CHAPTER 1

7.1K 323 6
                                    

Di sebuah kamar bernuansa putih-abu, terlihat seorang pemuda yang masih bergelud dibawah selimut tebal berwarna biru nan lembut tersebut.

Eugggh....

Terdengar erangan lirih dari pemuda itu, mata yang awalnya tertutup mengerjap beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk lewat jendela kamar. bola mata bulat indah berwarna merah pekat dengan alis tebal, bibir tebal yang berwarna merah muda yang sedikit pucat dan pipi berisi.

Satu kata yang cocok yaitu 'Manis'.

Dia adalah Christopher Nolan Zoldyck, anak bungsu keluarga Zoldyck. Keluarga yang sangat berpengaruh, menduduki peringkat 1 keluarga terkaya di dunia.

»»--⍟--««

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan seorang remaja tampan yang sudah lengkap dengan seragam sekolah melekat di tubuh nya. Mata sipit berwarna hitam legam serta tatapan tajam, bibir dan alis yang tebal, rahang kokoh, serta badan atletis, rambut berantakan, baju yang dikeluarkan menambah kesan bad boy pada pemuda itu.

Dia adalah Christian Aprilio Zoldyck, anak pertama Keluarga Zoldyck.

"Ngapain lo kesini?" ketus Nolan ketika melihat Tian masuk kamarnya.

Bukannya menjawab, Tian malah maju mendekat dan langsung mencium seluruh wajah Nolan, kecuali bibir, membuat sang empu wajah mendelik sinis.

Cup

Cup

Cup

Cup

Cup

Cup

"Good morning, my twin," sapa tian dengan senyum manis yang mana membuat nolan semakin kesal. Namun Tian abai lalu duduk disamping Nolan.

"Apaan sih lo nyium-nyium?!! Bikin kesal aja," dengus Nolan mengerucutkan bibir sambil menglap bekas ciuman Tian dengan tangan.

Tian yang melihat itu langsung menahan tangan Nolan. "Nggak boleh di lap, itu salam selamat pagi dari gue," ujar Tian tertawa kecil melihat raut kesal Nolan.

"Gue mau pamit ke sekolah. Lo baik-baik dikamar, nggak usah keluar. Butuh sesuatu? Panggil pelayan. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi Gue," ucap Tian kepada Nolan yang dibalas geplakan pada lengannya.

"Gue bukan anak kecil. Gue masih bisa jalan jadi nggak butuh pelayan, gue cuman demam doang nggak lebih!" ucap Nolan. Sebelum Tian bicara, Nolan kembali bersuara. "Lagian ya, ngapain sih lo pake pamit segala?! Tinggal pergi aja kan gampang. Gue nggak mau dikamar terus, pengap. Gue mau jalan-jalan ditaman belakang."

"Tapi--"

"Gue nggak terima penolakan. Gue nggak dengar lo ngomong apa," lagi dan lagi Nolan memotong ucapan Tian sambil memejamkan mata dan menutup telinga.

Tian hanya bisa menghela nafas pasrah ketika kembaran nya ini sangat keras kepala. "Hmm, lo boleh keluar kamar, tapi..." dengan sengaja Tian menggantung ucapannya.

Lama Tian tidak melanjutkan ucapannya membuat Nolan kesal dan langsung memukul kepala Tian dengan gemas, "Tapi apaan njirrr?" tanyanya greget.

Untung saja Nolan ini kembaran kesayangan Tian, jika tidak, sudah dipastikan tangan orang yang memukul kepalanya langsung putus.

"Tapi lo harus cium seluruh wajah gue," ucap Tian dengan senyum miring andalannya yang mana membuat Nolan bergidik ngeri.

"Apa-apaan tuh syaratnya? Nggak menguntungkan banget, rugi di gue dong," protes Nolan tak terima.

"Rugi dimana sih? Kita sama-sama untung! Gue dapat ciuman dan lo bisa keluar kamar."

Nolan diam sejenak dan mulai berpikir, apakah benar syarat yang Tian berikan sama-sama menguntungkan bagi keduanya atau tidak. Cukup lama sampai Tian bercelatuk, "Buruan mikirnya elah, gue udah telat nih. Lo lama gue tinggal nih, biarin lo nggak usah keluar."

"Yaudah deh, siniin wajah lo," putus Nolan pasrah. Dengan senang hati Tian memajukan wajahnya sambil tersenyum.

Senang banget keknya nih anak. Dengus Nolan dalam hati

Dengan secepat kilat Nolan langsung mencium seluruh wajah Tian, kecuali bibir karena menurutnya bagian itu hanya untuk pacar atau istrinya nanti.

"Udah."

Tian membuka mata dan melihat Nolan, "Kok cepat banget sih," ujarnya kesal.

Nolan berdecak. "Buruan berangkat sana. Udah telat noh," tunjuk Nolan pada jam di tembok.

Dengan ogah-ogahan akhirnya Tian bangkit berdiri. "Lo jangan terlalu lama di taman. Gue nggak mau tau, gue pulang lo udah tidur dikamar. Kalau nggak, lihat aja hukuman lo," ucap Tian dengan serius.

"Iya-iya, abangku sayang," jawab Nolan dengan senyum lebar pertanda dia senang.

Kenapa senang? Itu karena sudah dua hari Nolan terkurung di dalam kamar. Kembaran nya yang overprotective itu mengurung nya dikamar dengan alasan sakit, padahal Nolan hanya demam biasa. Tindakan yang sangat berlebihan memang, tapi jika melawan, maka Nolan bisa terkurung selama seminggu.

Eh, ngomong-ngomong, Orang tua si twins lagi di luar negeri. Mereka sudah seminggu disana. Ketika mendengar Si sungsu sakit sebenarnya mereka ingin pulang, tapi ditahan oleh Tian. Katanya sih biar dia yang jaga, lagian Nolan hanya demam biasa, tapi kenyataan nya Nolan malah dikurung selama dua hari di kamar.

Memang si Tian itu lebay banget!

Twins But Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang