Pengorbanan Seorang Ayah yang Terlupakan - Eva Yuliana

8 0 0
                                    

Ayah adalah pahlawan bagiku. Ayah adalah cinta pertamaku, Ayah yang selalu ada dikala susah dan senangku, Ayah selalu bekerja keras, banting tulang mencari nafkah demi kebahagiaanku. Apa pun Ayah lakukan demi aku menjadi orang yang sukses dan hidup bahagia. Tapi pada zaman yang semakin maju ini, kebanyakan anak yang lupa akan itu, mereka berkata kasar, membentak, bahkan tak segan berlaku kasar, kepada kedua orang tua mereka. Dimana sopan santun mereka, dimana akhlak mereka, bagaimana mereka akan sukses kalau menghormati saja mereka belum bisa.

Ada sebuah cerita tentang seorang anak yang hidup sederhana bersama sang ayah, ibunya telah lama meninggal, dibesarkan oleh pengorbanan dan perjuangan sang ayah. Anak tersebut bernama; Asyana Salsabila. Tahun ini Asya lulus SMA dan akan melanjutkan ke jenjang perkuliahan, Asya mempunyai dua orang sahabat yaitu nana dan Kaila, mereka adalah orang yang berkecukupan beda dengan Asya yang hanya anak dari seorang penarik becak. Pagi ini adalah pengumuman kelulusan, ketiganya pun sudah berangkat sangat awal, pengumuman pun sudah disampaikan, dan ketiganya dinyatakan lulus. Mereka bertiga pun sudah tak sabar ingin cepat-cepat masuk kuliah.

"Eh masih dengan rencana awal kan kita akan bareng-bareng kuliah di UGM?", tanya Kaila dengan perasaan yang bahagia.

"Iya dong...", seru Nana dan Asya bersamaan, mereka pun tertawa bahagia.

Setelah berbincang-bincang cukup lama, mereka pun memutuskan untuk pulang, sesampainya di rumah Asya pun menghampiri sang ayah yang sedang membersihkan sebuah becak yang sudah terlihat sangat tua.

"Ayah Asya sudah lulus SMA, Asya mau lanjut kuliah di UGM bareng nana dan Kaila" kata Asya dengan nada sedikit meninggi.

"Tapi nak, UGM kan mahal, Ayah nggak sanggup, nggak pantes buat kita yang kalangan bawah" kata sang Ayah dengan sedikit menasihati.

"Pokoknya Asya nggak mau tau, kalau nggak bisa Asya akan pergi dari rumah, percumah Asya udah dapetin nilai bagus tapi ending nya hanya di perkuliahan biasa, malu dong sama Kaila dan nana, makanya Ayah cari uangnya yang semangat, jangan males-malesan". Setelah mengatakan itu, Asya langsung menuju kamar tanpa menghiraukan sang ayah.

Begitulah sifat Asya karena salah pergaulan, dulunya Asya adalah anak yang baik, akan tetapi berubah setelah mengenal Nana dan Kaila mereka berdualah yang selalu mengajak Asya untuk ini, itu tanpa tau keadaan ekonomi Asya.

Pagi pun tiba, matahari terbit dengan cahaya yang benderang, menyinari bumi dan menjadi awal kehidupan berjalan. pagi ini sang ayah nampak bersemangat membuatkan sarapan untuk Asya anak yang sangat dicintainya, karena baginya Asya lah satu-satunya harta paling berharga dihidupnya.

Tok...tok... tok.. suara pintu diketuk.

Ceklek.. perlahan pintu pun terbuka, nampak Asya sedang duduk diatas ranjang, sang Ayah pun masuk menghampiri Asya.

"Nak makan dulu ya, ini Ayah udah nyiapin sarapan tahu dan tempe buat Asya, jangan ngambek ya nak Ayah sedih" kata sang Ayah sambil menyodorkan sarapan ke pangkuan Asya.

Prank...... Asya pun menyambar sarapan yang sang ayah berikan kepadanya.

"Tahu, tempe, tahu, tempe, lagi dan lagi enek tau ngeliatnya, makanya Asya tu pengen kuliah biar nggak jadi tukang becak kayak ayah, biar bisa makan enak, biar bisa tinggal dirumah mewah, nggak kaya gini, Asya tu malu punya ayah yang hanya tukang becak kayak Ayah nggak ada yang bisa dibanggain Ayah ngerti nggak sih", kata Asya tanpa bersalah.

Sang Ayah pun hanya diam.

"Pokoknya sebelum Ayah setuju, Asya nggak mau makan titik", sambungnya lagi. Sang ayah pun hanya diam tak tau harus menjawab apa.

"Ihhh, kok masih disini, udah sana pergi", kata Asya sabil mendorong sang ayah keluar kamar hingga sang ayah terjatuh, Asya pun tak menghiraukan sang ayah dan kembali masuk kedalam kamar.

Padma Amerta: Antologi Cerpen MA An-Nawawi Berjan PurworejoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang