♣️Happy Reading♣️
.
.
.
.
.
.
.¤¤¤¤¤¤¤
Pagi ini Lexa berdiri di depan sebuah bandara, ia menatap sekeliling dengan perasaan yang tak bisa diutarakan. Setelah kejadian kemarin yang membuatnya sangat sedih, namun bukan Lexa jika ia menangis. Ia tetaplah Lexa seperti biasanya, muka datar, tatapan dingin, dan kaku.
Ditangannya telah memegang sebuah koper besar, ia menghela nafas dan berjalan masuk kebandara. Ia mengedarkan pandangannya mencari seseorang, tak lama datanglah seorang laki-laki berambut perak berdiri didepannya.
Lelaki tersebut menatap Lexa penuh khawatir, akankah Lexa baik-baik saja setelah ini. Ia berdecih seraya tersenyum, lelaki tersebut tak habis pikir dengan seorang Alexa Jovanka.
"Lo yakin akan baik² aja disini?" Tanyanya dengan sedikit khawatir.
"Cih, cepet ambil koper lo dan pergi jauh-jauh." Ucapnya jengah dengan lelaki tersebut.
"Gua seneng lo ga cuek sama gua." Ujarnya tulus.
"Tunggu, kenapa lo pake seragam?" Tanyanya kebingungan, pantes ia merasa aneh dengan Lexa, dan ternyata benar. Lexa melihat dirinya sendiri, memang ada yang aneh ya dengan dia memakai seragam.
"Kenapa emangnya?" Tanyanya bingung.
"Lo gak ikut gua?" Lexa menggeleng pertanda bahwa ia tak mau ikut dengan lelaki tersebut.
"Lo yakin mampu hadapin mereka Lex? Gak inget kemaren?"
"Gak dah resiko gua, cepet pergi tik tar lu keginggalan pesawat." Sembari mendorong lelaki tersebut menjauh.
"Oke, jangan lupain gua ya. Awas aja lo!"
Lexa memutar matanya malas, sungguh menghadapi Atlantik membutuhkan kesabaran extra. Yaps lelaki yang ingin pergi adalah Atlantik, ia ingin kembali ke italia menemui keluarganya.
"Hmm."
Atlantik berjalan menjauh dari Lexa sembari melambaikan tangannya, sebenernya tak tega meninggalkan Lexa dalam keadaan seperti ini. Tapi apa boleh buat, ada kerjaan yang harus ia selesaikan disana.
Lexa melihat jam tangannya, ternyata sudah jam 10. Ia sangat telat bila pergi kesekolah, tapi tak apalah penting ia bisa makan siang disekolah bersama sahabatnya.
Lexa adalah tipikal orang yang suka menyendiri tapi tidak suka kesepian, ia segera berlari keluar bandara setelah memastikan Atlantik sudah tak terlihat. Ia menghentikan sebuah taxi, ia tak membawa motornya karena tadi harus membawa koper Atlantik.
"SMA Kencana Biru pak."
"Siap non."
Setelah 20 menit perjalanan akhirnya Lexa telah sampai disekolah. Ia turun agak jauh dari gerbang sekolah, itu ia lakukan agar tak ada guru atau satpam yang mengetahuinya. Ia memberikan selembar merah kepada sopir taxi tersebut, dan langsung turun begitu saja.
"Loh non kembaliannya?!" Teriak supir tersebut namun dibalas lambaian tangan oleh Lexa.
"Alhamdulillah." Supir taxi tersebut kembali ke mobilnya dan pergi dari tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Of Life
Teen Fiction☡Jadi pembaca yang bijak☡ Harap follow sebelum baca👌 Dicap sebagai tukang palak. Namun dibalik itu semua, banyak rahasia tersimpan rapi. Mencintai cowo yang sama sekali tidak menghargai perasaannya menambah kadar kebencian pada dirinya. " Gue cuma...