"Mbak Anin, nggak sarapan dulu?"
Anindya Clarrista mengambil tas ransel di kursi panjang ruang tamu itu, wajahnya yang semula berbinar kini berubah menjadi sangat muram. Rambutnya hanya di gerai begitu saja dan tak banyak kata yang ia keluarkan dari mulutnya. Bahkan pertanyaan Bik Iyas juga tak lagi dihiraukannya.
Sesampainya di sekolah pun, ia tak banyak berinteraksi dengan teman-temannya. Sherrin dan Yasmine sudah mencoba mengajaknya berbicara berulang kali, tetapi jawabannya selalu sama, hanya menggeleng dan mengangguk.
"Kak Nath kayaknya jangan masuk deh!" Sherrin berusaha mencegah Nathan yang ingin menemui Nindy. Namun sekuat apapun tenaga Sherrin, ia tak akan mampu melawan Nathan yang tetap dengan kekeh ingin bertemu Nindy.
Nindy menutup buku nya kasar, terdiam dan bangkit dari duduknya. Ia berniat untuk segera keluar dari kelas itu, tapi Nathan dengan cepat meraih lengan Nindy.
"Kalau ada masalah itu diselesaikan, bukan malah menghindar terus!" ucap Nathan dengan tatapan yang tegas.
Semua yang menyaksikan kejadian itu hanya terdiam penuh ketegangan. Ada yang melihat dari luar kelas ada pula yang memilih diam saja di bangku mereka.
Nindy berbalik dan melepaskan tangan Nathan dari lengannya, "Aku yang menghindar?"
"Kamu kenapa sih, Nin?"
"Kamu yang kenapa, Kak? Kok jadi tanya ke aku sih!"
Karena kesal Nathan menendang kursi di sebelahnya, ia langsung menarik tangan Nindy dengan cukup kasar dan mengajaknya untuk keluar kelas.
"Lepasin, sakit Kak Nath!" Nathan pun berhenti dan melepaskan cengkraman tangannya dari gadis itu. Kini keduanya telah menjadi sorotan semua siswa yang ada di koridor sekolah.
"Gue minta maaf kalau gue salah tapi jangan kayak anak kecil begini, Nin! Kalau salah itu diingetin jangan didiemin, darimana gue tau kesalahan gue kalau lo cuma diem aja!"
"Jadi Kak Nathan nggak tau apa kesalahan kakak?"
"Ya makanya itu kan gue min..."
"Ngapain minta maaf kalau kakak nggak tau kesalahannya apa?!"
"Ck, Nin?"
"Aku yang salah! Aku salah karena takut kehilangan orang yang nggak permah takut kehilangan aku. Aku ngasih kakak kesempatan buat nemenin Kak Zhara karena dia butuh kakak, tapi bukan berarti kakak melewati batas dari sebuah pertemanan, kan?"
"Gue nggak ada apapun sama Zhara, udah berapa kali gue jelasin itu Nin?"
"Cewek nggak akan berharap kalau cowok nggak ngasih peluang, Kak. Dia berani minta lebih karena kakak buka pintu buat dia masuk."
Nathan menendang tempat sampah yang ada di dekatnya, membuat Nindy dan juga semua siswa disana menjadi sangat tegang.
"Jadi lo mikir gue bakal kembali sama Zhara, iya?"
"Kakak yang buat aku mikir begitu kan? Sekarang kalau aku minta kakak pilih aku atau Kak Zhara pasti Kak Nathan bingung, iya kan?"
"Segitu nggak percayanya lo sama gue, Nin? Lo masih ngerasa kalau gue nggak serius cinta sama lo?"
Nindy terdiam sejenak. Bola matanya mulai berputar, pandangan matanya juga mulai sedikit kabur. Namun ia masih menahan perasaan itu sekuat tenaganya.
"Sebenernya bukan pilihan yang membuat kita jauh tapi fikiran buruk yang ada dalam diri lo. Semakin lo berfikir buruk tentang gue maka itulah yang akan terjadi dan sebaik apapun hal yang gue lakukan itu nggak akan pernah sejalan dengan apa yang lo fikirkan."
![](https://img.wattpad.com/cover/325284392-288-k677739.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNYI DAN RINDU - SELESAI (SUDAH TERBIT)
Teen FictionBuat kalian yang mau order Sunyi dan Rindu versi buku langsung klik aja link bio di instagram aku ya guys @urs.storyy_ SUNYI DAN RINDU sudah ada versi cetaknya loh guys yuk buruan cek di @urs.storyy_ °°° Mereka adalah dua manusia yang dipertemukan k...