Tubuh jangkung itu terbanting di atas meja yang tersusun menjadi enam baris. Menjadikan alas sebagai media tempat dimana akan berlangsungnya sebuah momentum panas dua orang musuh bebuyutan yang sama-sama sedang dalam pengaruh rangsangan luar biasa.
Jeno berusaha mendominasi ciuman maut yang terkesan menuntut dan penuh nafsu dari lawan mainnya. Namun, dia sama sekali tak membiarkan Jeno untuk melakukan itu. Jeno kewalahan. Tak mampu mengimbangi cumbuan yang lambat laun menghilangkan akal sehatnya disaat-saat dirinya berjuang untuk menghentikan perbuatan bejat sang lawan main.
Bahkan Jeno makin diselimuti nafsu ketika dengan kurang ajar tangan Jaemin bermain-main pada bagian tubuhnya yang memang sedang sangat sensitif. Menjelajah dan mengelus tiap-tiap permukaan tubuh bagian atas Jeno dengan gerakan pelan, juga terkesan seduktif. Mengantarkan gelombang kenikmatan tersendiri bersamaan cumbuan yang masih Jaemin lakukan.
Jeno refleks membusungkan dada begitu Jaemin memainkan putingnya menggunakan mulut. Layaknya seorang bayi yang sedang menyusu pada sang ibu, Jaemin melakukan hal serupa dengan menghisap kuat puting Jeno. Lidahnya juga tak dianggurkan secara percuma. Membuat lingkaran memutar, terus berulang-ulang sesekali menekan kuat puting yang telah menegang tersebut.
"Hnhhh ...!" Napas Jeno memberat. Tak kuasa menahan kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuh akibat rangsangan yang diberikan Jaemin di dadanya. Tangan kanannya meremat kuat rambut hitam Jaemin yang masih betah mempermainkan putingnya.
Tingkat kewarasan Jeno direnggut paksa oleh Jaemin yang berhasil menguasai atas dirinya. Kini Jeno dibuat menjerit histeris tatkala tangan Jaemin mengurut penisnya yang telah menegang. Memberikan pijatan-pijatan luar biasa yang membuat ujung penis tersebut mengeluarkan banyak sekali cairan yang siap ditumpahkan dalam hitungan detik.
"Ahnhh anghh~"
Penisnya berhasil mengeluarkan ejakulasi yang sangat banyak. Mengotori telapak tangan Jaemin tanpa diundang. Napas Jeno berakhir memburu. Menikmati pelepasan ternikmatnya dengan perasaan membuncah. Namun, hal itu musti berakhir ketika Jaemin kembali mengukung dirinya. Sayup-sayup kesadaran mulai mengembalikan sedikit kewarasan Jeno yang kini menatap tak berdaya musuh bebuyutannya yang memandang dengan tatapan tak terlepas dari wajahnya. Jaemin tampak sangat seksi. Jeno mengakui itu dalam benaknya.
"Jeno." Suara Jaemin terdengar berat sedikit serak. Mampu meremangkan seluruh tubuh Jeno dalam sekejap.
"Aku ingin kau tahu satu hal," ucapnya dengan napas memberat. Kedua telapak tangannya lantas mengambil telapak tangan Jeno untuk ditautkan. Merendahkan sedikit badannya hingga bibir tipis tersebut berada pada jarak dekat dengan daun telinga Jeno. "Tolong ... jangan jauhi aku." Ia berbisik sangat pelan. Langsung menjauhkan kepalanya guna melihat reaksi Jeno.
Alpha Lee itu tanpa sadar menggenggam erat telapak tangan Jaemin yang bertaut erat dengan telapak tangannya. Dapat dilihat kini kedua pipi tersebut memerah. Sangat kontras dengan warna kulit putihnya. Mengundang senyuman Jaemin yang menyaksikan Jeno tengah tersipu malu akibat perkataannya.
"Boleh aku mengatakan satu hal lagi?" Jaemin bertanya seraya membelai pipi tirus Jeno. Empumya tak merespons. Namun, dari cara ia memandang, seakan-akan mempersilakan Jaemin melanjutkan ucapannya.
"Aku suka ketika melihatmu. Tapi aku tidak suka ketika melihatmu bersama orang lain. Aku mencintaimu ... Lee Jeno."
Keduanya saling menatap. Bertukar pandangan seolah-olah tengah saling berbicara melalui pikiran masing-masing. Jeno dilanda ketidakpercayaan. Memandang Jaemin dalam keterdiaman tak berujung yang membuatnya tak tahu musti bereaksi bagaimana selain keterkejutan.
Namun, baru akan mengeluarkan balasan, Jeno dibuat memekik kecil ketika badan yang tengah mengukungnya tersebut ambruk menimpa tubuhnya. Dalam kesadaran yang berangsur-angsur membaik, meski masih merasakan gejolak panas menyelimuti dalam diri, Jeno berusaha memindahkan Jaemin ke samping. Begitu telah pindah, Jeno menatap Jaemin yang tak sadarkan diri disaat-saat mereka belum mencapai nirwana.
"Selain brengsek karena telah merebut semua pasanganku, kau juga brengsek karena meninggalkanku begitu saja dalam keadaan seperti ini. Kau memang bajingan, Na Jaemin!" Jeno menghela napas. Kembali menoleh ke samping. Memandang sosok tampan yang sempat membuatnya merona parah.
________________
Gak ada 1000 kata lebih ternyata wkwk. Dahlah, maap ya, datang cuma kasih seuprit. Lagi sibuk banget, update tergantung mood sama ide. Jadi, jangan nunggu.😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha's Sworn Enemy
FanfictionKeduanya adalah musuh bebuyutan. Sikap mereka bahkan hampir mendekati mirip jika dibandingkan; sama-sama keras kepala, suka main tangan dan ingin menang sendiri. Sampai pada suatu ketika, kedua Alpha itu mengalami siklus Rut secara bersamaan dan ent...