16

7.9K 739 18
                                    

Brian terbahak ketika mendapat panggilan dari nomor baru Kara bahwa mereka ada di Cat Coffe's Shop dan Ken yang ia tahu alergi malah ada di tempat itu. Alhasil, saat ia dan pak Hans sampai sana untuk menjemput mereka, karena Ken tidak bisa menyetir, keadaan Ken sudah sangat menyedihkan dengan mata yang terlihat merah dan berair, pria itu juga terus bersin jadi tidak memungkinkan untuk berkendara.

Pak Hans membawa Ken ke rumah sakit, sedangkan Brian bersama Kara masih tinggal karena anak itu ingin membawa pulang satu kucing. Mau tidak mau Brian harus menurutinya.

Anak itu menamai kucingnya... Labu.

Entah apa artinya karena pertanyaan Brian tidak dijawab. Mereka dijemput oleh ajudan ayahnya yang lain, tidak lupa untuk mampir ke pet shop karena harus membelikan keperluan untuk si Labu. Tempat makanan dan minuman, Litter box atau tempat pasir untuk buang air besar, pasir untuk litter box, peralatan kebersihan seperti sapu dan pengki untuk membersihkan kotoran kucing, makanan kucing, dry food maupun wet food, tempat tidur berupa bantal empuk atau kain yang lembut. Semua dibelikan oleh Brian. Kara tentu saja memekik senang sambil menggendong kucing barunya.

"Cowok apa cewek si Labu?" Tanya Brian di tengah perjalanan menuju rumah.

Kara mengecek pantat kucing. "Cewek."

"Untung bukan cowok. Kalau kucing cowok suka ngucur sembarangan."

"Ngucur?"

"Pipis."

Mulut Kara membeo "Labu kan anak baik.. nanti aku ajarin pipis di tempatnya." Kata Kara sembari menciumi tubuh Labu.

Brian menggigit bibir bawahnya menahan gemas.

Kara menoleh, menatap Brian. "Makasih, kak Ian."

Rasanya Brian mau metong saja. Bocah itu, mengatakannya dengan bibir melengkung ke atas sempurna dan mata yang berbinar. Brian menarik kepala Kara, kemudian menguyel-uyel pipi adiknya dengan kalap. Anak itu malah terkekeh.

"Ken gimana ya keadaannya?"

Brian merangkul adiknya, mencoba menenangkan. "Baik-baik aja. Pak Hans sudah mengabari kok. Tapi ya gitu, dia minta libur sehari dulu."

"Libur terus juga gak apa-apa, aku ngerepotin dia terus."

"Gak ngerepotin, Kara."

Kata terdiam, kemudian berucap lagi. "Tapi walaupun Ken sering marah-marah, dia baik."

"Orang baik pasti akan dikelilingi orang baik juga." Tutur Brian lembut.

Kara berpikir sebentar. Sedari dulu ia tidak pernah berbuat jahat, bunda dan Langit mengajarinya menjadi anak baik, tapi kenapa orang-orang suka sekali mencari gara-gara dengannya. Teman-temannya tidak pernah absen untuk membully-nya.

Kemudian kedua anak itu langsung mandi dan makan malam ketika sampai. Biru benar-benar tidak pulang, pria itu hanya mengabari kalau sedang di apartemen bersama rekannya untuk mengebut tugas kampus. Biru juga tahu perihal adik bontotnya yang tenggelam tapi Ken sudah mengabari kalau Kara sudah baik-baik saja. Akhirnya dia tidak pulang.

Saat ini Kara bersama Labu ada di kamar Brian, tujuannya adalah belajar bersama. Namun hanya Brian yang belajar karena Kara malah asik bermain dengan kucing barunya. Pantas Ken sering mengelus dada ketika mengajari Kara.

"Itu kerjain, Kara. Atau gue sembelih si Labu?"

"Jangan!"

"Yaudah itu tinggal satu soal lagi. Ayo buruan, terus tidur."

Kara mendengus sebal, namun tetap menuruti perintah Brian. Anak itu walau sulit memahami pelajaran tapi ia gigih, Kara akan terus berusaha sampai mendapatkan hasilnya, Namun kalau tetap salah baru Kara merasa menyerah saja akan lebih baik. Brian terkekeh.

HAPPY ENDING✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang