"Cil cil! Panggil gue kak Ian lagi, dong!"
"Ish sanaan gak?!"
"Ayo panggil kak iannn..."
"Apa sih!"
Seperti biasa Brian tidak pernah absen merecoki adiknya yang tengah sarapan. Bocah itu makan dengan tidak selera karena hari ini ia akan check up ke rumah sakit, kata Brian kalau hasilnya jelek Kara akan menginap disana. Ia tidak mau.
"Sayang, kalau susu kedelai suka nggak?" Tanya Renata dengan mendekatkan kepalanya agar bisa menatap wajah Kara yang sangat menunduk ketika makan.
Urung Kara menjawab, Biru menceletuk. "Gak usah kasih susu apa-apa, ma. Nanti dikeluarin lagi."
Kara sontak menatap Biru yang tidak meliriknya barang sedetikpun sedari tadi. Abraham yang melihat raut wajah sedih anaknya segera mengalihkan perhatian.
"Kata mama, abis periksa Kara minta jalan-jalan. Mau kemana emang?"
Kara menggeleng, "Langsung pulang aja."
Semua orang tau anak itu pundung sekarang. Biru yang menyadari ucapannya kelewat sarkas langsung merutuk dalam hati. Niatnya ia tidak mau mengatakan itu, namun ia sebal melihat kedekatan Brian dan Kara.
"Nanti kita potong rambut Kara dulu, terus ke mall, terus.. kemana lagi ya?"
"Aku ikut ya, ma." Brian memohon, langsung diangguki oleh Renata. Kemudian ia menyenggol lengan Biru. "Ikut gak Lo?"
Biru terdiam sebentar, melirik Kara yang sedang menyendok smoothies strawberry pisang. "Gue ada-"
"Kuliah Lo libur btw. Nongkrong? Sekali-kali kek nongkrong bareng kita."
Pria bermata Hazel itu berpikiran sebentar.
"Hm gue ikut."
"Asik!!" Brian menggoyang-goyangkan tubuh Kara. "Kita jalan-jalan, Kara!!"
Diam-diam Kara menahan senyumnya.
***
Abraham dan Renata menahan tawanya melihat ekspresi datar Biru yang diapit Kara dan Brian. Karena Kara jengah dipeluk dan diciumi oleh Brian, Kara memilih duduk agak jauh, namun namanya Brian tetap saja ingin mengganggu adiknya kalau bisa sampai nangis terus bengek. Hehe canda bengek.
"Bisa diem gak sih? Sini tuker tempat duduk aja sama gue." Biru juga jengah lama-lama.
Brian mengangguk antusias, "Sini sini tuker! Gue di tengah."
"Ih gak mau! Jauh-jauh Lo Brian!" Melihat Brian seperti ingin menerkamnya tanpa sadar Kara bersembunyi di belakang punggung Biru sebagai tameng. Anak itu mencengkram erat kemeja Biru karena Brian yang ingin menggelitiknya.
"Hahaha geli, kak! Ish kak Ian!" Kara mengucapkannya tanpa sadar, anak itu langsung memegangi bibirnya.
Mendengar kata 'Kak' membuat tambah berseri-seri deh tu si Brian, ia tergelak. "Aaaa Lo panggil gua apa? Ulangi, Kara!"
Kara langsung terdiam, ia refleks tadi.
Renata dan Abraham merasa hatinya menghangat hanya dengan melihat adegan itu.
"Udah sampai nih. Ayo turun semuanya."
Abraham ingin meraih tangan Kara untuk digenggam, tapi anak itu malah menjauh dan mendekat pada Renata. Brian dan Biru yang ada di belakangnya hanya bisa menahan tawa. Mereka langsung masuk ke salah satu ruangan dokter spesialis penyakit dalam, kebetulan juga rekan Abraham dan dokter kepercayaan keluarga Aaron.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPY ENDING✔️
Teen FictionSemua itu perihal menerima. Btw, orang-orang pada gak percaya sama judulnya.