dualima

6.4K 671 31
                                    

Biru jadi berpikir keras soal perkataan adiknya tentang Semar mesem. Apakah ia benar-benar di jampi-jampi oleh Amber Lynn. Tapi.. siapa juga yang tidak mau dengan gadis spek model itu. Amber cerdas, famous, setahunya juga good attitude. Maksudnya, tanpa dijampi-jampi pun cowok akan terpikat dengan Amber. Meskipun kata Brian pacarnya itu kayak Jeysen houwuw.

Pelecehan sekali memang.

Biru di tempat pemotretan Amber, tujuannya mau marah-marah dan mempermasalahkan soal ucapan yang dibisikkan padanya tadi malam. Tetapi, melihat Amber bergaya dengan gaun soft pink yang indah itu, Biru seakan lupa.

"Hellaw?"

Biru terkesiap, tiba-tiba Amber sudah ada di depannya saja. Biru memaksakan senyumnya.

"You look unwell today, babe," Amber menyentuh keningnya, turun sampai leher membuat bulu kuduk Biru merinding. "Kan, demam. Ngapain kesini coba."

Biru meraih tangan Amber yang masih bertengger di lehernya, ia tersenyum, Biru lemah kalau soal cewek. Ia tidak bisa memarahi gadis ini, tapi kalau teringat Kara kemarin.. rasanya ia ingin putus dengan Amber. Tapi.. lagipula permasalahannya dengan Kara sudah selesai. Anak itu sudah enjoy lagi walaupun agak menjaga jarak dengannya. Biru menggeram dalam hati, plin plan banget Lo biru bangsat!

"Aku... kangen."

Halah tai kucing emang Lo biru! Maki Biru dalam hati.

Amber tersenyum lembut, kemudian ia mendudukkan dirinya di samping Biru dan mencium singkat pipi yang agak hangat itu.

"Kamu gak ke kantor?"

Biru menggeleng. "Dikasih libur sama Ken karena sakit."

"Tapi malah kesini," Amber tertawa renyah. Biru akui, kecantikan Amber akan seratus persen kalau sudah tertawa seperti itu.

Bagaimana mungkin keluarganya tidak akan suka? Pasti suka.

"Kamu sepertinya kesini bukan cuma kangen, kan? Pasti ada yang mau dibicarakan."

Selain cantik, Amber cepat membaca keadaan. Biru ingin sekali membahas tapi tidak tega. Kalau ada Ken pasti ia sudah dikatai suami-suami takut istri.

"Soal malam itu.. apa yang kamu bicarakan dengan ku itu.. tidak benar, Amber."

Ekspresi Amber langsung berubah, ia menatap lurus pacarnya. "Aku hanya menyampaikan opiniku, Biru. Hanya opini. Kamu membawanya sampai hati berarti kamu mengiyakan perkataan ku?" Ucapnya diakhiri tawa kecil.

Biru mengangguk, jujur, ia pernah merasakan di posisi dimana ia sangat benci dengan Kara sehingga dirinya iya-iya saja saat Amber mengatakan itu. Sumbu yang padam di dalam hatinya terbakar lagi.

"Tapi itu tidak benar, aku tidak suka kalau kamu membahas itu lagi, ya. Dia adikku, aku sayang padanya."

"Aku atau Kara?"

Pertanyaan macam apa itu, Biru menarik tangan Amber dan menggenggamnya, "hei, kalian punya posisi masing-masing. Tidak bisa disamakan."

"Iya tidak bisa disamakan, karena Kara jauh lebih unggul kan posisinya."

Biru tertawa. "Astaga kamu cemburu? Dengan Kara?"

Amber terdiam.

"Mau ikut aku pulang tidak? Mama katanya pengen kenal sama kamu."

***

Dingin-dingin gini paling enak makan yang hangat-hangat, tapi Brian memilih makan keripik kentang buatan Renata saja, kongsi dengan Labu yang ikut duduk di sampingnya. Kucing Kara itu omnivora. Bukan hanya suka keripik kentang, kucing gendut itu suka makan perkedel jagung buatan Renata. Labu suka sayur, suka makan sisa punya Kara kalau menu makan anak itu steak, pasti sayurnya buat Labu. Awalnya kucing itu sangsi, tapi Kara dengan jiwa psikopatnya terus memaksa Labu.

HAPPY ENDING✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang