Acara telah usai, tim dekorasi mulai membereskan dekorasi, dan beberapa ART di kediaman Hadikusuma juga tengah membereskan semua lantai, dan tempat yang tampak berantakan setelah acara. Ilana, Meira, dan Arkana tengah duduk di ruang makan dan menikmati hidangannya karena sejak tadi mereka belum makan satu suap pun.
Ilana melirik jari manis Meira yang kini tersemat sebuah cincin pengikat cintanya dan Raja. Jujur, Ilana sebagai sang ibu merasa ada sesuatu yang di sembunyikan oleh putrinya. Meski Meira terlihat senang, dan penuh senyum selama acara, Ilana tahu jika sebenarnya putrinya menyembunyikan perasaannya.
Perihal pertunangan mereka, Raja memang meminta restu secara langsung kepada ia dan Arkana, Raja juga tampak aneh seolah memaksakan mereka untuk memberi restu, dan tiba-tiba saja Raja bilang mereka akan menikah satu bulan lagi.
Mungkin sebagian orang memandang permintaan Raja untuk menikah satu bulan lagi itu adalah hal yang baik, menunjukkan seberapa besar cinta yang di milikinya untuk Meira. Tapi entah mengapa Ilana tiba-tiba berburuk sangka kepada Raja.
Bukankah ini semua terasa sangat tiba-tiba, dan terlalu di paksakan? Kenapa Raja hanya memberikan jeda satu bulan setelah pertunangan?
Dan, kenapa juga Meira langsung setuju?
Tidak mungkin kan, jika Meira sudah jatuh cinta dalam waktu dekat kepada Raja, sedangkan ia tahu sedalam apa Meira mencintai Karel.
Ilana menggelengkan kepalanya dan itu tidak luput dari pandangan Arkana, dan juga Meira.
"Ma? Mama kenapa? Kepala mama sakit?" tanya Meira.
Ilana menggeleng pelan. "Tidak apa-apa nak," ucapnya.
Suasana di ruang makan tampak sunyi, karena orang dekorasi sudah pulang, dan para ART juga sudah selesai beberes.
"Nak, sudah lihat dokumen hasil Lab milik Karel?" tanya Arkana.
Meira yang hendak menyuapkan makanan itu terhenti, sendok yang di pegangnya terjatuh ke atas meja, dan membuat suara dentingan yang cukup keras, sedangkan wajahnya sudah terlihat sangat berbinar.
"Hasilnya sudah keluar Pa?" tanyanya dengan sangat antusias.
Melihat reaksi Meira yang seperti itu, Ilana semakin yakin jika Meira masih sangat mencintai Karel.
"Sudah," Arkana menatap putrinya, "Papa meletakkannya di atas meja kamarmu,"
Meira tiba-tiba saja bangkit, dan berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya. Melihat itu, Ilana dan Arkana saling berpandangan. "Kana, apa keputusan kita menikahkan Meira dengan Raja sudah tepat? Melihat Meira yang seperti itu benar-benar membuatku merasa bersalah telah memberikan restu kepada Raja,"
Arkana mengulurkan tangan, dan mengusap pipi sang istri dengan lembut. "Nanti kita coba bicarakan dengan Meira, ya. Aku juga merasakan firasat yang tidak baik tentang pernikahan mereka,"
Ilana mengangguk pelan, dan suara hentakan hells kembali terdengar Meira sudah turun dari kamarnya dengan selbar kertas di tangannya, wajahnya tersenyum sangat cerah mengalahkan sang mentari yang hari ini bersinar.
Meira lantas memeluk Arkana dari belakang. "Terima kasih Papa, Paman Mahesa pasti senang mengetahui jika Karel sangat sehat," ucapnya.
Ilana, dan Arkana dapat melihat binar mata penuh kebahagiaan dan cinta dari manik sang putri.
"Papa sudah memberitahu paman Mahesa?" tanyanya tanpa melepaskan pelukannya dari sang ayah.
"Papa sudah meminta orang Lab mengirimkannya langsung ke kediaman Alister semalam. Harusnya pagi ini surat itu sudah sampai di rumah mereka,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Forever [Alister Series II] COMPLETED ✓
Romance# 9Karel (20/11/2022) # 5 Meira (20/11/2022) # 29 Conflict (21/11/2022) Merebut calon pengantin orang lain, tidak pernah ada dalam daftar hidup Karel Alister. Putra sulung keluarga Alister yang sejak kecil tidak terlalu peduli dengan keadaan se...