Penjaga Hati - Lu'lu' Kamila Faaza

11 2 1
                                    

Suara merdu telah berbunyi, apalagi kalau enggak suara bel istirahat. Seperti pada umumnya, siswa-siswa yang tak bergairah hidup itu tiba-tiba mempunyai sumber semangatnya sendiri-sendiri. Apalagi hari ini kelas XI-Mipa'1 ada pelajaran kimia dengan guru yang killer nya minta ampun.

"Oke anak-anak, berhubung sudah waktunya istirahat, kita cukupkan pertemuan hari ini, kita sambung lagi di pertemuan yang akan datang, kurang lebihnya saya minta maaf dan selamat istirahat." Ucap Bu Renata pada anak-anak kelas. "Makasih bu, selamat istirahat juga." Ucap anak kelas XI-Mipa'1 dengan kompak.

"Amila, jangan lupa ngerjain PR-nya!" seru Bu Renata pada Amila, sambil berjalan keluar kelas. "Iya Bu." Jawab Amila pada Bu Renata, sembari memberi senyuman terbaiknya.

Mapel kimia kali ini sukses membuat mood Amila jelek. Mengingat dirinya baru saja dihukum oleh Bu Renata gara-gara lupa ngerjain PR, padahal dirinya dikenal murid yang rajin, tapi karena semalam Amila menonton film favoritnya, sampai lupa kalau ada PR kimia.

Beberapa menit kemudian Byanca, Zeyla, dan Alana berkumpul dibangku milik cewek bermata celik, dan berbadan tinggi, yang sedang memainkan smartphone dengan logo apel miliknya. "Kantin yuk La!" ajak Bynca "belum makan nih, keburu rame tuh kantin," tambah Zeyla dan Alana.

"Bentar-bentar, nanggung," jawab Amila, "Lagi ngapain sih, kayak sibuk amat?." Tanya Zeyla, "nggak ngapa-ngapain kok, nih udah selesai, kantin yuk guys." Ajak Amila. Tanpa menunggu jawaban dari Byanca, Zeyla, dan Alana, Amila berjalan terlebih dukamu meninggalkan sahabat-sahabatnya itu.

"Kebiasaan ya si Amila, kalau ditunggu malah ninggalin," ujar Alana sembari berjalan tepat dibelakang Amila. "Kayak nggak tau Amila aja kamu Lan," balas Zeyla pada cewek berkulit putih itu.

Beberapa menit kemudian ke-empat cewek itu sampai di depan kantin SMA Angkasa Dirgantara. Seperti biasa, jam istirahat adalah puncak keramaian kantin sekolah.

"Parah sih, rame banget." Ujar Byanca pada ketiga sahabatnya itu, "cari tempat diujung kantin aja yuk, siapa tau ada yang kosong." Ajak Alana. Tanpa berpikir panjang, mereka langsung berjalan menuju tempat yang baru saja disarankan oleh Alana. Dan benar saja, ada 1 meja kosong yang belum berpenghuni. Mereka pun cepat-cepat duduk diatas kursi yang sudah tersedia, seolah-olah itu adalah tempat paling berharga yang tidak boleh diduduki orang lain.

"Pada mau pesen apa?" Tanya Amila pada ketiga sahabatnya, "gue pesen bakso sama lemon tea aja deh." Jawab Byanca dengan ekspresi menahan lapar. "Emm, kalau gue seblak super pedas, minumnya es jeruk." Jawab Alana. "Kamu mau pesen apa Ze?," Tanya Amila pada Zeyla, "gue sama kayak Alana aja," jawab Zeyla, "lah emang doyan pedes?" Tanya Alana pada Zeyla "ya maksudnya es jeruk 1 terus seblaknya 1,tapi yang nggak pedes," jawab Zeyla dengan ekspresi datarnya. " Yaudah gue pesenin dulu, hari ini gue yang traktir," ucap Amila pada 3 sahabatnya itu.

"Widih ,tumben traktir segala, biasanya juga traktirnya harus dibaik-baikin dulu," ucap Byanca yang dengan perkataan yang keluar tanpa filter itu. "Yaudah gapapa sih kalau gamau, gajadi." Jawab Amila dengan senyum sinisnya.

Byanca tuh Cuma bercanda kok La, gausah didengerin" Alana memperjelas maksud Byanca tadi, supaya mereka tetap ditraktir Amila. Mereka bertiga itu sebenarnya mampu-mampu aja kalau cuma beli makan beginian, bahkan mereka bisa saja memborong seluruh isi kantin, dan kantinnya kalau mereka mau. Tapi mereka punya prinsip, kalo masih bisa dapet traktiran, kenapa harus repot-repot ngeluarin uang sendiri,gitu.

"Yaudah ah, gue pesen makan dulu," ucap Amila, sambil berjalan meninggalkan 3 sahabatnya itu

Beberapa saat kemudian, makanan yang dipesan oleh 4 cewek itu datang, kebetulan yang mengantar adalah Mang Ojan, karyawan kantin yang sudah akrab dengan Queen Moon itu. "Yey! akhirnya datang juga makanan gue," ucap Zeyla heboh, sembari menampilkan senyum terbaiknya itu. Saking hebohnya , Zeyla mengambil sendiri makanan yang belum sempat ditaruh meja oleh Mang Ojan.

Padma Amerta: Antologi Cerpen MA An-Nawawi Berjan PurworejoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang