Kedua Impianku - Karina Nisa Dinda Rabani

10 0 0
                                    

Aku, bocah yang ingin seperti mereka di luar sana, bebas bermain kemana-mana, melakukan segala hal sesuka hati dan kebebasan lainnya. Tapi, berbeda dengan orang tuaku, aku selalu dituntut untuk melakukan apa pun yang diinginkan oleh kedua orang tuaku. Dari segi pendidikan, pola hidup, bahkan sampai cita cita. "De, nanti kamu harus masuk jurusan MIPA, supaya kamu bisa jadi dokter nanti", ucap ibuku. Aku hanya bisa tersenyum dengan lemas.

Allaycia Maheswari; adalah nama lengkapku. Orang memanggilku Sisy. Aku gemar menonton drama entah itu drama Indonesia, Korea ataupun lainnya. Aku juga suka mendengarkan musik lokal maupun mancanegara. Tetapi, aku tidak terlalu suka bergaul dengan teman temanku. Lebih baik berdiam diri dikamar sambil menonton drama atau mendengarkan music daripada berkumpul dengan teman-teman lalu bergosip ria membicarakan hal-hal yang tidak bermutu. Satu hal yang tidak aku suka yang dengan terpaksa aku sukai yaitu "belajar".

"De, selamat! Kamu lolos jurusan MIPA, yang giat belajarnya, pokoknya kamu harus jadi dokter besok!." Ternyata pengumuman sekolah baruku telah keluar. Aku hanya membalas dengan tersenyum. Setidaknya aku bisa sedikit membahagiakan kedua orang tuaku walaupun itu membuatku sedikit agak terpaksa. Hari ini aku harus berangkat sekolah untuk pertama kalinya setelah liburan panjang. Sangat berat meninggalkan aktivitas selama liburan seperti menonton drama sepuasnya, mendengarkan music dan terbebas dari materi-materi yang memusingkan.

Tak ada materi yang dijelaskan pada hari ini, hanya perkenalan dari guru juga teman-teman. Aku terlalu malas untuk mendengarnya. Tiba-tiba ada satu bocah "hai kamu, perkenalkan namaku melati aku akan menjadi partner bangkumu mulai dari sekarang." Ucapnya sangat antusias. "Salam kenal aku Allaycia, panggil saja Sisy", jawabku sambil sesekali memperhatikan guru yang ada di depan, walaupun malas aku tidak mau ketinggalan informasi.

Banyak yang diperkenalkan oleh bocah yang kuketahui namanya melati itu, dia bercerita dari asalnya, hobinya, makanan kesukaan, sampai cita citanya. Satu hal yang sangat membuatku iri ialah tentang ia yang bercerita bagaimana orang tuanya membebaskan ia untuk memilih jalan hidupnya sendiri. "Bapak ibuku selalu mendukung semua pilihanku, semua permintaanku juga selalu mereka turuti." Begitu ia menceritakannya.

Satu hari sekolah telah terlewati, aku sedang dalam perjalanan pulang, aku menaiki ojek online dikarenakan kedua orang tuaku sedang tidak bisa menjemputku. Dalam perjalanan pulang aku kembali terpikirkan oleh perkataan si melati teman baruku itu "ga semua harus menuruti kata kedua orang tuamu Sy, kadang kita juga berhak memilih apa yang kita inginkan sendiri." Aku jadi berniat menyampaikan pendapat kepada kedua orang tuaku, selama ini aku tidak pernah menyampaikan apa keinginanku.

Jam menunjukkan pukul 15.00 WIB. Aku telah sampai di rumah dan benar, orang tuaku belum pulang bekerja. Aku sangat tidak sabar menyampaikan impianku selama ini. Akhirnya aku mandi terlebih dahulu lalu makan dengan lauk yang tersedia. Aku memikirkan respon baik orang tuaku saat menyampaikan impianku bahwa mereka akan sangat setuju. Dari dulu aku memang tidak pernah membicarakan tentang impianku kepada kedua orang tuaku.

"Assalamu'alaikum ade, kamu dimana?" Aku mendengar teriakan Ibuku dari ruang tamu. "Waalaikumsalam Bu, aku ada di dapur sedang makan." Jawabku sangat antusias dan selalu tersenyum. "Kamu terlihat bahagia sekali, apa yang kamu dapatkan hari ini di sekolah? Teman barumu pasti banyak." Tebak ibuku. "Tidak, aku hanya mendapat satu teman ataupun teman bangkuku, dimana bapak aku ingin menyampaikan sesuatu." Tanyaku sambil mengamati ruang tamu yang tak kunjung muncul bapaku.

Tak sabar rasanya aku menunggu bapak yang tak kunjung memasuki rumah. Dan pada akhirnya datanglah bapaku "bapak sini katanya ade ingin mengatakan sesuatu." Ucap ibuku yang melihat bapak yang sedang berjalan memasuki rumah. "Ada apa sih sebenarnya? ade terlihat sangat bahagia."Tanya Bapakku ketika melihat aku yang selalu menampilkan senyuman. "Aku ingin menjadi seorang pelukis yang terkenal pak, bu", akhirnya lega sudah momen yang saat aku tunggu semenjak pulang sekolah akhirnya terjadi juga.

Padma Amerta: Antologi Cerpen MA An-Nawawi Berjan PurworejoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang