"Nak, ada apa sebenarnya?" tanya Ilana kepada Meira yang mulai sedikit tenang, setelah Karel mengajak kedua wanita Hadikusuma itu ke ruang tamu.
Sedang pria itu tengah sibuk menelepon seseorang dengan wajah yang mengeras.
"Ada apa ini?" tanya Arkana.
Meira menatap sang ayah dengan raut sedih. "Pa, Karel menemukan alat penyadap di kamarku," lirihnya. Ia saja masih sangat shock, mengetahui fakta yang baru saja di temukan.
Ia bertanya-tanya sudah berapa lama benda itu berada di sana, dan Karel juga mengatakan ada CCTV berukuran mini yang ia temukan di kamarnya. Ia menjadi paranoid, memikirkan siapa orang begitu gila dengan melakukan itu semua kepadanya. Apakah sebenarnya di dalam rumah ini ada penyusup?
Ah, Meira benar-benar sangat kalut saat ini.
Arkana dan Ilana terkejut. "A-apa?" jawab keduanya kompak.
Lalu kemudian Karel menutup telepon, dan ikut bergabung di ruang tamu. "Untuk sementara, Meira jangan dulu masuk ke dalam kamarnya." ucapnya.
Arkana berdiri di hadapan Karel. "Apakah yang Meira katakan benar? Kau menemukan alat penyadap?"
Karel mengangguk, "Bukan hanya itu, tapi juga ada cctv berukuran mini yang di taruh di sana,"
Rahang Arkana langsung mengeras, begitupun Ilana yang juga begitu shock dengan fakta yang baru saja di beberkan Karel. Karel berdecak, ia masih marah dan benar-benar ingin menghantam wajah orang yang sudah melakukan itu terhadap Meira. Tatapannya melembut, menatap Meira yang tampak ketakutan. Ia bersumpah akan menemukan sang pelaku itu.
"Sial! Bagaimana bisa ada yang melakukan hal itu di rumahku?" seru Arkana dengan Murka. "Kau sudah mencati tahu?"
Karel mengangguk, "Aku sudah meminta bantuan Papa, ia akan kemari secepatnya besok dan meminta orang-orang suruhannya menyelidiki ini semua," paparnya.
Arkana menghela napas kasar, dan menatap putrinya dengan sendu. Bagaimana bisa ia lalai menjaga putrinya sendiri.
"Maaf Om, Tante, sebelumnya siapa yang sering masuk ke kamar Meira?" tanyanya.
"Hanya ART yang bertugas membersihkan rumah," jawab Ilana.
Karel tampak belum puas dengan jawaban yang ia dapatkan. "Selain itu?" tanyanya.
Ilana, dan Arkana kompak menggeleng. Karena mereka berdua pun memang terhitung jarang berkinjung ka kamar putri mereka.
"Raja!" seru Meira tiba-tiba yang membuat Arkana, Ilana, dan Karel menatap ke arahnya.
Meira mengangguk. "Raja sering masuk ke kamarku jika berkunjung kemari, dengan alasan ingin membuang air kecil, dan itu terjadi setiap kali ia kemari," jelas Meira.
Ilana, dan Arkana jelas tidak menuduh Raja karena mereka tahu jika Raja adalah pria baik, walau terkadang bersikap aneh. Tapi tidak mungkin jika Raja yang diam-diam menaruh alat penyadap, dan cctv di kamar Meira yang notabene adalah calon istrinya sendiri.
Karel menatap Meira dengan lekat, seolah bertanya apa Meira yakin dengan yang di ucapkannya, dan lalu Meira mengangguk.
Karel berdecak, segera menghubungi seseorang. "Angga, kau masih di kantor?" tanyanya begitu Angga menjawab teleponnya.
"Masih. Ada apa?"
"Raja dimana?" tanyanya.
"Raja sedang pergi menemani Rajendra keluar. Ada apa?"
Karel memijat pelipisnya. "Apa ia membawa laptopnya?"
"Tidak. Ia membawa laptop milik Rajendra. Ada apa memangnya?" Angga terdengar sedikit kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Forever [Alister Series II] COMPLETED ✓
Romance# 9Karel (20/11/2022) # 5 Meira (20/11/2022) # 29 Conflict (21/11/2022) Merebut calon pengantin orang lain, tidak pernah ada dalam daftar hidup Karel Alister. Putra sulung keluarga Alister yang sejak kecil tidak terlalu peduli dengan keadaan se...