BAB 22 | Break

73 7 0
                                    

Seoramg laki-laki sedang duduk di depan teras rumah seorang diri tanpa mau mengetuk pintu rumah itu. Ia duduk menunduk seperti sedang banyak sekali hal yang tengah dia fikirkan saat ini.

"Kak Nathan?"

Nindy diikuti Sherrin dan juga Yasmine membuka pintu depan dan menemukan Nathan yang sudah sedari tadi berada di sana. Keduanya saling bertatapan cukup lama, membuat mereka hanyut dalam kekecewaan yang tak mampu mereka ungkapkan.

"Kita break aja." Nathan menatap gadis itu dengan serius.

Nindy hanya terdiam mendengar kalimat itu diucapkan. Sedangkan Sherrin dan Yasmine yang hampir saja tidak bisa menahan emosinya, terpaksa ikut diam karena kode dari Nindy.

"Aku nggak mau buat kamu nangis terus karena aku. Aku nggak mau buat kamu jadi nggak percaya diri karena masa lalu aku. Aku mau kamu bahagia, Nin, meskipun mungkin bahagiamu bukan karena aku. Maafin aku karena aku gagal menepati amanah Bang Dirga buat jagain kamu, maaf!"

Nindy menunduk lemah, "Kalau itu yang terbaik menurut Kak Nathan, aku terima. Maaf sudah menyusahkan kakak selama ini."

"Aku masih nggak ngerti satu hal, apa yang buat kamu nggak yakin sama aku, Nin? Apa aku pernah membandingkan kamu dengan Zhara? Apa aku pernah bilang kalau kamu tidak lebih baik dari Zhara? Aku bahkan selalu mengatakan kalau kamu segalanya buat aku tapi ternyata itu tidak cukup buat bikin kamu yakin, Nin?"

"Kak Nath tolong udah cukup kasian Nin.." Sherrin yang melihat Nindy mulai kembali menangis karena tekanan dari Nathan berusaha untuk menghentikan Nathan tapi perkataannya justru terpotong.

"Buat apa kita bertahan kalau kamu nggak percaya sama aku? Bener kata kamu dulu, cinta aja nggak cukup buat mempertahankan hubungan. Hubungan itu saling percaya, Nin, bukan saling curiga. Kamu bukan mencari validasi apakah aku cinta sama kamu atau enggak, kamu mencari validasi bahwa kamu lebih baik daripada Zhara dan kamu yang menangin hati aku, iya kan?"

"Kak Nath cukup!" Sherrin yang geram mulai memberanikan diri dengan kasar membentak Nathan.

"Cinta memang egois tapi nggak ada orang yang ingin merusak hubungannya sendiri selain kamu."

Nathan langsung pergi ketika selesai mengucapkan kalimat terakhirnya. Nindy terjatuh, badannya terasa sangat lemah. Ia bukan tidak bisa menjawab pertanyaan Nathan, tapi ia sadar bahwa apa yang dikatakan Nathan semua adalah benar adanya. Tidak ada orang yang dengan sengaja merusak hubungannya sendiri selain dirinya.

•••

"Assalamualaikum, Bang."

Zhara mengusap Nisan bertuliskan nama Dirgantara itu. Setelah berdoa dan menabur bunga diatasnya ia mulai mengeluarkan keluh kesah yang tidak bisa ia sampaikan kepada siapapun.

"Bang, maafin aku ya karena udah menyakiti adik kesayangan Abang. Aku nggak pernah bermaksud untuk melakukan itu semua, Bang. Aku hanya ingin mendapatkan kebahagiaan yang aku fikir itu bisa aku dapatkan dari Nathan, tapi ternyata aku salah." Zhara mulai meneteskan air matanya.

"Apakah masih ada tempat untuk aku di sana? Aku capek hidup di dunia ini, Bang! Aku nggak bisa jadi orang baik seperti yang Abang minta. Aku iri dengan kebahagiaan yang orang lain bisa rasakan. Kenapa mereka punya keluarga yang begitu sayang dengan mereka sedangkan aku enggak, kenapa Nindy punya kakak sebaik Bang Dirga sedangkan aku nggak bisa. Aku juga ingin disayang seperti mereka, Bang. Aku iri dengan pelukan dan kehangatan yang selalu mereka dapatkan sedangkan aku nggak pernah merasakan itu, lalu untuk apa aku terlahir di dunia ini, untuk apa?!"

"Untuk membuat kebahagiaan," ucap seorang laki-laki yang membuat Zhara terkejut dan berbalik menoleh kebelakang.

"Juan? Lo ngapain kesini?"

SUNYI DAN RINDU - SELESAI (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang