"Terima kasih semuanya," Meira menghela napas, dan tersenyum kepada semua orang yang sudah turut berusaha dalam operasi yang baru saja di jalani.
Memang, Meira tidak menghadiri acara resepsi pernikahan Sera sampai selesai, karena ia mendapat panggilan darurat dari rumah sakit. Ia bahkan ingat hanya bertemu dengan Rossaline sekilas, dan menyapanya singkat karena ia dan Raja harus segera pergi.
Raja mengantarnya sampai ke rumah sakit, dan memintanya menelepon jika pekerjaannya sudah selesai.
Para perawat, dan beberapa orang lainnya yang sudah membantunya itu lantas menundukkan tubuh mereka singkat, sebelum akhirnya semua orang meninggalkan ruang operasi.
Meira baru akan melepas sarung tangan karetnya tiba-tiba panik, ketika seorang perawat menghampirinya. "Dokter Mei, Pak Tristan baru saja mengabari, jika Dokter Rose baru saja mengalami penusukan di hotel tempat resepsi di adakan. Dokter di minta untuk menangani Dokter Rose,"
Begitu sang perawat selesai bicara, Meira langsung melepaskan sarung tangan karet, dan memasukkannya ke tempat sampah medis yang tersedia untuk menampung limbah patologi, dan infeksius.
"Apa mereka sudah dalam perjalanan?" tanyanya seraya melangkah ke lobi, yang di ikuti oleh perawat yang narusan memberinya info tentang Rossaline.
"Iya dok, kami juga sudah menyiapkan ruangam VIP untuk perawatannya," paparnya.
Meira mengangguk, di lobi sudah ada sebuah brangkar, seta dua perawat pria yang sudah standby di sana.
Tak lama, sebuah mobil berhenti, dan sosok Rajendra turun dengan menggendong Rossaline. Kemudian, Rajendra langsung meletakkan Rossaline di atas brankar, dan menatapnya. "Mei, aku percayakan Rossaline kepadamu," ucapnya tulus.
Mei mengangguk, menepuk bahu Rajendra dengan pelan. "Pasti, aku akan menanganinya," balasnya.
Mei, bersama perawat lain lantas pamit dan membawa Rossaline ke ruang IGD.
Setelah hampir menunggu selama setengah jam, akhirnya pintu ruangan IGD terbuka, dan memunculkan sosok Mei yang baru saja keluar.
"Bagaimana keadaan Rossaline?" mereka semua kompak bertanya bersamaan.
Mei terkekeh pelan, melihat bagaimana mereka sangat menyayangi, dan mengkhawatirkan Rossaline. Tapi tawanya langsung redup, saat matanya tanpa sengaja bertatapan dengan putra pertama keluarga Alister.
Mei berdeham, "Rossaline baik-baik saja. Beruntung lukanya tidak terlalu, dalam, dan melukai bagian vitalnya. Aku sudah menanganinya, memberikan jahitan pada lukanya, dan setelah ini Rossaline akan di pindahkan ke ruang rawat inap," papar Mei.
Kemudian tampak dua perawat mendorong ranjang dimana Rossaline berbaring dengan cairan infus yang menggantung.
"Oh, langsung pindah ke kamar rawat ya. Sesuai perintah dokter Tristan," titahnya kepada perawat yang membawa Rossaline.
Emma tersenyum, mengucapkan terima kasih kepada Mei, begitu pun beberapa orang yang berada di sana, ya ... Kecuali putra pertama Alister itu.
"Tapi untuk saat ini, pasien hanya boleh di tunggu di dalam oleh satu orang saja. Siapa kira-kira yang akan menunggunya?" tanya Mei.
Semua orang tampak saling menatap, lalu Emma meminta Bibi Shella saja yang menjaga Rossaline. Tapi, Bibi Shella justru malah menatap Rajendra, "Rajendra saja yang menjaganya," putus Bibi Shella, yang membuat semua orang terkejut, termasuk Rajendra sendiri.
"Aku?" tunjuk Rajendra pada dirinya sendiri.
Bibi Shella mengangguk, bukan karena ia enggan menjaga Rossaline, tapi karena Rajendra yang terlihat sangat panik, dan mengkhawatirkan Rossaline, seolah Rossaline adalah kelopak bunga yang kapan saja bisa jatuh, dan menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Forever [Alister Series II] COMPLETED ✓
Romance# 9Karel (20/11/2022) # 5 Meira (20/11/2022) # 29 Conflict (21/11/2022) Merebut calon pengantin orang lain, tidak pernah ada dalam daftar hidup Karel Alister. Putra sulung keluarga Alister yang sejak kecil tidak terlalu peduli dengan keadaan se...