Ia menghela napas, berhadapan dengan Meira yang di apit oleh kedua orang tuanya.
"Meira Aprilian Hadikusuma, niat kedatangan keluarga kami kemari untuk mengikat dirimu dalam ikatan pertunangan. Kami sudah mengantongi restu Papa Arkana, dan Mama Ilana. Kini, saya berhadapan langsung dan memintamu untuk menjadi tunangan saya, apakah kau bersedia?" papar Raja.
Meira yang di apit oleh kedua orang tuanya itu tersenyum tipis menambah kecantikan dirinya. "Sebelum itu, aku ingin kau sekali lagi meminta restu Mama dan Papa di hadapan kami semua," jawab Meira lugas.
Meski awalnya ia merasa sangat konyol karena hanya ia sendiri yang tidak tahu menahu soal ini, tapi akhirnya ia menerima karena Raja adalah pelabuhan terakhirnya.
Ia tidak ingin berlarut-larut mengingat perasaannya kepada Karel.
Mendengar jawaban Meira, Raja lantas tersenyum. Tatapannya jatuh kepada Ilana, dan Arkana. "Mama, Papa. Dengan segala hormat, saya datang bersama keluarga berniat baik untuk menjalin hubungan yang serius dengan putri kalian, menjadikan Meira sebagai tunangan saya. Apakah Mama, dan Papa setuju?"
Raja menuruti keinginan Meira, tentu saja hal ini sangat penting.
Arkana, dan Ilana memgangguk. "Nak, kami berdua memberikan restu kami," ucap Arkana yang mendapatkan suara riuh tepuk tangan dari semua orang yang hadir.
Kini tatapan Raja kembali mengarah kepada Meira. "Bagaimana denganmu? Apakah kau bersedia?" tanyanya.
Meira tersenyum dan kemudian mengangguk. "Aku bersedia," ucapnya.
Kemudian Saras membuka kotak beludru berwarna maroon yang sudah di siapkan oleh raja. Sepasang cincin berwarna perak dengan milik Raja yang terdapat sebuah berlian yang sangat kecil, dan cincin milik Meira yang terlihat sangat indah, dengan berlian yang sedikit lebih besar dari milik Raja, dan dengan desain yang terkesan sedikit mewah.
Siapa pun yang melihat itu, tentu dapat menebak jika cincin yang di berikan oleh Raja tidaklah murah, setidaknya berharga puluhan juta untuk satu pasangnya.
Saras selaku orang tua dari Raja membantu memberikan cincin untuk Meira, sedang Meira sudah mengulurkan tangan kirinya, menunggu Raja menyematkan cincin di jarinya, sebagai tanda bahwa kini ia sudah ada yang memiliki, dan juga untuk mengubur dalam-dalam perasaannya kepada Karel.
Selanjutnya giliran Meira yang menyematkan cincin pada jari manis Raja. Tanpa ragu, akhirnya ia berhasil menyematkan cincin tersebut. Semua orang hang hadir memberikan tepuk tangan yang meriah.
Kemudian rangkaian acara selesai, di akhiri dengan acara makan-makan bersama. Sedangkan pasangan yang baru saja bertunangan itu duduk berdua di pelaminan kecil khusus pertunangan.
"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Raja, ketika Meira menatapnya dengan wajah kesal.
Meira langsung memukul lengan Raja, dan membuat pria itu terbahak. Meira jelas ingin memarahi dirinya sejak tadi, tapi karena sedang ada acara jadi Meira sengaja menahannya. "Maaf Mei. Tapu kejutannya berhasil, kan?" godanya yang membuat Meira mendengus kasar.
"Kejutan apanya? Aku seperti orang bodoh. Bangun tidur sudah kena omel Kanjeng Ratu, di seret ke kamar mandi, di paksa--" ucapan Meira terhenti saat tawa Raja kembali terdengar. Ia benar-benar kesal kepada tunangannya itu, bisa-bisanya ia tertawa atas kebodohannya tentang pertunangan yang tiba-tiba ini.
Dari kejauhan Ilana dan Saras tersenyum melihat pasangan yang tampak berbahagia itu, dan sama-sama berharap jika keduanya segera menikah, dan mereka menjadi satu keluarga.
***
Sementara itu, di kota yang berbeda putra pertama keluarga Alister tampak murung, dengan menatap layar ponselnya yang menampilkan foto pria dan wanita yang tampak tersenyum ke arah kamera seraya menunjukkan tangan kiri mereka yang tersemat cincin di jari manis masing-masing.
Ia mendapatkan foto itu dari grup pertemanan mereka yang beranggotakan Angga, Rajendra, Raja, dan dirinya.
Itu adalah foto kiriman Angga yang entah di dapat darimana, foto itu benar-benar mengusik perasaan Karel. Melihat Meira, dan Raja sama-sama mengenakan cincin sudah membuktikan jika keduanya sudah saling terikat, dan mengarah ke hal yang lebih serius, yaitu pernikahan.
Selama ini, ia terus menyangkal perasaannya. Tapi setelah melihat foto itu, ia akhirnya mengakui jika ia juga mencintai Meira.
Ia menyentuh dadanya, "Jadi seperti ini rasanya mencintai sendirian," gumamnya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi Meira yang mencintainya sendirian selama bertahun-tahun.
Karel tidak tertarik lagi untuk memasak bahan yang sudah ia gunakan, ia lemas, marah, dan kesal karena kebodohan dirinya, ia telah kehilangan Meira. Karena egonya yang tinggi, ia kehilangan wanita yang sangat di cintainya itu.
Ia terkekeh hambar, memilih duduk di ruang makan sembari menatap senyum manis Meira yang menambah kecantikannya. Ia sudah benar-benar kehilangan Meira, sebelum dirinya berjuang.
Jika sudah begini, sudah pasti Raja-lah yang menjadi pemenangnya, dan kapal miliknya sudah karam sebelum berlayar.
Emma, juga terkejut mendengar kabar dari Rajendra jika Meira dan Raja telah bertunangan. Semua rencana yang telah di susunnya bersama Mahesa untuk mempersatukan Karel dengan Meira, juga pupus.
"Ya tuhan, kenapa aku baru menyadarinya sekarang?" Ratapnya.
Kini, Meira benar-benar telah pergi dan tidak akan pernah berbalik lagi padanya, ada Raja yang akan menjadi sandarannya, tempat ia mencurahkan segala keluh kesahnya.
Ia benar-benar telah kalah.
Emma, dan Mahesa diam-diam melihat kesedihan putranya. Emma yang paling sangat sedih melihat itu semua, ia akui jika sempat kesal karena putranya terlambat menyadari perasaannya itu, tapi saat melihat Karel yang begitu terpukul, ia merasa sangat kasihan.
"Sudah Emma, mau bagaimana lagi. Mungkin mereka memang belum berjodoh," Mahesa mencoba menenangkan Emma yang hendak menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Forever [Alister Series II] COMPLETED ✓
Romance# 9Karel (20/11/2022) # 5 Meira (20/11/2022) # 29 Conflict (21/11/2022) Merebut calon pengantin orang lain, tidak pernah ada dalam daftar hidup Karel Alister. Putra sulung keluarga Alister yang sejak kecil tidak terlalu peduli dengan keadaan se...