"Jika kepercayaan itu bisa dibeli dengan uang maka tak akan pernah ada orang yang bisa membedakan ketulusan dan kepalsuan."
~ Nathan Alterio. R
***
Pagi ini cuaca begitu cerah, sampai sinar mentari dari luar mampu menembus jendela kamar gadis yang baru saja terbangun dari tidurnya. Ia melihat alarm di laci mejanya sudah menunjukkan pukul sembilan lebih dua puluh menit. Rupanya ia tertidur lagi sesaat setelah membalas pesan dari Nathan pagi ini.
Nindy berjalan keluar dari kamarnya. Meneguk segelas air putih dingin yang ia ambil dari dalam kulkas.
"Bik Iyas, semalam bibik tau nggak aku pulang dianterin siapa?" Nindy yang melihat Bik Iyas sedang membereskan dapur langsung bertanya tentang kejadian semalam.
"Dianter taksi kan Mbak Anin, masak lupa." Bik Iyas terlihat sangat sibuk jadi Nindy memilih untuk tidak meneruskan pembicaraan itu.
"Kenapa aku nggak inget apapun soal semalam ya? Seingat aku kayak ada seseorang yang narik aku lalu aku pingsan. Ah yaudahlah mendingan aku siap-siap sekarang." Setelah beberapa saat menggerutu sendiri, ia meletakkan gelasnya di atas meja lalu bergegas untuk mandi dan bersiap-siap.
Beberapa saat kemudian...
"Eh, Kak Nathan udah sampai dari tadi?" Nindy yang baru keluar dari kamarnya langsung menyapa Nathan dengan senyum mengembang di wajahnya.
Namun berbeda dengan Nathan, ia justru terlihat lebih diam dan cuek pagi ini, "Ayo jalan sekarang!"
Nindy terus melihat Nathan yang keluar lebih dulu dari rumah tanpa menunggunya. Bahkan kali ini Nathan membawa mobil, tidak seperti biasanya ia yang selalu membawa motor karena lebih romantis menurutnya.
"Tumben Kak Nathan bawa mobil, biasanya kan selalu...." Nathan membantu Nindy untuk memasangkan sabuk pengaman, membuat Nindy terdiam dan tidak melanjutkan apa yang ingin ia katakan. Setelah sabuk pengaman terpasang sempurna, Nathan kembali fokus untuk menyetir dan memacu mobilnya dengan kecepatan yang bisa dibilang tinggi.
"Kak Nathan marah ya sama aku?" Nindy menunduk memegangi jarinya. Ia merasa kalau sejak tadi laki-laki disampingnya hanya diam dan terus fokus melihat ke depan tanpa mengatakan hal apapun. Nathan mengerem mobilnya secara tiba-tiba, membuat Nindy sedikit terkejut karenanya.
"Nggak ada yang pengen lo omongin sama gue?" Nathan melirik singkat ke arah Nindy.
Nindy berbalik menatap Nathan sangat dalam lalu kembali menundukkan wajahnya. Dengan cepat pula ia menggelengkan kepalanya. Nathan membuka dasboard mobilnya, mengeluarkan sebotol minuman rasa kelapa dan memberikannya kepada Nindy.
"Minum ini?"
Nindy menoleh ke arah Nathan dan mengambil minuman itu dari tangannya. Ia berusaha membuka tutup botol itu tapi tak juga berhasil meskipun sudah mencobanya berkali-kali.
"Sini gue bukain." Nathan mengambil lagi botol itu, dengan mudah tangannya yang kuat bisa mrmbukanya. Ia kembali memberikan botol itu kepada Nindy.
"Kak maafin aku ya!" Sambil meneguk setengah dari minuman itu, Nindy memegang pergelangan tangan Nathan.
"Gue tau apa yang lo nggak tau karena gue udah kenal dunia malam lebih lama daripada lo. Jadi jangan mencoba bohong soal apapun sama gue, bisa?" Nathan memegang kepala Nindy dengan lembut. Menatapnya dengan penuh arti yang terpendam. Nindy menganggukkan kepalanya tapi matanya tetap tidak berani untuk menatap ke arah Nathan. Nathan kembali memacu mobilnya dengan kecepatan yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/325284392-288-k677739.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNYI DAN RINDU - SELESAI (SUDAH TERBIT)
Teen FictionBuat kalian yang mau order Sunyi dan Rindu versi buku langsung klik aja link bio di instagram aku ya guys @urs.storyy_ SUNYI DAN RINDU sudah ada versi cetaknya loh guys yuk buruan cek di @urs.storyy_ °°° Mereka adalah dua manusia yang dipertemukan k...