Sepi.
Itu yang Karel rasakan saat dirinya sudah tiba di kediaman mewah milik keluarganya. Rumah besar, dan megah itu terasa terlalu besar untuk ia tempati berdua dengan Rajendra. Kedua orang tuanya sudah beberapa tahun ini tinggal di Madrid, menghabiskan masa tua mereka di sana.
Karel kesepian, apalagi akhir-akhir ini Rajendra terlalu sangat sibuk, dan bahkan jarang pulang ke rumah, entah dimana adiknya itu tidur. Dan, rumah yang besar ini benar-benar tampak seperti tak berpenghuni. Tidak ada asisten rumah tangga, karena sejak dulu keluarga Alister tidak menggunakan jasa itu, mereka hanya akan menyewa jasa kebersihan yang datang seminggu dua kali.
Tapi, setelah beberapa bulan lalu, Meira mengatakan ia sudah mengurus kepindahannya, dari rumah sakit di bandung, ke Jakarta, dan tinggal di sebuah apartemen yang searah dengan rumahnya. Kepindahan Meira, mampu mengusir rasa bosannya dengan mendatangi Meira, membantu wanita itu memasak, dan tentunya menceritakan banyak hal.
Sampai kejadian hari ini, ia tidak tahu lagi harus bagaimana menyikapi semuanya. Apakah ia mampu untuk bertemu lagi dengan Meira.
"Huh," Karel menghela napas, merebahkan dirinya di atas sofa, seraya memijat pelipisnya.
Ia benar-benar kesepian di dalam rumah ini. Apalagi, ia baru saja mendapat laporan jika Rajendra mungkin pulang agak larut, dan dalam keadaan mabuk.
Lagi-lagi, Karel merasa sangat bersalah.
Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa, kemudian mengacak rambutnya dengan kesal. Seharian ini ia merasa seperti orang bodoh, bepergian tanpa arah setelah ia pulamg dari apartemen Meira.
Jelas, ia sangat terganggu dengan ungkapan cinta dari Meira, yang merupakan sahabatnya. Sial! Ia pikir, setelah menghabiskan waktu seharian tanpa tujuan, ia bisa menyingkirkan bayangan Meira yang menatapnya dengan terluka, dan juga kejujuran, serta ketulusan terlihat di kedua mata cantik Meira, dan itu cukup menjelaskan jika seorang Meira Aprilian Hadikusuma itu, tidak sedang berbohong.
Ia terus menghabiskan waktu dengan merebahkan dirinya di atas sofa, sampai tidak sadar waktu kini sudah menunjukkan pukul 8 malam, dan ia bahkan belum mandi sama sekali. Tubuh, dan pikirannya terasa sangat lelah, dan membuatnya tidak ingin beranjak dari sofa ini.
Ia menatap pintu utama, saat terdengar bunyi 'beep' keningnya mengerut, apa Rajendra sudah pulang? Mengingat hanya ia, dan Rajendra yang memiliki kartu akses masuk ke dalam rumah.
Pintu terbuka, dan benar saja sosok Rajendra masuk ke dalam rumah. Membuatnya bertanya-tanya dalam hati, apa yang tengah terjadi kepada adiknya tersebut. Karena wajah sang adik terlihat sangat cerah dan berseri, saat masuk ke dalam rumah. Bukankah sebelumnya, Angga menghubunginya jika Rajendra pergi ke bar, dan kemungkinan akan pulang larut, dalam keadaan mabuk seperti biasanya.
Tapi, Rajendra justru pulang lebih awal, tanpa adanya bau alkohol sedikit pun yang tercium dari tubuhnya. Apa gerangan yang terjadi kepada adiknya?
Merasa penasaran, akhirnya Karel menghampiri sang adik, dan bertanya. "Eh, ada apa dengan wajahmu? Kenapa terlihat sangat senang?" tanyanya, dengan nada usil. Khas seorang Karel Alister yang ramah, dan peduli kepada Rajendra.
Seakan tersadar, Rajendra lantas segera mengubah raut wajahnya menjadi datar, seperti biasanya. Ia kemudian berdeham, "Kakak belum tidur?" tanyanya.
Karel terkekeh pelan, "Orang dewasa macam apa, yang tidur di jam delapan malam?" kekehnya. Ia mencoba terlihat baik-baik saja, dan usil di hadapan Rajebdra. Mencoba mengalihkan pikirannya dari Meira, yang segarian ini terus muncul di kepalanya.
"Rajendra?" panggilnya lagu.
Rajendra kembali berdeham, "Sudah makan malam?" tanyanya sembari berjalan menuju sofa yang berada di ruang tamu rumah mereka, di ikuti oleh Karel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Forever [Alister Series II] COMPLETED ✓
Romance# 9Karel (20/11/2022) # 5 Meira (20/11/2022) # 29 Conflict (21/11/2022) Merebut calon pengantin orang lain, tidak pernah ada dalam daftar hidup Karel Alister. Putra sulung keluarga Alister yang sejak kecil tidak terlalu peduli dengan keadaan se...