CHAPTER 14

2.1K 146 13
                                    

Tian memandang Datar Para Pelayan dan Bodyguard di depan Nya. Aura Sangat Dingin dan Mencekam, membuat Mereka merasa sulit Bergerak, badan Mereka bergetar tanpa sebab.

"Dimana Nolan?"

Saat terbangun tadi Dia tak menemukan Nolan di samping Nya. Dia pun Marah dan mengumpulkan Semua Pekerja di Rumah untuk mencari Nolan, namun Sayang, Nolan tidak Ketemu.

"Ma-maf Tuan Muda, Ka-kami tidak melihat Tuan Muda Nolan lewat Depan." gagap salah satu Bodyguard menahan rasa Takut.

DOR

Satu Peluru langsung bersarang di Kepala Bodyguard itu yang berasal dari Tian. Automatis Mereka semua semakin bergetar Ketakutan.

"Cari. Sampai. Ketemu." tekan Tian menatap Mereka semua. "Nggak ketemu, Nyawa taruhan!!" lanjut Nya dengan Smirk Kecil.

Mendengar Perkataan Sang Tuan, Mereka langsung berhamburan Keluar untuk mencari Nolan. Mereka masih Sayang Nyawa. Dan Tian Selalu Serius Akan Perkataan Nya.

"Kayak nya Lo terlalu Bebas selama ini."

Tiba tiba Satu Bodyguard datang menghampiri Tian. "Tuan Muda, Kami mendapati Pintu Rahasia di Taman Belakang terbuka. Sepertinya Tuan Muda Nolan pergi lewat Sana." ucap Nya.

DOR

"Anak Baik Harus Dapat Hukuman!!"

.

.

.

.

Tian memandang tajam Nolan yang meringkuk Ketakutan di atas Sofa. Badan Anak itu Bergetar Hebat, tapi Tian tak peduli. Dia malah menikmati Ekpresi Nolan yang terlihat Lucu, menurut Nya.

"Udah puas Kabur nya?" Nolan menggeleng. "Ohh belum puas." Tian mengangguk Datar.

"Bu-bukan, Gu-gue nggak Kabur. Gue kesasar."

"Makan apa tadi?" Nolan diam. Kalau Dia memberitahu, bisa Bahaya.

"Nolan!"

"Ng-nggak makan apa apa."

"Gue Nggak Suka Anak Yang Bohong!" tekan Tian.

"Gu-gue nggak bo'ong." Nolan tetap pada Pendirian Nya.

Seperti nya Kesabaran Tian teruji di Sini. Tapi jika Dia sedang Marah, Kesabaran Nya sangat tipis. Tian pun maju dan mencengkram Dagu Nolan agar menatap Nya karena sadari tadi Anak itu terus menunduk.

"Tatap Gue, Nolan!" tekan Nya ketika Nolan melihat ke arah lain. Anak itu menggeleng.

"Lo Makan makanan yang Nggak Sehat."

"I-itu Sehat kok, enak ju-juga."

"Kalau Gue Bilang Nggak Sehat, Berarti Nggak Sehat." ucap Tian tak ingin di bantah.

Nolan mendorong Tian dan berdiri sedikit jauh dari Cowok itu. "Lo sa-salah, itu se-sehat."

"NOLAN!" bentak Tian. Dia Emosi karena Anak itu membantah ucapan Nya.

"A-apa?" bantah Nolan menahan Gugup. Mata Nya berair, siap Menangis.

Lo ngebentak Gue Lagi.

"GUE KHAWATIR SAMA LO! BISA NGGAK SIH, LO JANGAN NGILANG NGILANG?!!"

"GUE KHAWATIR! NGERTI NGGAK?" teriak Tian karena sudah Cukup Menahan Diri.

"Seharusnya Lo yang ngertiin Gue."

"Ngertiin Lo?" Tian maju dan mencengkram Kuat kedua Bahu Nolan, membuat Anak itu meringis.

"Gue selalu ngertiin Lo. Apapun yang Lo mau, Gue Kasih. Tapi Lo nggak pernah Ngertiin Gue. Gue Khawatir sama Lo. Gue nggak Mau Lo Pergi."

"Gue Mau Lo Selalu Berada Di Samping Gue. Ngerti Nggak Nolan?!!" mata Tian memerah. Cengkraman Nya pun semakin Kuat seiring Dia berucap.

Nolan menghempaskan Tangan Tian. Mata Nya menatap nyalang Tian, Air Mata nya juga sudah mengalir membasahi Pipi Nya.

"LO EGOIS! DI SINI GUE YANG BUTUH DI MENGERTI, BUKAN LO."

"LO NGGAK PERNAH NGERTIIN PERASAAN GUE."

"LO MEMANG SELALU NGASIH YANG GUE MAU, TAPI PERNAH NGGAK SIH LO NGASIH SESUATU YANG BETUL BETUL GUE BUTUHIN?? NGGAK PERNAH! LO SELALU MENTINGIN EGO LO!"

"Kalau gitu apa yang Lo mau?" tanya Tian akhirnya menatap Serius Nolan.

"Bebas!" jawaban Nolan membuat Tian menggeleng ribut. "Gue pengen bebas tanpa Lo ngikutin Gue terus."

"Nggak! Kita nggak tau di Luar sana ada Bahaya atau nggak."

"Oke kalau itu nggak bisa. Gue mau punya Teman Banyak. Lo jangan larang larang Mereka berteman sama Gue."

"Nggak ada yang Berteman dengan Tulus. Gue takut ada yang bermaksud Jahat dengan Berteman sama Lo."

Nolan menghela napas Panjang seraya menunduk. "Tuh 'kan. Padahal Itu hal yang betul betul Gue butuhin. Lihat? Lo nggak bisa ngasih Itu." ucap Nya menatap Mata Tian. Mata Nya membengkak karena kebanyakan Menangis.

"Itu semua karena Gue Khawatir sama Lo."

"Lo berlebihan." suara Nolan melemah.

"Gue Sayang Sama Lo."

"Gue pengen Bebas."

"Gue. Nggak Akan. Lepasin. Lo!"

Mata Tian menggelap, Dia menarik Nolan menuju Kamar Nya. Rahang Nya mengeras mengingat Nolan yang Ingin Bebas tanpa Kawalan Nya.

Tak bisa! Nolan Harus Berada di Sisi Nya, Selalu. Nolan Milik Nya Sampai Kapan Pun. Dia tak Akan Melepaskan Nolan, Apapun yang Terjadi.

Sudut bibir Nya terangkat membentuk Senyum Kecil. Bagaimana jika Dia membuat Nolan menjadi Milik Nya Seutuhnya? Membuat Nolan tidak berpikir Untuk Pergi Meninggalkan Nya! Dan Membuat Nolan hanya membutuhkan Dia dalam Hidup Nya? Hem, Sepertinya Menarik!

»»--⍟--««

‼️Jangan Lupa Vote & Komen‼️

Twins But Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang