Chapter 21

6K 497 36
                                    

"Wow, wow, wow! Sudah, Hyung, berhenti menegaknya jika kamu masih ingin hidup!" Donghyuck merebut paksa botol alkohol dari genggaman Taeyong.

Lihatlah kondisi Taeyong sekarang. Tampak sangat menyedihkan. Donghyuck kira Taeyong mengajaknya ke bar untuk bersenang-senang biasa, tapi rupanya malah meladeni Taeyong yang sedang patah hati.

Benar, pemuda itu bercerita kalau dia sedang patah hati. Bahkan Taeyong sampai memesan sepuluh botol minuman alkohol, sekarang tersisa tiga. Hei, Donghyuck saja belum ikut minum!

"Omega mana yang berani membuatmu patah hati, huh?"

Taeyong mendelik sinis. "Tutup mulutmu! Aku ingin sendiri, pergilah sana!" usirnya setengah membentak. Suasana hatinya kacau, bahkan mabuk pun masih bisa mengingatkannya pada kejadian tadi siang.

"Tck! Kamu benar-benar tidak tahu diri! Aku meluangkan waktuku yang seharusnya masih pemulihan di rumah sehabis pasca rut hanya untuk menemanimu."

"Kamu 'kan bisa menolak!"

Donghyuck memutar kedua bola matanya jengah. Berdebat dengan orang mabuk tidak akan ada habisnya, lebih baik Ia mengalah. Apalagi Taeyong yang dikenal irit bicara, jika sudah begini pasti dirinya yang akan terkena roasting.

"Taeyong hyung, Donghyuck?"

Hanya Donghyuck yang menoleh pada oknum yang memanggil mereka berdua. "Lihatlah dia, seperti pecundang tak berguna," tunjuk Donghyuck pada Taeyong.

Jeno mendudukkan dirinya di samping Donghyuck sembari mengernyit bingung. "Ada apa dengan Taeyong hyung?"

"Patah hati," balas Donghyuck singkat. Pemuda itu sedang menikmati kentang gorengnya.

"Patah hati?" beo Jeno. "Taeyong hyung bisa patah hati juga ya ternyata," guraunya diselingi tawa mengejek. Donghyuck yang tak mau ketinggalan moment seru pun ikut tertawa.

"Bangsat kalian!" umpat Taeyong kesal. Tapi tidak lama kemudian, setetes air mata keluar dari pelupuk matanya. Dua orang temannya itupun langsung saling tatap.

"Sepertinya Taeyong hyung benar-benar merasa sakit karena orang yang membuatnya patah hati," ujar Jeno simpati. "Lakukan sesuatu, Hyuck!" Jeno menyenggol lengan Donghyuck yang mengakibatkan wadah berisi kentang goreng di pegangan Donghyuck jatuh awut-awutan ke lantai.

"Aku menghormatimu karena kamu ketua kelompok, Jeno, tapi perbuatanmu ini sungguh tidak bisa diwajarkan!"

"Aku tidak sengaja!"

"Aku tidak peduli! Ganti sekarang atau aku menggila!"

"Bukankah kamu memang setiap hari menggila?"

Keduanya bertatapan tajam. Tak mau mengalah pada ego masing-masing.

Drrrt! Drrrt! Drrrt!

Donghyuck langsung beralih pada ponselnya yang bergetar. Sebuah nama terpampang di atas layar membuat Donghyuck bergegas menerima panggilan telepon tersebut.

"Halo, ada apa, Sayangku?"

"...."

"Dilaksanakan, Manis. Tunggu di sana, oke, aku segera ke sana."

"...."

"Love you too, Honey~"

Donghyuck melirik Jeno yang memandangnya geli. "Aku ada urusan. Kamu urus Taeyong hyung," perintahnya beranjak dari tempat.

Jeno menghela berat. Donghyuck punya pacar kah? Jeno menggeleng, tak mau ikut campur urusan Donghyuck punya pacar atau tidak. Ia hanya heran, ternyata ada orang yang suka dengan modelan seperti Donghyuck. Pasti orang itu buta. Begitulah kira-kira kalimat pengejekan yang tersemat dalam benak Jeno.

Alpha's Sworn EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang