"Bagaimana dengan Raja?"
Gerakan Meira yang tengah menutup pintu itu terhenti, saat suara sang ayah menginterupsi. Meira berbalik menghadap sang ayah, seraya menaikkan sebelah alisnya. "Bagaimana apanya?" sungutnya heran.
Ia juga mencoba melirik Ilana, sang ibu. Mencoba bertanya apa maksud ucapan sang ayah, namun Ilana tampak tidak melakukan pergerakan apa pun.
Arkana menatap putrinya dengan lekat. "Ck. Raja, bukankah dia tampan, dan sudah jelas jika ia adalah pria baik-baik, tidak seperti putra Alister itu,"
Ah, Meira mengerti kemana maksud pembicaraan dang ayah. "Pa, jangan coba-coba menjodohkanku dengan Raja!"
Meira berseru, seraya melangkah ke arah sofa single, sedangkan kedua orang tua nya berada di sofa panjang yang berada di ruang tamu. Raja, dan Karel sudah pulang beberapa saat lalu, selama Karel berada di sini, ia, Ilana, dan juga Arkana memang sengaja mengabaikan putra Alister itu. Mereka hanya berbicara sesekali, jika itu memang perlu di jawab.
Arkana mendengkus, "Mau sampai kapan Mei?"
Meira mati kutu. Ia bingung, mau sampai kapan ia mempertahankan cinta sepihaknya kepada Karel. Lagi pula, di lihat dari wajah Karel barusan, tampaknya pria itu baik-baik saja. Tidak seperti dirinya yang bahkan tidak bisa tidur nyenyak, dan akhirnya jatuh sakit. Hanya ia sendirian yang paling sakit hatinya.
Meira menghela napas. Keluarganya, beserta keluarganya sudah saling mengenal sejak lama, karena ibu dari Raja adalah sahabat ayahnya. Beberpa kali juga orang tua Raja menjodohkannta dengan Raja. Mereka bilang, jika ia dan Raja adalah pasangan yang sangat cocok, tapi ia sudah mencintai Karel sejak lama.
Setelah hari ini, apakah ia akan mencintai Karel seperti orang bodoh, dan menerima rasa sakitnya sendirian lagi?
"Sayang. Maaf, jika kali ini kami sedikit egois," suara lembut Ilana mengalun di ruang tamu yang tampak hening, membuat sang putri semata wayangnya itu menatap ke arahnya.
"Nak, bisakah berhenti menyukai Karel?" tanya Ilana dengan lembut.
Meira masih diam, hanya matanya yang menatap bingung ke arah kedua orang tuanya. Melupakan? Hah! Meira sudah melakukan hal itu sejak lama, namun hasilnya nihil. Karel Alister seolah enggan pergi meninggalkan relung hatinya.
Bukannya melupakan, perasaannya justru malah semakin besar.
"Ma--"
Meira hendak menjawab permintaan Ilana, tapi Ilana menggelengkan kepalanya, seraya menatapnya dengan sedih. "No sayang. Mama sudah tidak ingin lagi putri kesayangan Mama tersakiti. Tolong, kali ini saja dengarkan permintaan kami,"
Tatapan penuh permohonan itu berhasil meluluhkan hatinya. Ia tidak bisa menolak, atau membantah keinginan Ilana, dan Arkana yang selama ini tidak pernah menuntut apa pun darinya.
Meira menghela napas, memejamkan kedua matanya selama beberapa saat, kemudian menatap kedua orang tuanya dengan yakin. "Aku akan berusaha,"
Ilana, dan Arkana menghela napas lega. Biarlah kali ini Meira menganggap mereka adalah orang tua yang egois, ia dan Arkana hanya tidak ingin lagi melihat Meira menderita sendirian.
"Mulailah pelan-pelan, dengan menerima Raja," sahut Arkana.
Meira mendongkak, menatap sang ayah dengan sedikit tajam. "Pa! Tidakkah ini terlalu cepat?" Meira berseru dengan nada sedikit keras, mencoba protes dengan keputusan ayahnya.
Arkana menatap Meira dengan sama tajamnya, tidak menghiraukan Ilana yang tengah menggenggam tangannya dengan lembut, seraya berbisik untuk menahan emosinya. "Kalau begitu, ikut kami pulang, dan bekerja di rumah sakit keluarga kita!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Forever [Alister Series II] COMPLETED ✓
Romance# 9Karel (20/11/2022) # 5 Meira (20/11/2022) # 29 Conflict (21/11/2022) Merebut calon pengantin orang lain, tidak pernah ada dalam daftar hidup Karel Alister. Putra sulung keluarga Alister yang sejak kecil tidak terlalu peduli dengan keadaan se...