Be My Forever || Terabaikan

146 13 0
                                    

Karel memang mencoba tidak peduli soal Meira yang sakit, tapi tubuhnya malah mengkhianati dirinya. Disinilah Karel berada, di parkiran gedung apartemen yang salah satunya di huni oleh Meira.

"Aku pasti sudah gila!" serunya sembari menatap gedung apartemen yang menjulang tinggi, dari dalam mobilnya.

Sial!

Ia sudah mencoba untuk mengabaikan fakta atas keadaan Meira, tapi akhirnya ia tetap pergi, dan sekarang ia baru menyesalinya. Bukankah ia sama saja dengan tidak punya malu?

Bagaimana bisa ia datang ke tempat ini setelah kejadian minggu lalu? Lalu apa yang akan ia katakan ketika nanti bertemu Meira, apakah ia harus beralasan dengan mengambil bajunya yang tertinggal?

Oh, ayolah. Ia bahkan memiliki banyak pakaian di rumahnya, jadi dua potong pakaian itu tidak ada artinya.

"Sial! Kenapa aku seperti pengecut begini?" Serunya sembari menumpukan kepalanya pada kemudinya.

Ia tidak habis pikir mengapa dirinya seperti orang bodoh seperti ini. "Ya, aku hanya khawatir, karena Meira dan aku sudah bersahabat sejak lama," ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri, bahwa ia hanya khawatir karena Meira yang merupakan sahabatnya, tidak lebih.

Karel mengerang pelan, "Sekarang, apa yang harus aku lakukan?" gumamnya. Tidak mungkin, kan jika ia kembali ke rumah, setelah jauh-jauh datang kesini?

Sial! Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus di lakukannya. Sampai kemudian matanya menatap sosok seorang pria yang baru keluar dari mobil, dengan sebuah keranjang buah di tangannya. Karel mengernyitkan dahi, "Raja?" gumamnya.

Ia kenal betul sosok itu, karena Raja adalah teman dari Rajendra, dan beberapa kali juga sudah bertemu dengannya.

Karel tersentak, saat sosok Raja mengetuk kaca mobilnya, ia lantas menurunkan kaca mobilnya, dan tersenyum kepada Raja yang tersenyum juga kepadanya.

"Benar kan dugaanku, jika mobil ini milikmu," kekehnya.

Karel terkekeh kecil, "Kentara sekali, ya?"

Raja terbahak, "Tentu saja. Mobil mewahmu telihat sangat mencolok Karel,"

"Ah, kenapa kau disini?" tanya Karel, setelah tawa mereka berdua terhenti.

Raja masih tersenyum, khas dirinya sekali yang memang murah senyum, nan ramah. "Menjenguk teman," katanya seraya mengangkat keranjang buah itu, dan memperlihatkannya kepada Karel.

Karel mengangguk, "Temanmu tinggal disini?" Entah mengapa, rasanya Karel perlu tahu soal siapa teman Raja.

Lagi pula, kenapa timing-nya begitu pas dengan Meira yang sekarang tengah sakit? Apa jangan-jangan--Tidak! Karel menggelengkan kepalanya, menepis jauh-jauh pikiran itu.

Memangnya kenapa jika Raja memang benar mengenal Meira? Toh, ia dan Meira tidak ada hubungan apa pun.

"Karel? Kau baik-baik saja?"

Karel menghela napas, dan memijat pangkal hidungnya. "Aku tidak apa-apa," jawabnya. Ia hanya tidak mengerti dengan pikirannya yang tidak masuk akal barusan. Tapi, ia sangat penasaran dengan sosok teman yang akan Raja kunjungi.

"Raja, boleh aku ikut mengunjungi temanmu?" tanyanya.

Raja tampak terkejut, kemudian ia tersenyum. "Tentu saja. Ayo keluar!"

Tanpa membuang waktu lagi, Karel bergegas keluar dari mobil, berjalan beriringan bersana dengan Raja yang memegang sebuah keranjang buah. Sejak tadi Raha sama sekali tidak memberitahu siapa nama temannya yang sedang sakit, dan itu membuat Karel sangat penasaran.

Be My Forever [Alister Series II] COMPLETED ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang