belum tentu bisa merasakan hangatnya sebuah keluarga.

Seiring berjalannya waktu ibu dan bapakku semakin tua dan tidak kuat lagi seperti dulu, aku semakin khawatir. Kakakku sudah menginjak umur 25 tahun, Ibu dan bapakku menyuruh kakakku untuk segera menikah, Dia juga sudah memiliki pasangan yang mau menerima dia dengan apa adanya. Aku merasa terharu bahagia bahkan rasanya tidak bisa diungkapkan lagi. "Alhamdulilah masih ada orang yang tidak menjadikan materi sebagai patokan kebahagiaan." kataku dalam hati. Hari ini adalah hari dimana kakakku memiliki pendamping hidup untuk menyempurnakan agamanya.Hari ini pada tanggal 28 Maret 2017 kakakku menikah dengan acara yang tidak terlalu mewah bisa dibilang sederhana karena hanya keluarga inti yang hadir di acara akad maupun resepsi. Setelah acara selesai aku dan Ibuku beberes dibantu bapak dan adik-adikku.

Bulan demi bulan tahun demi tahun sudah berlalu, aku pun sudah berhenti bekerja di toko bibiku. Aku mulai fokus dengan usaha konveksi sendiri karena sekarang aku mulai membuat pola baju dan menjahit sendiri dengan di bantu keluargaku. Sekarang sudah banyak pesanan dan bahkan aku mendapat pesanan membuat baju seragam olahraga SD 1 Paradisa. Memang, jumlahnya tidak terlalu banyak tapi aku sangat senang dan semangat dalam menyelesaikan pesanan ini, ibu dan adikku membantu dengan mengemas dan mempacking baju-baju yang sudah jadi. Usaha konveksi ku sekarang sudah berkembang dengan baik.

Seiring berjalannya waktu,bersamaan dengan usaha konveksi ku yang sudah semakin terkenal di mana-mana. Tuhan memberikanku cobaan, penyemangatku dan salah satu orang yang menjadi tujuan dari kesuksesanku, dia telah diambil Oleh-Nya. Dia bapakku pemimpin dalam keluargaku, seorang inspirasi bagiku dan penguat dalam hidup keluargaku. Sebuah kenyataan yang begitu sulit untuk aku terima. Namun, bagaimanapun keadaannya aku harus tetap semangat menjalani kehidupanku agar aku bisa menguatkan keluargaku. Berjuang dan menata kembali keluarga untuk menuju kesuksesan, karena aku masih bertanggung jawab atas ibu dan adik-adikku.

Tuhan memang adil,1 orang yang kusayang diambil, aku dipertemukan pada orang yang menyayangiku dengan tulus dan menerima aku apa adanya dia mas A. Hari itu,awal aku bertemu dengan mas A di salah satu butik milik Rahni, teman yang juga masih menjadi kerabatku. Kebetulan sekali saat itu mas A memang sedang ada proyek dengan Rahni dan disitu aku diajak untuk ikut proyek tersebut. Aku dan mas A sering bertemu dan kontekan. Dari situ aku berkenalan dengan mas A menjadi teman akrab hingga saling memahami satu sama lain. Akhirnya mas A mengajakku ta'aruf. Mas A merupakan seorang desainer yang tidak begitu terkenal,dia anak tunggal dari keluarga yang sangat berkecukupan atau bisa dibilang kaya. Orang tuanya memiliki butik yang sudah mempunyai cabang dimana-mana.

Hari itu,aku dan mas A sepakat untuk menjalankan hidup bersama dan memulai usaha bersama, keluargaku dan keluarga mas A sudah setuju dan tidak keberatan akan hal itu. Di hari ini dimana hari 1 tahun yang lalu,sosok bapak meninggalkanku bertepatan dengan mas A yang mengucapkan ijab qabulnya. Sekarang mas A sudah resmi menjadi teman hidupku sekaligus penyempurna agamaku.

Aku merasa sangat senang sekaligus bahagia,terlebih saat melihat keluargaku tersenyum,menangis haru, karena melihat aku sudah menikah tapi aku tetap ingin membiayai keluargaku. Dengan jerih payahku sendiri, keluargaku yang dulunya pas pasan sekarang sudah berkecukupan bahkan sangat berkecukupan. Melihat adik-adikku yang sangat semangat belajar dan bisa melanjutkan sekolahnya tanpa memikirkan biaya sepeserpun.Aku dan mas A kini sudah memiliki butik yang cukup terkenal, bahkan sudah mempunyai 1 cabang di luar kota.Sekarang aku mempunyai banyak teman desainer yang sudah banyak pengalaman dari pada aku.

Beberapa bulan kemudian aku mengandung anak pertamaku, mas A sangat bahagia dan dia sangat posesif pada hal-hal yang aku kerjakan dari mulai yang ringan sampai yang berat maupun dalam hal makananku pada saat aku mengandung.Setelah 9 bulan aku mengandung aku melahirkan seorang bayi yang cantik jelita. Mas A memberi nama bulan,entah karena apa,yang pasti ku panjatkan kembali puji dan syukur yang bertubi-tubi atas nikmat serta kebahagiaan yang tuhan berikan untukku dan mas A. Bulan adalah penyemangat bagi aku dan mas A untuk tetap berjuang untuk masa depannya. Aku menangis haru saat melihat ibuku dengan bahagianya menggendong dan merawat bulan kesana kemari pada saat aku sedang sibuk. Rasa kasih sayang ibuku yang diberikan kepadaku dan rasa repot pada saat aku sakit atau rewel sekarang aku merasakan apa yang ibuku rasakan dulu. Apalagi bapak pasti tersenyum melihat kebahagiaan yang saat ini sedang kujalani. Terima kasih tuhan, kau telah memberiku kebahagiaan yang tak kan tergantikan. 

Writer: Siti Maratussoleha    

Padma Amerta: Antologi Cerpen MA An-Nawawi Berjan PurworejoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang