Namaku Gilang Satria Gifari, biasa dipanggil Gilang. Aku merupakan anak pertama dari dua bersaudara dan berasal dari keluarga yang sederhana. Pada saat aku umur 7 tahun, aku selalu diajarkan oleh orang kedua tuaku tentang arti kehidupan. Di dalam hatiku, aku selalu berkata;
"Betapa enaknya menjadi orang kaya, semua serba ada segala keinginan terpenuhi karena semua tersedia", aku sering menghayal jika seandainya aku jadi orang kaya pasti aku sangat senang sekali. Tapi kedua orang tuaku selalu berkata bahwa dengan menuntut ilmu dan berusaha dengan sungguh-sungguh, pasti apa yang kita inginkan tercapai. Itu pun pernah dikatakan oleh guru ngajiku, Man Jadda Wa Jadda, yang artinya; barang siapa bersungguh-sungguh, semua keinginan pasti akan tercapai. Itu selalu kutanamkan dalam hatiku sampai sekarang. Untuk itu, aku selalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk bisa mengejar cita-citaku ingin menjadi dosen.
***
Suatu ketika aku di ajak pamanku untuk kerumahnya.
"Lang, hari Minggu besok kamu ada kerjaan gak?", tanya paman kepadaku.
"Tidak ada, emangnya kenapa?", tanyaku penasaran.
"Besok Minggu ke rumah paman, ya!", ajak paman.
"Oke deh", jawabku sambil mengacungkan jempol pada paman.
Keesokan harinya, aku langsung pergi ke rumah pamanku yang ada di desa Tlogo Depok. Tanpa pamit kepada orang tauaku, pamanku langsung meminta aku duduk di kursi yang ada di sampingnya, dan aku langsung duduk. Tanpa basa-basi pamanku langsung memberikanku sebuah buku yang berjudul "Kisah Abu Dzar Al Ghifari" di dalam hatiku aku selalu bertanya untuk apa pamanku mengasih buku ini. Setelah itu, pamanku langsung menjelaskan bahwa Abu Dzar Al Ghifari itu merupakan sahabat Rasulullah SAW yang memiliki pengetahuan yang tidak dimiliki oleh orang lain, selain itu di juga shaleh dan termasuk orang kaya dari para sahabat Rasulullah SAW dia dulunya sangat miskin tetapi dia berusaha dengan sungguh-sungguh dan akhirnya dia menjadi orang yang sukses, hartanya ada di mana-mana .Setelah pamanku bercerita panjang lebar, Bibiku datang. Ibumu mencarimu kemana-mana ,dia khawatir kalau kamu diculik orang". Kata bibiku aku pun langsung pamit kepada paman dan bibiku. Tapi sebelum pamit pamanku menyuruh untuk datang ke rumahnya besok setelah pulang sekolah,aku langsung pamit kepada orang tuaku untuk pergi ke rumah pamanku.
"Bu, aku mau pergi ke rumah paman, nanti sore aku pulang", pamitku pada ibu.
"Iya, tapi kamu jangan terlambat lagi", ibu mengingatkanku.
"Iya, aku pamit dulu ya bu, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam"
Aku pun pergi ke rumah paman. Setelah sampai di rumah pamanku dan dipersilahkan duduk, pamanku mulai ngobrol denganku;
"Lang, setelah kamu lulus SMP, kamu ingin lanjut sekolah dimana?"
"Aku ingin sekolah di SMA Cakrawala, karena itu merupakan impianku sejak kecil", jawabku seadanya.
"Kenapa gak mau coba sekolah di kota saja, misalnya di SMAN Surabaya?", tanya pamanku yang menyarankan sekolah yang bagus itu.
"Aku sih mau, tapi aku ingin sekolah di SMA Cakrawala saja yang lebih dekat dengan rumah dan menghemat biaya transportasi.
"He... he... selain itu, sekolah mana saja sama kok yang penting niatnya", jawabku lagi dengan sembari tersenyum.
"Oh, baguslah kalau begitu. Kamu mau gak bantuin paman jualan es lilin?", tanya paman padaku.
"Boleh paman, tapi aku biasanya setelah pulang sekolah"
"Ya gak papa, yang penting gak ganggu waktu belajar kamu", jawab paman padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Padma Amerta: Antologi Cerpen MA An-Nawawi Berjan Purworejo
Short StoryPadma Amerta; sebuah antologi cerita pendek yang terdiri dari 28 karya siswa-siswi MA An-Nawawi Berjan Purworejo Jawa Tengah. Judul ini diambil dari bahasa Sansekerta. Kata "Padma" berarti teratai, sedangkan "Amerta" yang berarti abadi. Sesuai denga...