Tanda bel istirahat telah berkumandang. Jeno memutuskan untuk kembali ke kelas. Sudah terlalu puas berlama-lama di kantin. Menjajal semua makanan yang membuat perutnya kenyang terlebih dahulu. "Aku ke kelas dulu, Bi," pamitnya kepada bibi Im. Wanita itu menengok, lantas mengangguk. Dia sibuk melayani pembeli yang terus berdatangan.
Jeno bergegas meninggalkan kantin. Berjalan dengan kedua tangan masuk ke dalam saku celana sembari sesekali menggoda para omega yang melintas dengan satu kedipan mata. Tak heran bila banyak yang mengangumi Alpha Lee ini. Selain memiliki paras tampan, juga bisa membuat para omega merah merona.
Di pertengahan jalan, Jeno dibuat terkejut saat tiba-tiba seseorang menariknya masuk ke UKS. Jeno ingin memprotes. Tapi begitu melihat siapakah gerangan tersebut, tatapannya berubah datar.
"Mengapa kau membawaku kemari?!" tanyanya bersungut-sungut.
Sosok tersebut; Na Jaemin, menghela napas mendengar ucapan kelewat ketus yang dilayangkan untuknya. Tapi bukan ini tujuan awal dia membawa Jeno kemari. Alpha Na itu beralih memberinya tatapan tajam, balik membalas feromon Jeno yang menguar kecut di dalam ruang kesehatan tersebut. Berusaha mendominasi aroma yang menurutnya cukup manis bagi seorang Alpha seperti Jeno.
"Tak seharusnya kau lari dari tanggungjawabmu, Lee Jeno," tekannya penuh kemarahan.
Jeno tak dapat berkutik. Feromon Jaemin menyebar terlalu banyak. Jeno tak sanggup mencium aroma menyengat milik Jaemin yang membuatnya entah mengapa seakan ditundukkan secara paksa oleh alpha itu. Berulang kali Jeno menelan air liurnya. Jeno tak dapat menetap lebih lama lagi apabila feromon Jaemin mendominasi dirinya. Jeno hendak meninggalkan Jaemin. Tapi sebelum benar-benar pergi, Jaemin terlebih dahulu menahan pergelangan tangannya. Mendorong punggung Jeno ke dinding dan tak segan-segan untuk mengunci tiap pergerakan Jeno diantara tangannya.
"Kau idiot! Berkacalah jika kau memang tahu diri, dasar bajingan! Kau berkata seolah-olah aku yang salah di sini, padahal kesalahan terbesarnya adalah ada pada dirimu!"
Jaemin terdiam. Tak lagi menahan Jeno diantara kedua tangannya. Ada apa dengan dirinya?
Jeno mendecih. Tatapannya memandang Jaemin penuh kebencian. Tanpa berkata-kata, langsung menghadiahkan alpha Na sebuah pukulan telak yang tak dapat dihindari Jaemin. Jeno terus memukul secara membabi-buta, sampai hatinya mendapat kepuasan melihat musuh bebuyutannya itu tak berdaya di tangannya sendiri.
"Kau merebut semua kebahagiaanku, kau datang dan mengambil segalanya, kau bajingan, lebih baik kau mati, sialan!"
Pintu ruang kesehatan dibuka secara kasar oleh seseorang yang baru saja tiba. Melihat keadaan Jaemin yang sudah babak belur, dengan Jeno yang masih belum berhenti menorehkan luka disetiap jengkal tubuh Jaemin. Sosok tersebut segera menarik Jeno agar menjauh. Menahannya yang sedang emosional, berusaha untuk kembali menyerang Jaemin.
"Jeno, berhenti. Kau akan membunuhnya!"
"Justru itulah yang kumau!"
Pemuda bernama Yangyang itu menggeram. Ia mengeluarkan sebuah pil yang langsung dimasukkan secara paksa ke dalam mulut Jeno. Jeno tentu saja memberontak, berusaha menjauhkan tangan Yangyang yang memaksa agar Jeno menelan pil tersebut.
"Telan!" tekan Yangyang. Tangannya meremas kuat perut Jeno, sehingga tidak sadar benda kecil di mulutnya kini tertelan.
