"Lagi?" Meira yang pagi ini mengenakan dress biru di bawah lutut, dengan lengan panjang itu bertanya dengan sedikit kesal.
Sudah beberapa hari ini Raja mengunjungi rumah keluarganya, alasannya tetap sama yaitu "Perjalanan Bisnis." Meira sendiri merasa bahwa alasan yang Raja bicarakan tidaklah masuk akal. Bagaimana bisa setiap hari pria itu melakukan perjalanan bisnis di tempat yang sama, Bandung.
Raja menghela napas, "Memangnya kenapa sih? Kau tidak senang bertemu denganku?"
Meira membuang wajahnya ke arah lain. Ia bukannya tidak senang, tapi entah kenapa ia merasa sedikit risi dengan perubahan sikap Raja yang tiba-tiba ini. "Bukan begitu. Tapi, apakah kau tidak sibuk, mengingat pernikahan Rajendra akan di laksanakan minggu depan?"
"Justru itu, aku menemuimu untuk mengatakan karena ada banyak hal yang harus kita bahas, mengenai pernikahan kita. Aku tidak bisa terus menerus menyibukkan diriku, sampai melupakan jika pernikahan kita juga sebentar lagi," ucapnya panjang lebar.
Raja terlihat kesal mengingat Rajendra yang menimpahkan semua pekerjaan kepadanya. Ck!
Meira menghela napas, mendaratkan bokongnya pada sofa yang berseberangan dengan Raja.
"Kenapa duduk disana?" protes Raja.
Meira memejamkan matanya sejenak, meredakan kekesalan yang menghinggapi hatinya. Ini juga adalah perubahan sikap Raja lainnya, dulu Raja tipe orang yang tidak terlalu memusingkan apa pun yang di lakukannya, tapi setelah Raja mantap imgin menikahinya pria itu selalu mengatur dirinya, ia bersikap terlalu posesif.
"Sudahlah Raja. Sama saja," ucap Meira.
Raja memijat pelipisnya. "Aku merasa, jika akhir-akhir ini kau menjauhiku," ucap Raja tiba-tiba.
Meira tidak tahu lagi dengan pemikiran Raja yang selalu saja berprasangka buruk kepadanya. "Kenapa lagi? Kau ingin meminta aku ikut denganmu ke Jakarta, tinggal di apartemen milikmu, dan kau akan tinggal di rumah ibumu?" Meira bahkan sudah sangat hafal dengan kata-kata Raja yang setiap kali di katakannya saat mereka bertemu.
Berkali-kali, Raja memaksanya ikut ke Jakarta, dengan alasan tidak sanggup berjauhan dengannya. Benar-benar sangat tidak masuk akal, bahkan mereka selalu melakukan video call setiap hari. Meira juga terkadang menemaninya saat ia sibuk bekerja di kantor.
Raja menghela napas, "Mei. Apa salah aku memintamu untuk ikut denganku? Lagipula, kita akan menikah. Karena kita akan sering bertemu untuk membahas segala hal mengenai pernikahan kita,"
"Raja please. Kita sudah membahas ini, jika memang alasanmu karena itu, kita bisa berdiskusi melalui telepon." tegas Meira.
Keduanya terdiam saat Art di rumah Meira menyuguhkan dua gelas minuman untuk mereka.
Raja masih kekeh ingin memboyongnya ke jakarta, ya meskipun nanti mereka akan tinggal terpisah, tapi tetap saja rasanya tidak etis.
"Kau masih keras kepala untuk menolak tinggal di jakarta?"
Meira sungguh sebal, mereka sudah membahas ini ribuan kali tapi Raja masih keras kepala dan tidak ingin mengubah keputusannya. "Untuk apa Raja. Lagi pula pernikahan kita akan di gelar di sini, kau juga sudah sepakat soal itu."
"Jika kau masih membahas ini lagi, lebih baik pulang saja. Aku harus ke rumah sakit membantu tenaga medis di sana,"
Raja tampak mengerang kesal, seraya mengusap wajahnya dengan kasar. Ia kembali gagal membujuk Meira untuk tinggal bersamanya. Ia sudah menang dari Karel, tapi tetap saja ia merasa was-was apalagi soal kabar Karel yang ternyata di vonis sehat, jangan lupakan jika keluarga Meira juga yang berjasa mengungkap kesalahan vonis dokter. Keluarga Alister bisa saja mengajak keluarga Meira bertemu, dan Karel pasti akan bertemu dengan Meira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Forever [Alister Series II] COMPLETED ✓
Romance# 9Karel (20/11/2022) # 5 Meira (20/11/2022) # 29 Conflict (21/11/2022) Merebut calon pengantin orang lain, tidak pernah ada dalam daftar hidup Karel Alister. Putra sulung keluarga Alister yang sejak kecil tidak terlalu peduli dengan keadaan se...