BAB 20 | Semua Telah Berubah

53 6 0
                                    

"Jika sudah tak ada lagi orang baik di dunia ini, maka berusahalah untuk tetap tidak menjadi jahat."

-

-

-


"Makasih ya Tante udah nganterin Nindy pulang."

"Sama-sama sayang. Tante harap setelah kamu tau semuanya tentang masa lalu Nathan kamu lebih bisa memahami kondisi Nathan dari sudut pandang yang lain ya, Nak."

Silvia meninggalkan rumah Nindy dan bergegas pulang karena hari sudah larut malam.

-

"Kok malam sekali pulangnya, Ma?" Nathan yang sudah sejak tadi menunggu mamanya pulang langsung bergegas memakai jaketnya.

"Mau kemana kamu?"

"Kerumah Nindy, kangen."

"Udah kamu di rumah aja biarin dia istirahat." Nathan langsung melepas kembali jaketnya dan berjalan lesu menuju kamarnya.

Keesokan harinya, semua siswa dihebohkan dengan rencana Edgar yang menyatakan cintanya kepada Sherrin di lapangan basket dan disaksikan seluruh siswa satu sekolah.

"Beruntung banget jadi Sherrin, diperlakukan begitu romantis sama Kak Edgar," ucap Nindy yang lansung mendapat tatapan tajam dari laki-laki di sebelahnya.

"Emang aku kurang romantis apa?"

"Enggak kurang kok cuma kali ini tetep Kak Edgar sih pemenangnya," ucap Nindy dengan santainya.

Nathan langsung mengeluarkan ponselnya dan entah siapa yang tengah ia hubungi, selesai menelfon ia kembali ke dekat Nindy, "Nanti pulang sekolah ikut aku!"

"Kemana?"

"Udah pokok ikut aja!"

•••

"Kak, kita ngapain kesini?"

"Aku mau nyatain cinta aku lagi disini."

Akhirnya di tengah lapangan stadion yang sangat luas itu, Nathan kembali menyatakan cintanya kepada Nindy.

Atas bantuan semua anak Alegra, kini predikat romantis itu masih tetep tersemat kepada dirinya.

"Kak, lain kali jangan buang uang untuk hal yang berlebihan seperti ini ya!" Nindi mengusap lembut pipi Nathan.

"Iya siap calon istri."

Dilain tempat, seseorang sedang menunggunya di rumah dan tengah mengobrol bersama kedua orang tua Nathan.

"Zhara, kamu tau kan kalau Nathan saat ini sudah punya pacar?" tanya mama Nathan kepada gadis itu.

"Iya tau tante, tapi status mereka masih sekedar pacaran kan tan? Jadi masih ada kesempatan bagi Zhara untuk masuk diantara mereka."

"Zhara, tante nggak suka mengatakan ini tapi tante harus mengatakannya, jadilah perempuan yang bahagianya tanpa merusak kebahagiaan perempuan lain, kamu paham kan maksud tante?"

Zhara hanya mengangguk mengerti dengan perkataan mama Nathan yang mengarah kemana.

Beberapa waktu sudah dilewati. Detik demi detik sudah Zhara lalui untuk menunggu Nathan pulang, tapi sayangnya Nathan tak juga pulang sampai larut malam.

"Tante, saya mohon izin untuk pamit ya! Tolong nanti berikan kue ini buat Nathan ya, Tante!" Zhara menaruh kotak kue tersebut di atas meja ruang tamu.

"Iya, nanti saya sampaikan. Kamu juga hati-hati di jalan."

Silvia mengantarkan Zhara berjalan ke depan untuk pulang. Sebelum Zhara keluar, Silvia memegang bahunya dan menitipkan sedikit pesan untuk Zhara.

"Kalau kamu lelah mengejar sesuatu yang sangat ingin kamu raih maka berhentilah, mungkin sesuatu itu memang tidak akan pernah menjadi milikmu."

Zhara tersenyum tipis, "Tapi jika sesuatu itu bisa saya raih maka saya pastikan tante adalah orang pertama yang akan saya beritahu."

Zhara pun meninggalkan rumah Nathan dengan senyum yang terus mengembang di sudut bibirnya. Meskipun hatinya sangat terluka, tapi ia tidak ingin orang lain mengetahui tentang kesedihannya.

