🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Hari ini adalah hari terakhir Revan di Bali, dia kesini karena ada sosialisasi tentang kesehatan yang dihadiri oleh Revan. Sudah dua hari dia disini, saat ini ia akan pergi kebandara karena semuanya sudah selesai. Dia juga rindu bertemu dengan Lexa, ia juga membawakan hadiah dan oleh oleh khas Bali untuk Lexa, walaupun ia tahu itu tidak akan dimakan Lexa, ia sangat berharap Lexa cepat bangun dari komanya.
"Terimakasih dokter Revan." Ucap kepala rumah sakit yang turut mengantar Revan.
"Sama sama."
"Dokter pesawat sudah siap." Ucap rekan Revan yang turut ikut bersamanya.
"Mari dokter." Pamit Revan dan diangguki oleh kepala rumah sakit.
"Akhirnya pulang juga ya dokter Revan." Hal itu hanya ditanggapi anggukan oleh Revan.
Hampir 2 jam Revan berada diudara sekarang dia telah kembali di daratan, ia keluar dari pesawat dan menuju keluar. Ia juga mencari taksi, sungguh tidak sabar rasanya ingin bertemu dengan Lexa.
Drt! Drt!
"Halo?"
"Gawat Van."
"Hmm?"
"Gua sama Gino dikepung sama polisi, ada anggota militer juga."
Revan mengeraskan rahangnya, siapa yang berani bermain main dengan dirinya kali ini. Apa ayahnya yang membocorkan semua ini?
Revan mematikan sambungan telfonnya, ia menyuruh sopir taksi untuk mempercepat lajunya. Ia khawatir terjadi sesuatu dirumahnya juga, terutama Lexa.
Sesampainya dirumah ia langsung berlari membuka gerbang, anehnya kenapa tidak terkunci. Ia masih harus berpikir positif, ia membuka pintu rumahnya, gelap hal pertama yang dia lihat. Ia menghidupkan saklar, sepi dimana semua orang disini.
Saat akan menuju ketangga, ia melihat satpam rumahnya telah pingsan dengan beberapa luka lebam di wajahnya. Panik ia langsung bergegas menuju kamar, ia membuka pintu kamar dan nihil tidak ada Lexa disana. Ia melihat perawatnya yang terikat dan pingsan dikursi, ia mencoba membangunkan perawat namun tidak bisa.
"Lexa kamu dimana?!"
"Perawat bangun dimana Lexa, perawat bangun sialan."
"Persetan siapa lo keluar sekarang juga, jangan bawa Lexa dari gua bangsat!" Teriaknya.
Revan turun dan melihat seseorang tengah duduk tenang disofa ruang tamunya, ia menghampirinya.
"Le-lexa?" Panggilnya, dan membuat seseorang itu berdiri menatapnya.
Revan langsung memeluk Lexa, dia sangat senang akhirnya penantiannya selama ini terbayarkan.
"Aku sangat senang kamu hidup sayang." Lexa diam, ia tidak membalas pelukan Revan bahkan tatapannya saja dingin.
"Kamu baik baik saja kan? Apa ada yang luka hmm bilang sama aku?" Tanyanya.
"Sakit Van." Ucap Lexa dan membuat Revan khawatir.
"Mana yang sakit? Bilang sama aku biar aku obatin."

KAMU SEDANG MEMBACA
Way Of Life
Ficção Adolescente☡Jadi pembaca yang bijak☡ Harap follow sebelum baca👌 Dicap sebagai tukang palak. Namun dibalik itu semua, banyak rahasia tersimpan rapi. Mencintai cowo yang sama sekali tidak menghargai perasaannya menambah kadar kebencian pada dirinya. " Gue cuma...