"Cinta itu mahal maka hargailah siapapun yang sudah mencintaimu."
***
Mendadak langit yang cerah berubah menjadi gelap. Namun tak ada sedikitpun tanda-tanda yang menampakkan akan turun hujan. Angin justru berhembus sangat kencang, membuat rambut gadis yang duduk di pinggir jendela tersibak hingga menutupi sebagian wajahnya."Nindy kangen banget sama Abang. Semua hal yang terjadi membuat Nindy capek, Bang!" Satu tetes air mata berhasil lolos membasahi pipi gadis itu.
Ia berulang kali mengecek ponselnya tapi sama sekali tidak ada notif apapun yang masuk. Bahkan pesan yang ia kirimkan kepada Nathan beberapa saat yang lalu belum juga mendapat balasan padahal pesan itu sudah dibaca.
Gadis itu menarik nafas panjang, "Kak Nathan kemana sih, tumben nggak balas pesan aku."
Waktu semakin sore, angin yang berhembus semakin kencang. Nindy menutup pintu jendela itu lalu berjalan dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur sambil memeluk bantal kesayangannya.
Ting
Ia segera meraih ponselnya dan melihat notifikasi pesan yang masuk dari sana.
"Hah, siapa yang pesen taksi online?" Nindy langsung bangkit dari tempat tidurnya ketika membaca isi pesan yang mengatakan bahwa taksi online akan sampai dalam waktu dua puluh menit.
Ia meletakkan ponselnya di atas laci, "Terus ngapain juga supir taksi suruh gue dandan cantik? Jangan-jangan penculik? Wah, nggak bisa dibiarin harus di kasih paham nih."
Nindy segera bersiap-siap mengganti pakaiannya dan menunggu taksi online itu datang di depan rumahnya. Meskipun ia takut, tapi ia sebenarnya juga penasaran apakah ini adalah rencana penculikan atau bukan.
Kebetulan malam ini Bik Iyas sedang pulang ke rumahnya jadi memang ia benar-benar sendirian di rumah.
Terlihat mobil hitam itu berhenti di depan pagar rumah Nindy. "Apa mungkin itu orangnya ya?"
Dengan ragu Nindy melangkahkan kakinya pelan menuju mobil itu. Ia terus memegang erat tasnya dan menyiapkan ponsel di tangannya jikalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"Hallo benar ini dengan Mbak Anindya Clarrista?"
"Benar saya sendiri, tapi saya sebelumnya nggak pernah pesan taksi online, pasti masnya penculik ya?"
Dengan tatapan sinis Nindy tidak memberikan kesempatan bagi supir itu untuk menjawab pertanyaannya.
"Saya kasih tau ya mas, pacar saya itu ketua geng motor yang galak dan kalau mas nya mau culik saya, bisa dipastikan besoknya mas pasti pulang tinggal nama doang. Jadi udah ya mas cari pekerjaan yang halal aja jangan jadi penculik."
Supir itu memijat ringan keningnya, merasa pusing karena justru di tuduh penculik.
"Begini ya mbak, kalau malam ini saya nggak bisa membawa mbak ke tempat yang sudah di pesan justru saya akan pulang tinggal nama saja. Jadi saya mohon mbak nya nurut saja ya, saya bukan penculik serius!"
"Oke saya ikut sama mas, tapi awas ya kalau mas nya beneran penculik nanti saya laporin sama Allah. Yaudah ayo berangkat buruan."
Nindy duduk di kursi penumpang bagian belakang sedangkan sang supir masih menggelengkan kepalanya dengan rasa heran, "Gimana mau menculik, orang masih galakan yang di culik."
Beberapa menit mereka melewati perjalanan yang cukup padat pada malam ini. Sekitar tiga puluh menit berlalu akhirnya mereka sampai disebuah resto dengan nuansa semi outdoor yang cukup menyenangkan mata apabila melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNYI DAN RINDU - SELESAI (SUDAH TERBIT)
Teen FictionBuat kalian yang mau order Sunyi dan Rindu versi buku langsung klik aja link bio di instagram aku ya guys @urs.storyy_ SUNYI DAN RINDU sudah ada versi cetaknya loh guys yuk buruan cek di @urs.storyy_ °°° Mereka adalah dua manusia yang dipertemukan k...