Yangyang menjauhkan badan Jeno. Alpha Lee itu berangsur-angsur tenang, tak seberingas sebelumnya. Yangyang menghela napas berat. Kini ia harus menolong Jaemin yang sudah tak sadarkan diri dengan luka mengerikan di setiap tubuhnya.
"Menyusahkan!"
ㅡㅡㅡ
"Sungguh, kau sebagai alpha benar-benar tidak berguna. Bisa-bisanya kau tidak balik membalas serangan musuhmu? Jika begini, kau yang mendapat getahnya," cibir Mark geram. Ia tak terima melihat kondisi mengenaskan dari pemimpin mereka. Meskipun sebagian luka meregenerasi, hanya saja lebam biru di tubuh Jaemin masih belum pulih membaik.
"Jika aku menjadi kau, aku sudah akan membalas alpha menyebalkan itu dengan lebih menyakitkan. Dia alpha angkuh. Aku benci dia. Tak pantas dibiarkan berkeliaran hanya untuk menunjukkan sikap sombongnya. Aku benar-benar kesal sekarang!" Mark memukuli bantal sofa di pangkuannya. Mendengar cerita yang diungkapkan Yangyang setelah mengantar Jaemin ke basecamp, membuat perasaan Mark kesal bukan main.
"Tenanglah. Yang terluka Jaemin, bukan dirimu. Mengapa kau jadi marah-marah tidak jelas begini?" celetuk Beomgyu diselingi kekehan.
Mark mengangkat bahunya acuh dengan bibir mengerucut maju. "Entahlah! Tapi aku serius kali ini, mengapa kau tidak membalasnya, Na?"
"Benar, mengapa?" Jaehyun yang dari tadi hanya minat mendengarkan, kini ikut mengajukan pertanyaan. Menatap Jaemin yang duduk bersandar di kursi single dengan kepala menengadah ke atas.
Hening sesaat. Teman-temannya masih setia menunggu sang pemimpin menjawab pertanyaan mereka.
"Aku ingin beristirahat. Jangan mengganggu waktu santaiku dengan pertanyaan kalian," ujarnya dengan kedua mata terpejam. Sudah cukup jengah mendengar seruan dari anggota kelompoknya.
"Tapi tak biasanya kau diam membiarkan lawan memukuli dirimu. Bukan seperti Na Jaemin yang kukenal, di mana takkan membiarkan mangsanya lepas karena telah memberimu luka, meskipun itu hanya seujung kuku saja. Kau aneh, Na," papar Beomgyu.
Mark mengangguk setuju. "Karena musuh adalah lawan yang seharusnya kau musnahkan. Tapi ini, kau membuang harga dirimu untuk memberikan celah bagi Jeno melukaimu? Maaf Na, aku sedikit kecewa dengan tindakan bodohmu yang hanya akan mendatangkan ejekan dari kelompok mereka. Selama ini kita selangkah lebih tinggi dari Jeno dan anggotanya."
Jaemin mengepalkan kedua tangannya. Dengan penuh emosi, ia menendang meja di depannya. Memandang satu persatu teman-temannya dengan aura intimidasi yang tampak menyeramkan bagi omega seperti Mark. Bahkan feromonnya kini tercium tak sedap, menandakan jikalau sang alpha tengah marah.
"Sudah kubilang, aku ingin beristirahat, bukan mendengar celotehan kalian yang menyalahkanku karena hal ini!" sungutnya penuh amarah. Mark sampai menunduk guna menyembunyikan rasa takutnya terhadap Jaemin, sedangkan kedua alpha di sana hanya diam mendengarkan.
"Setidaknya berikan kami alasanmu, Na." Jaehyun berseru dengan intonasi yang terdengar tenang. "Kau menyukainya? Menyukai Lee Jeno itu, 'kan?" tebak Jaehyun hati-hati manakala menyadari perubahan ekspresi yang diperlihatkan oleh Jaemin.
Jaemin terdiam. Tak bisa menjawab. Membuat Jaehyun menyeringai tipis.
"Sudah kuduga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha's Sworn Enemy
Fiksi PenggemarKeduanya adalah musuh bebuyutan. Sikap mereka bahkan hampir mendekati mirip jika dibandingkan; sama-sama keras kepala, suka main tangan dan ingin menang sendiri. Sampai pada suatu ketika, kedua Alpha itu mengalami siklus Rut secara bersamaan dan ent...