Sesampainya di apartemen, Juan sudah menunggu Zhara di depan pintu apartemen itu. Juan adalah seseorang yang pernah dekat dengan Dirgantara, ia juga dulu sangat dekat dengan Nindy setelah abangnya pergi. Namun beberapa saat ini ia menghilang karena ada olimpiade yang harus ia ikuti di Singapura.

Beberapa hari setelah pulang dari Singapura, ia mendengar kabar bahwa Zhara telah kembali dengan wajahnya yang baru.

"Juan? Lo ngapain di sini?"

Juan menatap sekilas mata Zhara, "Lo darimana? Rumah Nathan?"

Zhara hanya terdiam mendengar pertanyaan Juan. Ia yakin bahwa Juan datang kesini dengan tujuan yang sama, yaitu memaksanya untuk menjauhi Nathan. Diamnya Zhara menandakan bahwa gadis itu memang benar baru pulang dari rumah Nathan.

"Cukup Zhara, jangan mencari kebahagiaan dengan menyakiti orang lain!"

"Terus gue harus menyakiti diri sendiri, begitu?!"

Juan sedikit mengambil nafas panjang, "Lo lupa apa pesan Bang Dirga sebelum ia meninggal?"

"Ini nggak ada hubungannya dengan Bang Dirga!"

"Ada. Lo lupa, perempuan yang saat ini lo sakitin adalah adiknya Bang Dirga, adik kesayangannya. Inget Zhara, kebaikan Bang Dirga ke kita semua nggak akan bisa di balas dengan apapun tapi setidaknya kita bisa bantu untuk menjaga adiknya."

"Terus gimana sama perasaan gue? Gue juga cinta sama Nathan, apa itu salah?!"

"Itu bukan cinta tapi obsesi."

Zhara tersenyum kesal kepada Juan. Ia pun berniat untuk langsung masuk ke dalam apartemennya. Namun dengan cepat Juan menarik lengan gadis itu dan berusaha untuk menahannya agar tidak pergi.

"Jika tak ada lagi orang baik di dunia ini maka jadilah salah satunya, lo masih ingat pesan Bang Dirga yang itu kan? Udah cukup Zhara, gue nggak mau lo tersakiti semakin jauh."

"Lepasin! Lo nggak pernah tau gimana beratnya jadi gue, jadi jangan berfikir seolah lo yang paling mengenal gue." Zhara melepaskan tangan Juan dari lengannya dengan cukup kasar. "Gue nggak butuh rasa kasihan dari siapapun," sambungnya.

Zhara pun memasuki apartemennya dan meninggalkan Juan yang mesih terdiam dengan perilaku Zhara saat ini. Gadis itu semakin tidak terkendali, keras kepala, dan mau menang sendiri. Tekanan dari keluarga dan orang tuanya membuat Zhara menjadi gadis yang susah untuk menerima saran dan nasehat.

Dulu ketika Dirgantara masih hidup, dialah satu-satunya orang yang bisa memberikan nasehat kepada Zhara. Gadis itu akan menurut pada setiap nasehat yang diberikan Dirga, ia juga bisa mengendalikan dirinya dalam setiap kemarahan dan emosi yang ingin ia lampiaskan. Namun, setelah kepergian Dirga semua berubah. Kebersamaan yang indah justru berubah menjadi alasan untuk saling menyakiti dan berpisah.

Lihat ini Bang, setelah lo nggak ada semua kebersamaan yang dulunya kita banggakan kini telah hancur dan yang tersisa hanyalah sebatas kenangan, Juan berjalan meninggalkan apartemen Zhara dengan perasaan yang lesu.

.

.

.

Hallo guys!! By the way aku cuma mau ucapin selamat membaca untuk kalian semua ya :) Dan untuk baca cerita versi lengkapnya kalian bisa langsung beli NOVEL SUNYI & RINDU di beberapa TBO yang tersedia :)

Karena ada beberapa part yang di skip dan hanya ada di versi cetaknya hehe.. Info selengkapnya cek link di bio Instagram aku yaa...

urs.storyy_

-

Maaciiwww 💕

SUNYI DAN RINDU - SELESAI (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang