Erlangga tersenyum puas, begitu mendapatkan telepon dari Dokter Inggrid yang melaporkan jika kondisi kesehatan putra pertama Mahesa itu semakin memburuk. Memang ini rencananya sejak awal, ia pikir setelah Alister Company di pimpin oleh putra bungsu Mahesa yang bernama Rajendra, pria muda itu tidak akan bisa memimpin perusahaannya dengan baik. Namun, dugaannya salah, Rajendra seolah mengulang kejadian di masa lalu. Rajendra benar-benar mewarisi segala hal dari ayahnya, pria muda itu berhasil meneruskan jejak ayahnya dengan membawa Alister Company semakin maju dan berkembang.
Ia iri dengan kehidupan Mahesa yang sangat beruntung. Ia mampu mengemban tanggung jawab besar di usianya yang sangat muda. Berhasil mendapatkan Emma Saphire Widyatama dan mempersuntingnya. Sedangkan ia terusir, mendapatkan penghinaan dari ayahnya dengan diminta meninggalkan nama Alister miliknya.
Setelah ia keluar dari rumah Alister, ia mulai berusaha untuk hidup sendiri, tapi sepertinya Ayahnya ikut campur menggunakan koneksinya untuk tidak menerima lamaran pekerjaan dirinya. Bukankah sebagai ayah Stevan benar-benar sangat pilih kasih?
Ia sudah kalah dengan Emma yang lebih memilih menjalin hubungan dengan Mahesa, sekarang ia kalah dalam segala hal. Bahkan ayahnya sendiri sampai tega mengusir, dan menghancurkan karirnya.
Sampai akhirnya ia bertemu dengan Hanggini Ratuliu, wanita yang kini menjadi istrinya. Namun sayangnya, sebuah kecelakaan besar yang sempat dialaminya harus kehilangan anak pertama mereka yang masih berusia 3 bulan dalam kandungan, dan Hanggini terpaksa menjalankan operasi pengangkatan Rahim, dan Hanggini susah di pastikan tidak akan bisa memiliki keturunan.
Tuhan terlalu kejam kepadanya. Hidupnya benar-benar sangatlah menderita.
Derap langkah kaki terdengar menggema di ruang VIP restoran china yang sudah ia pesan. Ia tak sabar untuk menoleh, dan seketika tubuhnya menegang.
Bukan Dokter Inggrid yang muncul, melainkan Mahesa, dan Emma. Ia bahkan dapat melihat dengan jelas wajah pemilik Alister Company itu tampak menangis, sepanjang ia berjalan mendekat ke arahnya. Mungkin, jika Emma tidak memeganginya, Mahesa akan berlari dan memeluk ke arahnya.
Erlangga berdiri saat Mahesa sudah sampai di dekatnya. Kakak beradik yang sudah tidak lagi muda itu berdiri saling berhadapan, membuat tangis Mahesa pecah.
Keduanya saling menatap selama beberapa detik, sampai akhirnya Erlangga menatap Emma. "Hai Emma. Lama tidak berjumpa," alih-alih menyapa sang adik, Erlangga justru menyapa Emma.
Emma tidai menggubris sapaan Erlangga. Ia masih tidak percaya bahwa Erlangga begitu sangat jahat kepada keponakannya sendiri.
"Aku hanya mengantar Mahesa sampai sini. Bagaimana pun, kalian perlu waktu berdua," ucap Emma, sembari melepaskan genggaman tangannya dari sang suami.
Emma kemudian berjalan meninggalkan kakak beradik itu untuk berbicara.
"Kak, apa kabar?" dengan air mata yang berderai, Mahesa mencoba bertanya kepada Erlangga yang berdiri tegak dengan wajah datarnya.
"Kenapa tidak memukulku? Kehadiranmu di sini sudah cukup memberitahu, jika kau telah mengetahui kebenarannya dari dokter Inggrid. Sial! Dokter itu memang tidak bisa di percaya,"
"Kak," Mahesa mengabaikan semua ucapan Erlangga. "Apa kakak baik-baik saja selama ini? Kenapa baru datang sekarang? Kakak tidak tahu setiap malam aku merasa sangat bersalah atas kepergianmu dari rumah," Mahesa meraung seraya mencengkeram jas yang di kenakan oleh Erlangga.
Sudah puluhan tahun lamanya, mereka tidak bertemu, tentu membuat perasaannya sedikit lega saat bertemu. Ia terlalu sangat merindukan Erlangga sejak lama, memikirkan sang kakak setiap malam, dan bertanya-tanya apakah kakaknya itu baik-baik saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Forever [Alister Series II] COMPLETED ✓
Romance# 9Karel (20/11/2022) # 5 Meira (20/11/2022) # 29 Conflict (21/11/2022) Merebut calon pengantin orang lain, tidak pernah ada dalam daftar hidup Karel Alister. Putra sulung keluarga Alister yang sejak kecil tidak terlalu peduli dengan keadaan se...