BAB 10 | Kenapa Harus Bohong?

878 62 11
                                    

"Sekali kebohongan tetaplah kebohongan, sebaik apapun niat yang terselipkan itu hanya akan membawa ke sia-sia an."

***

Nathan dan Vanya menghampiri Nindy di kelasnya.

"Hallo, Nindy. Kenalin gue Vanya keponakannya Kak Nathan sekaligus kakaknya Darel." Vanya menjabat tangan Nindy untuk berkenalan. Melihat hal itu Nathan tersenyum penuh kemenangan, akhirnya ia berhasil membuktikan bahwa ia tidak salah.

"Hallo juga, Vanya," ucap Nindy canggung.

"Gue beneran keponakannya Kak Nathan kok, jadi lo nggak usah cemburu ya."

Vanya mendekatkan bibirnya ke telinga Nindy, "Gue nggak mau diajakin tes DNA soalnya, jadi percaya ya kalau gue beneran keponakannya."

Nindy hanya mengangguk dengan senyum kecil di sudut bibirnya.

"Yaudah sana pulang!" Nathan meminta Vanya untuk segera pulang agar dia bisa berduaan dengan Nindy.

"Baru dibantuin bukannya berterimakasih malah ngusir."

"Bawel."

"Kok lo bisa suka sama manusia ini sih, Nin? Kalau gue sih ogah," ucap Vanya sambil bergidik lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Punya adik keponakan nggak ada yang beres." Nathan menghela nafas panjang.

"Aduh sakit, Nin." Nathan memegang telinganya yang baru saja di jewer oleh Nindy.

"Kenapa beneran mau diajakin tes DNA sih, kan aku jadi malu dikira aku cemburuan banget gitu." Nindy mulai menggerutu kesal.

"Tapi emang iya kan?"

"Iya apa?"

"Cemburuan?"

Nindy melirik Nathan kesal lalu menutup wajah dengan kedua tangannya, "Habisnya Kak Nathan nyebelin sih."

Nathan membalasnya dengan pelukan erat.

**

Sesampainya di rumah Nindy

"Aaa Kak kucingnya lucu banget, ih gemes deh!" Nindy mendekati kucing yang tengah duduk di teras rumahnya.

"Lucuan mana sama Nathan?"

"Kucing." Nindy langsung terdiam begitu sadar dengan apa yang dia katakan.

"Maksudnya kucingnya nggak lebih lucu dari Kak Nathan kok hehe." Nindy mengulang apa yang baru saja dia katakan.

Nathan menatap kucing itu dengan tatapan tajam dan penuh ancaman.

"Awas aja lo kalau berani ambil pacar gue! Bakal gue buang lo ke kandang macan," bisik Nathan dalam hati.

Nindy hanya diam melihat kucing itu begitu tertekan ketika ditatap oleh Nathan.

"Yaudah Kak Nathan mau pulang sekarang?"

"Diusir nih?"

"Bukan ngusir, Kak! Nanti kalau Kak Nathan lama-lama disini kita bisa di grebek sama Pak RT. Soalnya Bik Iyas lagi nggak ada di rumah."

"Yaudah nggak apa dong, biar sekalian dinikahin." Nathan tersenyum jail ke arah Nindy.

"Heh nggak mau, kita kan masih sekolah, Kak!"

"Trus kenapa emangnya kalau masih sekolah?" Nathan melangkahkan satu kakinya, mendekat ke arah Nindy.

"Ya kan itu Kak .. Emm." Nindy mulai gugup ketika Nathan kembali melangkah satu kakinya lagi mendekat ke arahnya.

SUNYI DAN RINDU - SELESAI (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang