part 23

3K 301 28
                                    





1 bulan kemudian......









Hari kembali terasa begitu cepat berlalu, sekarang gracia terlihat sangat berbeda, sikapnya jauh lebih dingin, sorot matanya kosong, selama 1 bulan ini tidak ada senyuman ataupun tawa yang muncul di wajah cantik itu.

Gracia memilih menyendiri, tak ingin ditemui oleh siapapun. Dia lelah berjuang sendiri, bahkan dia kembali dikecewakan oleh papanya yang berjanji akan menjelaskan semuanya pada gracia satu minggu yang lalu, tapi papanya tidak datang ke apartemennya.

Dia mendapat kabar jika papanya kembali ke luar negri untuk mengurus pekerjaannya. Apalagi yang dia harapkan,jika selalu kecewa yang dia dapatkan.

Dia juga mulai berpikir, orang yang ditemuinya malam itu bukan shani, apa dia sudah gila? Selalu melihat shani jika dia merindukannya, bukankah setiap hari gracia selalu merindu?

Ucapan angga dan temannya yang lain malam itu membuat gracia selalu meyakinkan dirinya, dia salah orang, shani belum kembali, tidak mungkin shani tega bersikap kasar pada gracia.

Gracia akan datang ke kafe jika itu penting, jika merasa tidak begitu penting, gracia lebih memilih berdiam diri di apartemen milik shani, dia tidak ingin bertemu dengan orang lain, sekalipun itu mama atau teman temannya.

Dia merasa kecewa pada semua orang.

Dia ingin menenangkan diri, melarang semua orang menghubunginya. Dia seperti hidup tapi mati, dia sudah putus asa untuk selalu meyakini shani nya akan kembali.



Sudah seminggu semenjak papanya ke luar negri,setiap malam gracia selalu duduk di balkon, menatap padatnya jalan raya ibu kota, sesekali melihat bulan yang kadang bersembunyi di balik awan. Tidak mengeluarkan suara sedikitpun, hanya menatap dengan pandangan kosong, sorot mata kecewa melihat bulan.

Tidak seperti gracia yang beberapa bulan lalu selalu curhat pada bulan, pada malam yang sunyi. Menumpahkan segala keluh kesahnya ditemani air mata.

Sudah seminggu ini pula air matanya tidak keluar, apa air matanya sudah kering untuk menangis? Tidak ada suara sedikitpun yang keluar,hanya diam seperti orang bisu, tidak seperti dulu yang walaupun sendiri tapi tetap bermonolog sendiri. Apa dia sudah sampai pada titik tertinggi kecewa?.

Bahkan dirinya pun tidak terurus,mandi jika dia ingat,makan jika dia ingin dan tidur jika dia mengantuk.
Sorot matanya sayu, apa gunanya hidupnya sekarang, semangatnya tidak ada lagi.

Duduk di balkon ditemani secangkir kopi kesukaan shani,kopi yang selalu dia buat beberapa bulan terakhir. Tapi untuk satu bulan terakhir ini,ntah berapa kali gracia meminum kopi dalam sehari, menghukum tubuhnya sendiri.

Lihatlah kondisi calon psikolog itu, seperti membutuhkan pskiater untuk merubah cara pandangnya pada dunia, tapi seribu pskiater pun tidak akan berpengaruh untuk gracia, dia hanya butuh shani, berikan dia satu shani maka dunianya akan kembali cerah. Hanya satu shani yang dikenalnya, satu shani yang disayanginya.

Duduk sendiri memeluk lutut, menyesap sekali kopi  yang masih mengeluarkan asap baru saja dibuatnya, meletakkannya kembali di meja kecil sebelah tempat duduknya,lalu memeluk lutut,merebahkan kepala diatas lututnya, menatap bulan yang sekarang bersembunyi di balik awan.

Gracia mengangkat kepala, menoleh pada kursi di samping kanannya diseberang meja, tersenyum kecil. Lalu kembali merebahkan kepalanya diatas lutut.

Air mata yang sudah satu minggu tidak keluar itu kembali mengalir, setelah beberapa menit, gracia kembali menegakkan kepalanya, melirik lagi ke kursi sebelah kanan itu, wajahnya datar. Mengambil cangkir kopi itu lalu menyesapnya sedikit. Meletakkan lagi di meja dan kembali merebahkan kepala diatas lutut, air matanya belum berhenti mengalir.

SOULMATE (GreShan) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang