Chapter 19

6.5K 559 22
                                    

Lonceng di atas pintu kafe berbunyi. Suaranya membuat dua orang di dalam langsung menatap pada gerangan yang membuka pintu.

"Uwaaah, aku tidak menyangka Taeyong hyung akan merenovasi kafe bututnya menjadi seperti ini!"

Celetukan sosok tersebut mengundang reaksi sinis dari si pemilik. "Ulangi lagi perkataanmu, Huang Renjun!" serunya menyolot.

Renjun terbahak-bahak mendapatkan tanggapan seperti itu. Tak ingin merusak suasana pada kafe bernuansa tropikal ini, Renjun pun lekas menghampiri meja pemesanan. Ada Jaehyun yang hanya diam sembari menatap tak minat pada satu-satunya omega di ruangan ini.

"Ohohoo, lihatlah ini. Sejak kapan Taeyong hyung mempekerjakan salah satu anggota musuh teman baiknya sendiri?" cibir Renjun sinis.

Jaehyun tak menggubris. Dari reaksinya seolah tak terpancing oleh cibiran Renjun yang sepertinya berusaha mandobrak batas kesabarannya. Apalagi omega Huang itu memandangnya remeh.

"Taeyong hyung, mengapa kamu mempekerjakan orang seperti ini? Bukannya 'si paling' anti terhadap musuh ini bisa alergi berada satu ruangan dengan musuhnya? Daripada mempekerjakan alpha tidak berguna ini, lebih baik kamu minta tolong padaku jika kanu membutuhkan tenaga kerja untuk membantumu."

"Renjun, apa-apaan kamu ini!" Taeyong menyeru protes oleh kalimat hinaan Renjun yang ditujukan kepada Jaehyun. Taeyong sempat melirik Jaehyun yang masih berdiam diri seolah-olah tak termakan amarah oleh ucapan pedas Renjun. Namun, yang pasti Jaehyun diam-diam merasa tersinggung.

"Apa? Aku benar, 'kan? Dia juga bawahan si brengsek Jaemin yang telah menyakiti Jeno. Aku muak pada mereka. Semua yang ada pada mereka itu menjijikkan! Kehadirannya membuatku ingin muntah."

"Renjun, kuperingatkan kamu—"

"Jika kamu tidak ingin memesan dan malah membuat rusuh di kafe, sebaiknya kamu pergi sekarang. Para pelanggan sebentar lagi akan datang. Kami tidak menerima pelanggan yang suka seenaknya di sini," ucap Jaehyun menyela. Pada setiap penuturannya terdengar tenang, tapi sejujurnya Jaehyun sakit hati.

Namun, bukannya menurut, Renjun tertawa sinis. "Kamu siapa berani mengatur pelanggan? Justru pelanggan adalah raja yang bebas berbuat apa yang dia mau, kamu hanya pelayan, apa maumu?"

Kini berbalik Jaehyun yang tertawa meremehkan. "Oh, ya? Penjual adalah dewa. Dan dewa bisa memusnahkan raja keparat sepertimu hanya dengan sekali jentikan jari. Kamu memilih pergi atau aku menelepon polisi atas kegaduhan yang kamu perbuat, Bajingan?!" ancam Jaehyun penuh penekanan.

Keduanya saling tatap dengan angkuh. Mengabaikan Taeyong yang menyaksikan dalam diam lantaran tak tahu musti berbuat apa. Jaehyun cukup mengapresiasi keberanian Renjun menantang alpha seperti dirinya. Omega itu cukup tangguh.

"Jika kamu bukan omega, mungkin aku akan menghajarmu. Tapi selamat, karena statusmu itu, aku mengurungkan niatku!"

"Oh, kalau begitu cepat lakukan. Tidak perlu memandang status, aku bisa balik memukulmu hingga babak belur!"

"Tcih, omega sialan."

Taeyong segera menarik tangan Renjun ketika pemuda yang lebih pendek darinya itu hendak menghampiri Jaehyun. Kemungkinan yang terjadi jika Ia tidak segera menghentikan Renjun, omega itu akan menghajar Jaehyun. Jadi, kini mereka berdua berada di depan kafe.

"Kamu pergilah jika ingin merusuh di kafeku."

"Oh, jadi sekarang hyung membela si Bajingan itu daripada teman dekatmu ini?"

Taeyong mendesah lelah. "Bukan begitu. Aku mempekerjakan Jaehyun bukan tanpa sebab, dan aku tidak ingin menceritakannya. Cepatlah pergi sana, aku masih harus beberes. Jika kamu datang ke mari lagi untuk menghina Jaehyun, aku tidak akan mengizinkanmu datang ke sini lagi."

Renjun terdiam. Namun, dia menatap Taeyong seakan tengah meneliti sesuatu.

"Apa kamu menyukainya?"

Sorot tajam Taeyong membelalak panik. "Tidak! M-Maksudku ... kamu ini bicara apa sebenarnya? A-Aku? Menyukai Jaehyun? Kau bercanda?"

Renjun mengubah ekspresinya menjadi serius kali ini. "Jangan mengelak, aku bisa melihatnya dari matamu."

Taeyong menghela napas cukup panjang. Sejelas itukah sampai-sampai Renjun pun bisa langsung menebaknya?

Tanpa disadari oleh Taeyong ataupun Renjun, dari balik pintu kafe yang tertutup, tampakknya percakapan mereka berdua disimak oleh Jaehyun yang kini tengah memasang ekspresi sulit diartikan.

....

Jaemin membuka pintu kamar Jeno dengan pelan-pelan. Tak ingin menganggu apabila Jeno sedang tidur. Namun, dilihatnya pemuda yang telah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya itu sedang duduk di kursi belajarnya sambil menulis sesuatu.

"Hei, sedang apa?"

Jeno menoleh mendengar pertanyaan retoris Jaemin. "E-Eh, kapan kamu kembali?" tanya Jeno sedikit kaget melihat eksistensi Jaemin sudah berada di samping meja belajarnya. "Aku mengerjakan tugas yang dikirim Renjun karena besok sudah harus dikumpulkan."

"Baru saja datang, kupikir kamu tidur," balas Jaemin. Pemuda itu menaruh tas sekolahnya di lantai guna mencari sesuatu. Sebuah buku, dan Jaemin membukakan halaman buku yang ingin diperlihatkannya pada sang kekasih.

"Loh, kamu ...." Jeno tercengang. Mengapa buku kekasihnya tidak dikumpulkan?

Jaemin terkekeh gemas, tak segan mengacak-acak rambut Jeno. "Kita kumpulkan besok bersama, oke?"

Jeno tersenyum tipis, lantas mengangguk. Ia kemudian menyalin jawaban dari buku Jaemin. Jeno sedang tidak mood memikirkan jawaban, lebih baik menggunakan jalan yang lebih mudah untuk mempersingkat waktu.

Sehabis mengerjakan tugas—lebih tepatnya hampir sebagian menyalin tugas milik Jaemin, kini kedua sejoli itu berada di atas kasur dengan posisi Jaemin duduk menyandar pada headboard ranjang, bersama Jeno yang berbaring telentang di sebelah Jaemin. Alpha Na itu asyik pada dunianya sendiri, yaitu membaca buku yang berkaitan dengan dunia kedokteran.

Dibandingkan dengan Jaemin yang punya kesibukan sendiri, lain halnya dengan Jeno yang saat ini tengah memikirkan sesuatu, yang pasti berkaitan dengan dirinya dan juga Jaemin.

Jeno diingatkan kembali pada kejadian di mana Ia dan Jaemin melakukan mating berakhir dengan bonding. Secara sah kini Jaemin adalah alphanya, sosok pemimpin yang akan menuntunnya, bukan dia yang akan menuntun pasangannya seperti angan-angan Jeno sebelum kejadian tidak terduga ini terjadi.

Pelaksanaan bonding sendiri dilakukan oleh pihak yang berperan sebagai pelaku yang akan memimpin keluarga kecilnya kelak. Bonding itu proses penyatuan alpha dan omega dengan menandai gigitan tepat pada letak feromon omega. Itu akan bereaksi di mana omega tersebut nanti hanya akan merespons satu alpha yang merupakan pasangannya sendiri untuk seumur hidup.

Namun, bagaimanakah dengan bonding antara alpha dan alpha?

"Kau ingin tahu?"

Jeno terkesiap saat suara Jaemin mengagetkan kegiatan melamunnya. Jaemin sendiri sudah dalam posisi tidur menyamping menghadap ke arahnya.

Jaemin menarik Jeno supaya lebih dekat. Merengkuh pinggang yang terasa ramping itu dan membiarkan bisepnya dijadikan bantal. Oh, Moon Goddess, Jeno sama sekali belum terbiasa oleh perlakuan seperti ini. Rasa ingin menjauh, tetapi tubuhnya merespons lain dari niatnya.

"Kau pernah mendengar kisah enigma?"

"Enigma?" beo Jeno heran. Siapa yang tidak tahu strata tertinggi dari semua status seperti alpha, beta, dan omega pada umumnya?

Enigma, siapapun yang memiliki status tersebut dapat menaklukkan alpha sekalipun agar bisa dibuahi. Kemunculan enigma termasuk pada golongan yang langka. Hampir populasi enigma dapat dihitung jari. Itu sebabnya, selain memiliki kedudukan yang tinggi, enigma itu sangat istimewa dan sangat ditakuti oleh kebanyakan alpha.

Jika enigma dan alpha dapat berhubungan, sub gender alpha bukan lagi pada setatus lamanya, meski mereka masih tetaplah alpha tapi mereka telah menyandang sebagai sesosok sigma, pasangan abadi dari enigma.

Namun, jika alpha dan alpha dapat berhubungan, tanpa merasakan rasa sakit apabila bersatu padahal status mereka sama, itu berarti—

"Ya, aku enigma."

Alpha's Sworn EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang