Jinaknya Amber Lynn.

2.9K 288 4
                                    

"Ini bekas luka apa?"

Amber menyentuh keloid yang memanjang di lengan pacarnya. Ya, karena diawali kecocokan selera bir mereka jadi menjalin hubungan sekarang. Untuk sekarang niat Amber masih dengan tujuan bapaknya, sedang Biru hanya ingin main-main. Ternyata tidak buruk punya perempuan yang menemani di hari-harinya, dia tidak akan tau kalau Biru cuma senang-senang, kan?

"Kecelakaan. Masih belum lama."

"Kamu kecelakaan? Bagaimana ceritanya??" Amber membelai keloid itu, membuat Biru langsung membisu. Ia terdiam memandangi bagaimana Amber terlihat khawatir.

"Tidak disini. Kamu tau siapa yang ku tabrak?"

Amber mengendikkan bahunya.

"Adik dan kembaranku."

Soal bagaimana terpisahnya mereka ia sudah diceritakan oleh Biru. Tapi soal kecelakaan belum.

Biru melanjutkan, "aku mabuk siang itu. Kamu tau kan toleransi alkoholku? Ya.. aku tidak sengaja. Saat itu aku memang sedang marah dengan Langit, iri dengan Kara.. tapi aku tidak berniat mencelakainya. Aku tidak terluka parah tapi mereka... Mereka-"

Amber langsung mendekap erat Biru ketika tangan itu bergetar karena tidak mampu melanjutkan ceritanya. Amber mengelus punggung itu, "lukamu memang tidak parah tapi aku tau hatimu hancur, Biru."

Tangan Biru melingkar memeluk pinggang Amber, gantian membuat gadis itu yang membisu. Ada getaran aneh di jantungnya yang membuat ia sedikit merinding. Perasaan apa ini?

"Aku membuat kakak kesayangan adikku pergi, Amber. Saudara ku, aku belum sempat bertemu setelah malam perpisahan yang tidak mengenakkan itu. Kami-"

"Cukup, Biru. Tidak perlu diteruskan. Aku sudah paham sampai sini." Ucap Amber seraya mengelus punggung Biru. "Sudah takdirnya."

Biru melepaskan pelukannya, kemudian menatap mata indah Amber degan eyeliner yang kentara sekali dan tajam. Ciri khas perempuan itu kalau make up, cukup ampuh untuk mengusir mata-mata yang melirik genit Biru.

"Aku harus pergi sekarang, Amber."

"Hei mau kemana?? Bukankah urusan kuliah dan kantor mu sudah selesai?"

Amber menatap Biru yang berdiri dan memakai meraih ranselnya.

"Adikku Kara kesepian di rumah, mama sedang repot dengan Retiq nya, papa pasti di kantor, dan Brian masih sekolah."

Retiq. Renata Boutique. Re Boutique. Amber harus nabung dulu kalau mau beli disana.

"Ya ya, pergilah."

Biru melambaikan tangan, Amber balas tersenyum tipis sampai kekasihnya menghilang dengan Bugatti Centodieci mengkilat nya. Hah... Benar-benar definisi young and rich. Tapi keimanan Amber sama sekali tidak bergetar dengan kekayaan Biru, ia mulai goyah sekarang karena afeksi yang diberikan pria itu.. beda dari yang lain.

"Munafik, kan? Dasar Amber Lynn."

Emily lagi, Emily lagi. Amber mendesah berat. Temannya itu tiba-tiba datang dan duduk cantik di depannya.

"Tumben kau tidak sibuk? Biasanya sudah berada di bar, stand by di pangkuan duda. Haha."

Ternyata toxic banget, heran. Keputusan Amber untuk tidak berteman lagi dengan dia sepertinya sangat benar.

Dia melanjutkan, "apa karena sudah menjalin hubungan dengan anak konglomerat itu jadi kau tidak bekerja lagi? Kamu memerasnya? Sekalian diam-diam menghancurkan keluarga itu? Pintar sekali, Amber. Aku iri."

"Ku dengar kau sudah menjadi pekerjaan impian mu, sekretaris perusahaan. Kenapa masih sibuk mengurusi ku, Em?" Balas Amber tidak kalah sengit.

"Namaku sekarang Lily, Am. Bukan Emily lagi. Tidak ada yang bernama Emily Harrison di dunia ini sekarang."

HAPPY ENDING✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang