Emma, dan Karel berpamitan kepada Meira. Tak lupa juga mengucapkan terima kasih atas undangan makan malam di apartemennya. Kini, ibu dan anak itu sudah berada di dalam mobil yang mulai melaju ke rumah keluarga Alister, tentu saja dengan suasana yang tiba-tiba terasa dingin bagi Karel.
Sejak keluar dari apartemen Meira, ibunya terlihat sangat dingin dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Padahal ibunya ini adalah tipe orang yang sangat hangat, tapi kenapa tiba-tiba suasana hatinya tiba-tiba berubah?
Karel berdeham, mencoba mencairkan suasana. Namun sepertinya Emma sedang tidak ingin berbicara. "Ma. Ada apa? Sejak keluar dari apartemen Meira, Mama mendadak diam seperti ini,"
Emma mendengkus kasar. Lantas menatap Karel dengan sangat tajam, "Masih bertanya kenapa Mama seperti ini?" tanyanya kesal. "Huh! Kau tahu, rasanya Mama ingin mencekikmu sekarang juga!"
Karel yang tidak tahu apa penyebab kekesalan ibunya itu hanya terdiam. Ia enggan membuat keributan dengan ibunya dengan salah berbicara.
"Mama pikir hanya Rajendra saja yang bodoh soal cinta. Ternyata kau lebih bodoh dari Rajendra," Emma kembali mengoceh.
"Apa maksud Mama?"
Hah! Emma benar-benar ingin mencekik putra sulungnya ini. "Astaga Karel, kepala Mama benar-benar pusing!".
Emma mendengkus kasar, lantas membuang pandangannya ke arah lain. Ia mendadak sebal melihat wajah Karel.
"Mama kenapa sih?" herannya. Demi Tuhan, Karel benat-benat tidak mengerti dengan tingkah ibunya sekarang.
"Mama ingin segera sampai, dan mencekik lehermu!"
Lagi-lagi Emma berseru dengan sangat kes, dan semakin membuat Karel kebingungan setengah mati. Padahal saat makan malam ibunya itu baik-baik saja, dan masih bersikap seperti biasanya. Karel mencoba berpikir apa kiranya yang membuat ibunya bisa seperti ini, namun hasilnya nihil. Ia tetap tidak menemukan alasan dari kekesalan ibunya ini.
Dan selama perjalanan menuju rumah mereka, tidak ada percakapan apa pun lagi.
Brak!
Emma keluar, dan menutup pintu mobil dengan keras hingga membuat Karel yang baru saja melepas seatbelt itu terkejut, namun ia hanya bisa menghela napas. Benar kata Ayahnya, ibunya sangat menyeramkan saat marah.
Karel keluar dari mobil, dan membuka bagasi mobil memgambil semua barang belanjaan di bantu oleh dua orang security sampai ke dalam rumah.
Begitu sampai Rumah, Karel tidak menemukan sang ibu di mana pun, mungkin Emma langsung menuju ke kamarnya. Jadi, ia yang akan menyusun semua barang belanjaan itu ke tempatnya.
Sementara itu, Emma langsung masuk ke dalam kamar, dan menghampiri Mahesa yang tampak duduk di atas kasur sembari memangku laptop. Melihat wajah Emma yang sangat kesal, ia lantas menutup laptop, dan meletakkannya ke atas nakas.
"Hey, ada apa sayang?" tanyanya lembut.
Emma langsung menghampiri Mahesa dan ikut duduk di atas ranjang. Mahesa langsung mengulurkan tangannya memeluk bahu Emma, dan membiarkan Emma bersandar pada dadanya. "Ada apa heum?" tanyanya kembali.
Emma menghela napas kasar. "Meira, dan Raja akan bertunangan,"
"Itu bagus. Kapan acaranya di gelar?"
Emma mendongkak menatap Mahesa dengan sebal.
"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Mahesa.
Emma mendengkus. "Aku tidak mau mereka bertunangan. Meira harus menikah dengan Karel!"
Mahesa memijat pangkal hidungnya, istrinya ini benar-benar sangat out of the box sekali. "Mungkin Karel, dan Meira tidak berjodoh Emma,"
Emma semakin kesal mendengar jawaban Mahesa, ia lantas melepaskan dirinya yang tengah bersandar pada dada Mahesa, mengambil jarak beberapa centi dari sang suami. "Astaga Mahesa! Kau tidak tahu ya, jika Karel sudah menyakiti hati Meira. Meira mencintai Karel sendirian selama ini, sedangkan Karel malah bersikap baik-baik saja, mengabaikan perasaan Meira, dan menyia-nyiakannya begitu saja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Forever [Alister Series II] COMPLETED ✓
Romance# 9Karel (20/11/2022) # 5 Meira (20/11/2022) # 29 Conflict (21/11/2022) Merebut calon pengantin orang lain, tidak pernah ada dalam daftar hidup Karel Alister. Putra sulung keluarga Alister yang sejak kecil tidak terlalu peduli dengan keadaan se...