CHAPTER 10

2K 122 9
                                    

Entah ini dimana, Nolan juga tidak tahu. Setelah dari taman, dia hanya berjalan tak tentu arah. Inti nya yang dia tau kalau dia sudah berjalan sangat jauh dari taman. Dia cape dan haus, tapi tak punya uang. Belum lagi ternyata dia ini buta arah, dia tak tahu arah jalan pulang.

Dia berada dalam gang. Sangat sepi. Ada perempatan. Dan dia berdiri tepat di tengah. Dia bingung harus pergi ke arah mana.

"Gue sebenarnya ikut mana sih tadi? Kok sekarang gue di gang ini?! Trus kok sepi? Perasaan tadi masih rame," monolognya sambil berputar.

"Ini gue ke arah mana ya? Depan, belakang, kanan, atau kiri?" Nolan binging. Jujur deh, dia ini benar-benar buta arah, dia lupa dia nya muncul dari arah mana tadi.

Saat pergi beli pentolan waktu itu juga dia sempat tersesat, tapi untung ada orang yang menolongnya menunjukkan jalan. Namun sekarang tidak ada, dia sendirian.

"Gue nggak bisa disini terus. Gue harus cari jalan keluar, tapi," ucap Nolan menjeda. "Gue ke arah mana, ya, bagus nya?"

Cukup lama dia berdiam diri memikirkan jalan mana yang akan di tempuh, hingga dia mendapatkan jawaban nya.

"Kiri. Gue akan jalan ke kiri. Nggak selama nya jalan kanan tuh menuju hal baik. Mungkin aja kalau gue ke kiri, gue bisa keluar dari gang ini."

"Tapi... gimana kalau ternyata ke kiri gue makin tersesat? Gue nggak bisa pulang dong." Dia ragu, takut salah jalan.

Huh, dia tak boleh ragu. Dia harus cepat keluar dari gang ini lalu pulang karena pasti orang rumah sedang mencarinya, terlebih Tian.

Biarpun dia kabur dari rumah sakit, dia tidak berencana untuk tidak pulang ke rumah. Mau tinggal dimana dia kalau tak kembali kerumah. Hari juga sudah mulai gelap.

Dan ingat, dia takut gelap.

"Parsetan lah~ makin tersesat atau nggak, di coba dulu. Tapi semoga aja, nggak. Semoga jalan nya benar, amin!!" ucapnya penuh yakin.

Kemudian Dia pun mulai melangkah ke jalan kiri sambil melihat sekitar. Dalam hati pun dia terus berdoa, supaya dia bisa selamat sampe tempat tujuan.

Semakin berjalan kesana, Nolan dapat melihat ada banyak orang. Seperti nya jalan yang dia pilih adalah jalan terbaik. Namun makin kesana, setiap langkahnya sangat diperhatikan oleh orang-orang itu, dan entah kenapa tatapan mereka sangat menyeramkan, menurut nya.

Bangs*t, kok mereka natap gue kek gitu sih? Kan serem. Dia merinding akan tatapan mereka.

Di sini banyak laki-laki dan perempuan, wajah mereka juga sangar-sangar dan juga mereka merokok. Huh, Nolan tak suka.

Dia pun melangkah lebih cepat.

Setelah lumayan jauh, dia pun berhenti untuk mengatur napas, dia merasa sesak. Tadi dia menghirup asap rokok.

"Sial. Jadi gini rasa nya asap rokok? Kok nggak enak, ya?! Dada gue rasa nya sesak," ucapnya memegang dada, jantungnya berdegup kencang.

GREPP

Tangan nya dipegang seseorang. "Hehehe, dapat juga lo," ucap orang itu dengan senyum gila (?) menurut Nolan.

"LEPASIN!! LO SIAPA?" berontak Nolan karena tangannya digenggam kuat. Sakit.

"Gue lihat-lihat lo cakep juga untuk ukuran pria. Mau main nggak sama gue?! Tenang, nggak akan sakit kok. Gue mainnya pelan," ucap orang itu sambil memandang nolan dari atas sampai bawah.

"NGGAK MAU. LEPASIN GUE. GUE NGGAK KENAL SAMA LO." Nolan terus berontak. Tangan nya sakit, dia mau nangis.

PLAK

Twins But Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang