Permintaan Terakhir Ibu - Laeliya Nuryani

6 0 0
                                    

Flashback on

Di suatu siang yang cerah dan panas ,suara bola dilempar dan dipantulkan terdengar menggema di lapangan basket SMA Nusa Bangsa Yogyakarta.

"Dikaaa....", seorang temannya menghampiri dengan nafas terengah-engah.

"I... Ibumu masuk rumah sakit"

'Deg' seketika jantung Dika berhenti berdetak. Dengan wajah panik ia berlari ke parkiran dan melajukan motornya menuju rumah sakit. Sesampainya di depan ruangan ibunya, ia melihat ibunya terbaring lemah dengan paman dan bibi yang berada di sampingnya.

"Dika, sini nak ibumu pengen bicara", kata bibinya

Dika mendekat ke ranjang ibunya, matanya berkaca-kaca.

"Dika, i... ibu pe... ngen li.. at kamu me.. menangkan lomba un.. tuk i..."

Titt Titt

Ibu Dika menghembuskan nafas terakhir sebelum menyelesaikan ucapannya. Dika menangis kencang dan memeluk jasad ibunya.

Flashback off

Tett Tett Tett

Bel tanda istirahat telah berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba. Beberapa siswa mulai meninggalkan kelas menuju kantin untuk mengisi perut mereka. Tetapi Dika sepertinya enggan beranjak dari tempat duduknya. Dika sekarang berada di bangku kelas 12 IPA 1. Ia terlihat masih mengerjakan soal-soal di depannya tanpa menyadari bahwa dia hanya sendirian di kelas.

"Tumben masih di kelas, kantin yuk", ajak Hendra teman dekatnya.

"Gak bisa ndra, gue harus ngerjain soal-soal ini dulu."Tolak Dika.

"Lo kenapa sih Dik? Akhir-akhir ini lo kok berubah. Biasanya juga nongkrong bareng kita. Sekarang kok lo jadi peduli banget sama pelajaran."

"Kan gue udah bilang sebelumnya,gue pengen mewujudkan permintaan mendiang ibu gue."

"Lu bodoh Dik, seharusnya setelah ibu lo meninggal. Berarti lo bisa bebas sekarang. Lagian biaya hidup juga udah ditanggung paman lo kan."

"Sorry Ndra, pemikiran gue gak sepicik lo"

"Hadehh, terserah lo dah. Yang jelas lo bakal nyesel nanti."

Dika menatap Hendra dengan tatapan malas dan kembali fokus pada soal yang sedang ia kerjakan. Percuma saja jika dia berdebat dengan Hendra karna dia ga akan pernah paham apa yang ia rasakan sekarang.

Dengan perasaan kesal, Hendra keluar dari kelas meninggalkan Dika. Hendra ga habis pikir bagaimana Dika bisa berubah sedrastis itu. Dulu dia dan Dika adalah troublemaker sekolah. Bahkan mereka adalah langganan BK. Tapi semenjak ibu Dika meninggal, ia menjadi rajin belajar dan ga pernah ikut nongkrong dengannya

"DIKAA", teriak jeno dari ambang pintu kelas."

"Apaan sih Jen, berisik lo."

"Iya deh percayalah yang lagi fokus belajar. Ehh iya, lo tau nggak?"

"Yah enggak lah, lo kan belum ngomong."

"Psst.. diem dulu gue belum selesai. Tadi tuh gue liat di mading ada pengumuman buat yang mau ngajuin diri ikut lomba Smart Competition di Semarang. Mendingan lo cepet-cepet nemuin Pak Dedi buat ngajuin diri sana!"

"Ntar kalo gue ditolak lagi gimana?"

"Yah gapapa, kan setidaknya lo udah mencoba."

"Oke deh, ga salah sih gue coba sekali lagi."

Dika pun segera merapikan buku-bukunya dan bergegas menemui Pak Dedi.Tiba di depan ruangan Pak Dedi, ia mengetuk pintu dan langsung dipersilahkan masuk.

Padma Amerta: Antologi Cerpen MA An-Nawawi Berjan PurworejoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang