Di dalam ruangan bernuansa hitam, terlihat seorang pemuda tampan yang duduk bersandar di kursi sambil memandang sebuah bingkai foto yang terletak diatas meja. Foto itu menampilkan empat orang anak yang memakai seragam SMP. Dua di antaranya memiliki wajah yang sama hanya warna rambut yang membedakan dan dua lainnya berbeda. Ekspresi nya pun berbeda. Tiga anak itu tersenyum, sedangkan yang satunya tidak menampilkan ekpresi apapun.
Hah~
Menghempaskan napas kasar dan memejamkan mata, Tiba-tiba suatu kenangan terlintas di otak nya.
Flashback On 4 Tahun Lalu.
Di Taman yang tampak sepi, terlihat empat anak laki-laki yang masih SMP yang sedang duduk bermain bersama. Biarpun mereka sudah SMP, jiwa anak kecil masih melekat pada diri mereka. Namun jika diperhatikan lebih dekat, hanya tiga dari mereka yang bermain, sedangkan yang tatunya hanya duduk sambil membaca buku.
"Lio, ayo main!" seru anak berambut Coklat, namanya El.
"Nggak! Kalian aja," jawab anak yang sedang membaca buku, namanya Lio.
"Issh, Lio mah nggak seru. Baca buku terus nggak mau main sama kita," kata anak berambut sedikit merah, namanya Ael. Sedangkan Lio tidak menanggapinya.
"Lio emang gitu, tapi Nono sayang kok sama Lio," sambung seorang anak yang berambut hitam, nama nya Nono. Tanpa disadari, perkataan nya membuat Lio tersenyum tipis dan senyum tipis Lio dilihat oleh El.
Deg~deg~deg
'Jantung El kenapa, ya? Kok deg-degkan. Apa El sakit?' batinnya yang masih polos.
2 Tahun Kemudian.
Hari ini merupakan hari penerimaan amplop bagi anak kelas 3 SMP. Dan tentu saja hari ini merupakan hari yang menentukan, apakah Lio, Nono, El, dan Ael lulus dan dapat masuk ke jenjang selanjutnya atau tidak.
Sedangkan ditaman belakang sekolah terlihat El yang berdiri dengan gelisah menunggu seseorang.
'Duhhh, El gugup banget. Gimana kalau nanti aku ditolak? Nggak, nggak, nggak mungkin El ditolak. Selama 2 tahun ini El udah mastiin kalau dia juga punya perasaan yang sama kayak aku.'
Tak lama kemudian muncullah orang yang di tunggunya. Orang itu adalah-
"Lio," panggil El
"Kenapa? Buruan, Nono udah tungguin Gue," ucap Lio datar. Suara Lio membuat El semakin gugup.
"A-aku ma-mau ngomong se-sesuatu sama kamu," serunya gagap. 'Aku pasti Bisa,' batin nya menyemangati.
"Ngomong apa?" tanya Lio menaikkan sebelah alisnya.
"El su-suka sa-sama Lio."
"Hah?" bingung Lio. "Bisa nggak sih lo nggak gagap. Gue nggak ngerti lo ngomong apa," dengus Lio kesal. Oh ayolah, waktunya terbuang banyak karena El, Nono nya sedang menunggu dirinya untuk pulang bersama.
"Aku suka sama Lio, udah dari lama. Lio mau nggak jadi pacarnya El?" ucap El dengan satu tarikan napas. Sedangkan Lio jangan ditanya, dia hanya diam mematung, mencerna apa yang baru saja terjadi.
"Sejak hari itu setiap kali aku lihat Lio, jantung aku selalu berdebar. Dan akhirnya aku tau kalau aku suka sama Lio, atau bisa di sebut cinta?!!" sambung El senyum malu-malu ditambah wajah merahnya.
(Woww, anak SMP udah tau Cinta aja, wkwkwk)
"Gue nggak bisa, gue nggak suka sama lo," jawab Lio spontan setelah sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins But Love [END]
Genel KurguMereka kembar namun tidak identik, di tambah sikap mereka juga bertolak belakang alias berbeda. Nama mereka Nolan dan Tian. Tian lahir duluan kemudian Nolan. Ternyata Tian menyukai Nolan. Bukan suka dalam artian saudara, melainkan suka dalam artian...