part 21

2.8K 289 26
                                    














Setiap hari, gracia tidak pernah bosan menunggu shani, selalu menunggu di sofa hingga jam 11 malam, lalu kembali ke kamar ketika matanya mengantuk.
Selalu berdoa agar shani baik baik saja dimanapun gadis yang dirindukan itu berada.

Hari ini sudah terhitung 240 hari jika digenapkan dalam sebulan terdapat 30 hari.

Ya.. sudah 8 bulan lamanya gracia menunggu, selalu berusaha kuat tanpa kehadiran shani, selalu menahan air matanya ketika di depan teman-temannya.

Anggota greshander juga masih terus mencari petunjuk tentang keberadaan shani, tapi hasilnya tetap nihil, mereka belum mendapat petunjuk apapun.

Setiap malam sebelum tidur, gracia selalu menyempatkan diri melihat langit malam, membayar rindunya dengan melihat bulan, duduk di balkon memeluk lututnya sendiri dengan pandangan kosong kearah langit. Seperti yang dilakukan nya malam ini.

"Bulan.. kamu masih belum mau ngasih tau dimana dewi mu berada?" Tanya gracia sendu. Dia selalu bertanya pada bulan yang muncul menghiasi langit malam. Ditemani udara dingin yang menusuk kulitnya membuatnya mengusap usap kedua lengannya perlahan.

"Bulan, katakan pada dewi mu, aku hampir menyerah, aku tidak kuat lagi, dadaku sesak" ucap gracia seperti berbisik pada bulan, air matanya mulai menggenang.

"Apa kabar cici yang aku rindukan?"


"Kenapa cici tega membiarkan aku dihujam rindu yang begitu menyesakkan?" Lirih gracia

"Kenapa membiarkan aku memeluk diriku sendiri yang sedang kedinginan?" Ucapnya berbisik, air matanya  mengalir, kembali membasahi pipi yang sekarang terlihat tirus.

"Apa yang membuat cici pergi?" Tatapannya sendu.

"Apa memang takdir kita harus berpisah seperti ini?" Tanya gracia pilu.

"Kenapa kita mendapatkan takdir yang buruk, aku memilih tidak mengenal cici jika akhirnya akan seperti ini" ucap gracia, menenggelamkan wajah cantiknya pada kedua lutut yang ditekuk kemudian dipeluk.

"Dulu kita duduk disini berdua, aku yang selalu bercerita tentang hari ini dan cici yang selalu setia mendengar ceritaku, memelukku dalam pelukan cici yang hangat" bisik gracia, tubuhnya bergetar mengingat moment ketika mereka berada di balkon ini dulu.

"Ci.. aku tidak tau kenapa aku merasa sangat kehilangan" lirih gracia pelan. Dia kembali menegakkan kepalanya menatap bulan.

"Ci.. duniaku kembali gelap, aku butuh sedikit cahaya" ucap gracia, air matanya belum berhenti mengalir.

"Aku rindu cici jahilin aku lagi" ucap gracia, kembali mengusap kedua lengannya.

"Aku juga rindu pelukan cici sebelum tidur"

"Aku rindu semua tentang cici... Kumohon kembali" bisik gracia terisak, kepalanya kembali dia tenggelamkan pada lutut yang masih setia ditekuknya.



Setelah dirasa cukup untuk melepas sedikit rindunya, gracia kembali masuk ke kamar, merebahkan tubuhnya di ranjang, menatap kosong langit langit kamar hingga matanya terpejam, terlelap begitu saja.

Hal itu selalu dilakukannya 7 bulan terakhir, duduk sendiri di balkon kamar untuk melihat langit malam,kemudian kembali ke kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah setiap hari dihujam rindu yang semakin menyesakkan.


Gracia memutuskan untuk cuti dari kuliahnya satu bulan setelah shani hilang, padahal sebentar lagi dia akan skripsi, tapi dia lebih memilih menunda kuliahnya, dia sudah berjanji akan lulus dengan nilai tertinggi pada shani, tapi karna sekarang keadaannya tidak membuat gracia fokus pada kuliahnya, dia memilih mengambil cuti. Kegiatan gracia setiap hari adalah mengurus usaha milik shani yang sekarang sudah semakin berkembang.

SOULMATE (GreShan) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang