39

5.4K 670 87
                                    

Kara memandangi seikat bunga tulip yang sekarang sudah dipindahkan di vas kaca yang dibelikan oleh Renata. Anak itu tersenyum. Kakaknya Evelyn pembohong, adiknya tidak membosankan. Gadis itu banyak bicara dan tawanya membuat perasaan Kara menjadi lebih baik.

Ketika semua orang mengatakan tawa Kara adalah yang terbaik, maka Kara menjadikan tawa Ev yang paling terbaik.

Suster kini sedang membersihkan tubuhnya yang genap tujuh hari tidak terkena air. Selain karena masih merasa lemas, Kara merasa otot-ototnya kaku. Sehingga ia tidak bisa beranjak barang sedikitpun sehingga Lewis memasangkan kateter. Agak malu tapi bagaimana lagi.

Saat ini ia hanya ditemani Biru dan Amber yang datang menjenguk. Brian sedang keluar, tidak tau kemana katanya ada urusan penting yang tidak bisa ditunda lagi, Abraham ada meeting bersama Ken, dan Renata sedang pulang sebentar untuk membuatkan bubur sayur untuk Kara.

Kara melemparkan senyum kepada dua orang yang sedari tadi memperhatikannya. Melihat Amber jadi teringat soal perjuangan perempuan itu yang menyelamatkannya dari Lily. Meskipun Amber datang kepalanya sudah bocor, setidaknya ia dibawa ambulan tepat waktu.

Bagaimana Amber menendang wajah Lily, memapahnya menuju mobil hingga kepala perempuan itu dipukul balok kayu, kemudian saat akan menabrak pohon Amber memeluk tubuhnya dari depan agar Kara aman dan tidak terbentur apapun lagi. Juga memberikan dua jaketnya padahal bibir Amber saat itu juga sudah membiru.

"Kak Amber... Makasih banyak." Cicit Kara, menatap pacar Abangnya yang duduk di sofa.

Amber tersenyum kecil, mengangguk samar. Ia pernah belajar taekwondo, jadi mengalahkan Lily bukan hal yang berat. Pfft, tapi dirinya memilih kabur ke hutan.

Kara memejamkan matanya ketika suster melepas masker oksigennya sebentar untuk membersihkan wajahnya, seketika ia merasa sulit bernapas. Apakah sudah benar-benar tidak ada harapan untuknya?

"Kumur dulu, Kara."

Suster menyuruh Kara untuk berkumur agar mulutnya tetap bersih, kemudian ia memiringkan tubuhnya agar bisa melepeh air dengan mudah.

"Have done, Cara.." ucapnya sembari meletakkan baskom dan memakaikan lagi masker oksigen. "Sudah bersih, wangi, dan tampan."

"Tapi dia gundul." Sahut Amber.

Ternyata tetap saja, masih menistakan Kara. Anak itu memutar bola matanya. Kata Renata kepala botak tidak bisa menutupi ketampanan Kara yang memang sudah haqiqi.

Suster tersenyum lembut, "nanti kalau sudah sembuh, perbannya juga dilepas, dan rambut Kara akan tumbuh lagi."

"Kapan aku bisa sembuh?"

"Pemulihannya empat minggu lagi."

Terlalu lama. Kara sudah tidak sabar untuk pulang.

"Suster permisi dulu, ya..."

Amber melambaikan tangan dengan riang kepada suster cantik itu, lalu menopang dagu dan menatap Kara yang terlihat kebosanan dengan memainkan alisnya.

"Mau menonton sesuatu, Kara? Televisi disini nganggur."

Kara menggeleng menolak tawaran perempuan itu. "tayangan sekarang membosankan. Aku tidak suka menonton televisi."

"Dia suka lihat aplikasi tiktok, bersama Brian." Sahut Biru. "Kalau nggak gitu nonton mukbang."

Amber bergidik ngeri, "aku heran bagaimana orang-orang bisa suka lihat konten mukbang. Aku mendengar suara makannya saja geli."

"Bikin ngiler tau, babe. Apalagi mukbang ceker mercon."

HAPPY ENDING✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang