Rajendra menghitung dalam hati, menunggu berapa lama kakaknya itu akan sampai. Karena jujur saja ia sudah sangat tidak sabar untuk menghajar wajah pria yang tengah melihat sample design surat undangan pernikahan bersama sang ibu.
Raja, orang kepercayaannya setelah Angga. Ia bahkan menganggap Raja seperti saudaranya sendiri, tapi siapa sangka selain merebut wanita yang di cintai Karel, Raja dengan gilanya justru memasang alat penyadap, dan juga cctv untuk merekam semua gerak-gerik Meira. Angga menelepon memintanya untuk menahan Raja sebentar lagi, dan siapa sangka Raja meminta di antar ke tempat percetakan undangan dimana sang ibu dari pria itu sudah menunggu.
Ia tidak bisa membayangkan betapa murkanya wajah Karel, dan wajah kecewa dari kedua orang tua Meira saat tahu jika pria yang mereka puja-puja, dan pria yang mereka percaya untuk menjaga putri mereka satu-satunya itu justru melakukan hal yang sangat gila.
Raja, dan sang ibu sibuk mengagumi sample undangan pernikahan mereka dengan wajah yang sangat puas dengan hasilnya.
Rajendra menghela napas pelan saat sosok Karel masuk ke dalam tempat ia dan Raja berada, dan tanpa aba-aba Karel langsung melayangkan tinjunya ke wajah Raja.
Raja yang terkejut tidak bisa melawan dari serangan tiba-tiba itu.
"Brengsek!" tidak cukup dengan satu pukulan saja, Karel menarik jas yang di kenakan Raja, menyentaknya dengan kasar, dan kembali melayangkan tinjunya lagi.
Sosok ibu Raja berteriak, dan mencoba melerai Karel, Rajendra terpaksa bangkit dari posisi duduknya, membawa ibu Raja menjauh. "Lepaskan Rajendra! Kenapa kau tidak menghentikan kakakmu yang sedang menghajar Raja!" protesnya seraya mencoba untuk melepaskan tangan Rajendra yang merangkul bahunya.
"Lepaskan Rajendra!"
Beberapa orang mulai berteriak saat Raja, dan Karel mulai membalas pukulan. Bahkan wajah Raja sudah sangat memar, sudut bibirnya terlihat sedikit robek dan mengeluarkan darah. Mereka juga tampak mulai melerai dua orang yang berkelahi itu, tapi tidak membuahkan hasil.
"Karel Hentikan!!"
Semua orang beralih menatap seorang wanita yang berteriak menyebut salah nama salah seorang dari orang yang tengah berkelahi tersebut. Namun tidak ada satu pun dari mereka yang berhenti.
"KAREL ALISTER, KU BILANG HENTIKAN!!"
Barulah setelah teriakan yang sangat keras dari sebelumnya itu, berhasil menghentikan perkelahian dua pria yang masih saling menatap tajam, dengan napas keduanya yang memburu. Wajah keduanya juga tampak sangat buruk dengan luka memar yang hampir sama banyak.
"Mei? Kenapa kau ada disini sayang?" Raja berjalan hendak menghampiri Meira yang berdiri di depan pintu masuk, namun Karel mendorong tubuh Raja hingga tersungkur ke atas lantai.
Mengabaikan Raja yang berteriak marah keladanya, Karel berbalik dan menghampiri Meira. "Kenapa? Kau sudah berjanji tidak akan berkelahi dengan Raja!" seru Meira begitu Karel sudah tiba di hadapannya.
"Mei!" Raja berseru, namun Meira mengabaikannya.
"Ck! Kita akan ke rumah sakit setelah ini!" Karel mengangguk mendengarkan ucapan Meira. "Setidaknya, biarkan aku memukul bajingan itu sekali lagi--aww--" Karel memekik saat Meira sengaja mencubit pinggangnya.
Rajendra tidak lagi menahan ibu Raja untuk menghampiri putrinya. Tapi Raja mengabaikannya, ia justru berjalan ke atah Meira yang tampak terlihat mengkhawatirkan Karel. "Mei, aku juga terluka," ucapnya, tapi Meira mengabaikannya. Ia mencoba menyentuh tangan Meira, namun Karel lagi-lagi menghempaskannya dengan kasar.
Karel kini menghadap kepada Raja. "Diam kau brengsek! Kau bahkan tidak memiliki rasa malu, atas apa yang sudah kau lakukan kepada Meira!" serunya, jujur jika saja Meira tidak memegangi tangannya, ia pasti sudah kembali menghajar pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Forever [Alister Series II] COMPLETED ✓
Romance# 9Karel (20/11/2022) # 5 Meira (20/11/2022) # 29 Conflict (21/11/2022) Merebut calon pengantin orang lain, tidak pernah ada dalam daftar hidup Karel Alister. Putra sulung keluarga Alister yang sejak kecil tidak terlalu peduli dengan keadaan se...